Anda di halaman 1dari 5

David Horik, Orientasi Pengembangan Ilmu dalam Perspektif Islam

ORIENTASI PENGEMBANGAN ILMU DALAM PERSPEKTIF ISLAM

David M Horik
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG
davidhorik99@gmail.com

ABSTRAK

Setiap muslim wajib mencari dan mengembangkan ilmu. Ilmu yang dikembangkan pada
prinsipnya adalah ilmu yang bermafaat bagi kehidupan manusia yang meliputi ilmu
tanziliyah dan ilmu kauniyah. Kedua ilmu tersebut bersumber dari Allah swt. Dilihat dari
fungsinya ilmu tanziliyah sebagai pedoman hidup (manhaj al-hayah), sedangkan ilmu
kauniyah berfungsi sebagai sarana kehidupan (wasail al-hayah). Manusia yang beriman dan
senantiasa mengembangkan serta mengamalkan kedua ilmu tersebut berpotensi besar untuk
mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah swt (QS. 58:11), selama ilmu itu diorientasikan
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Kata Kunci: ilmu, islam, studi.

ABSTRACT

Every Muslim is oblidged to seek for and expand his or her knowledge. Basically, the
knowledge expanded is knowledge that is useful for the humankind, which includes the
studies in tanziliyah and kauniyah. Both tanziliyah and kauniyah are sourced from Allah
SWT. As viewed from the function, tanziliyah is used as the guidance of life (manhaj al-
hayah), while kauniyah is used as a means of life (wasail al-hayah). People who are faithful
and develop and implement both studies are most likely to be raised to a higher level by
Allah SWT (QS. 58:11) as long as the development and implementation are oriented
according to the Islamic values and teachings.
David Horik, Orientasi Pengembangan Ilmu dalam Perspektif Islam

Pendahuluan

Manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan


ditandai dengan ke-mampuan dalam mengabdikan
dirinya hanya kepada Allah Swt (QS Al-Dzariat: 56). kepada Allah (QS.35:28). Hanya orang yang
Selain itu, dia mesti memiliki kemampuan untuk berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu
men-jalankan peranan hidupnya sebagai Khalifah fi yang disampaikan Allah melalui perumpamaan
al-Ardhi (Q.S. Al-Baqarah:30, dan Q.S. Al- (QS.29:43). Orang yang beriman dan orang yang
An‟am:165), yaitu kemampuan untuk memakmurkan diberi ilmu pengetahuan akan ditinggikan
bumi serta melestarikannya. Dia juga mesti dapat derajatnya (QS.58:11). Oleh karena itu, para
menebarkan rahmat bagi alam sekitarnya sesuai nabi, rasul, dan ulama sebagai manusia terbaik
dengan tujuan penciptaannya dan sebagai dikaruniai ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian
konsekuensi setelah menerima Islam sebagai tersebut, akan diungkapkan bagaimana
pedoman hidupnya (Ramayulis, 2004: 67). Di pandangan Islam terhadap pengembangan ilmu,
samping itu dia juga mampu membangun komunikasi sumber ilmu, tujuan pengembangan ilmu, cara
yang harmonis dengan Allah Swt. (hablum minallah), memperoleh ilmu, dan karakteristik ilmuwan
sesama manusia (hablum minannas), dan alam muslim. Yang tidak kalah pentingnya adalah
lingkungan (hablum minal alam). Untuk menjalankan bagaimana tuntunan Islam terkait dengan tujuan
tugas dan peranannya dengan baik, manusia harus atau orientasi pengembangan ilmu. Hal ini
memiliki ilmu yang luas. Ilmu ini meliputi ilmu penting karena dapat memengaruhi apakah ilmu
tanziliyah dan ilmu kauniyah. Dengan ilmu itu dapat mendatangkan manfaat atau sebaliknya.
tanziliyah, manusia akan mengetahui halal dan Apabila ilmu diorientasikan sesuai dengan ajaran
haram, benar dan salah, baik dan buruk, visi dan misi Islam, besar ilmu itu berpeluang mendatangkan
hidup manusia, tujuan hidup manusia, teladan hidup manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya,
manusia, kawan dan lawan hidup, hakikat kehidupan jika pengembangan ilmu itu diorientasikannya
dunia, hakikat kehidupan akhirat, surga dan neraka, menjauh dari nilai-nilai Islam, bukan hal
nasib manusia setelah mati, sejarah kehidupan masa mustahil ilmu akan mendatangkan mudarat bagi
lalu, dan sebagainya. Dengan mengembangkan ilmu kehidupan manusia. Sekadar contoh, ketika
kauniyah manusia akan mengetahui rahasia dan seseorang memiliki ilmu di bidang nuklir namun
manfaat dibalik fenomena alam. Pada akhirnya, jika mengembangkannya tidak memperhatikan
timbul suatu kesadaran bahwa di balik fenomena nilai-nilai (yang terkandung) dalam Islam, bukan
alam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. yang hal mustahil ilmunya tidak akan mendatangkan
perlu dirawat dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan manfaat bagi dirinya maupun bagi orang lainnya,
manusia. minimal tidak menambah keimanan dan
ketawadhuannya. Lebih parah lagi ilmu itu bisa
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam Islam,
menjadi sarana untuk membinasakan manusia
menuntut ilmu sangat penting dan hukumnya wajib.
(baca: mengembangkan senjata perang).
Karena pentingnya ilmu, Al-Quran menyebutkan
perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang
berakal (yang berilmu) dapat menerima pelajaran
(QS.39:9). Hanya orang yang berilmulah yang takut
David Horik, Orientasi Pengembangan Ilmu dalam Perspektif Islam

URGENSI PENGEMBANGAN ILMU ILMU YANG HARUS DIPELAJARI DAN


DALAM AL QURAN DAN AS-SUNAH DIKEMBANGKAN
Islam adalah agama yang tidak pernah Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam Islam,
menghambat kemajuan ilmu. Islam sangat gigih menuntut ilmu sangat penting dan hukumnya
mendorong umatnya untuk senantiasa mencari wajib. Karena pentingnya ilmu, Al-Quran
dan mengembangkan ilmu. Jadi, salah besar menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang
apabila ada orang yang mengatakan Islam yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
merupakan penghambat kemajuan terutama Menurut Al-Quran hanya orang yang berakal
kemajuan di bidang ilmu. Di dalam Al-Quran (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran
yang merupakan sumber utama ajaran Islam, (QS.39:9). Hanya orang yang berilmulah yang
banyak ayat yang mengisyaratkan perintah dan takut kepada Allah (QS.35:28). Hanya orang
manfaat terhadap pengembangan ilmu dan yang berilmu yang mampu memahami hakikat
teknologi. Dalam hal ini, manusia dituntut untuk sesuatu yang disampaikan Allah melalui
mempelajari, merenungkan, memikirkan, perumpamaan (QS. 29:43). Orang yang beriman
menelaah dan menghayatinya, dengan mem- dan orang yang diberi ilmu akan ditinggikan
pergunakan akal dan hatinya agar memiliki derajatnya (QS.58:11). Oleh karena itu, para
kemampuan untuk menyingkap isyarat-isyarat nabi, para rasul, para ulama sebagai manusia
tersebut. Ayat-ayat Al-Quran yang me-ngandung terbaik, dikaruniai ilmu. Namun, yang menjadi
isyarat terhadap dorongan untuk mengembangkan pertanyaan bagi kita adalah ilmu apa saja yang
ilmu antara lain: Pertama, manusia diperintah harus dipelajari dan dimiliki seorang muslim itu
untuk membaca (belajar). Hal ini dapat dilihat dari agar sentiasa mendapatkan kedudukan seperti
firman Allah Swt.: “Bacalah dengan nama yang telah Allah gambarkan dalam beberapa ayat
Tuhanmu yang menciptakan, menciptakan Al-Quran di atas? Pada dasarnya ilmu yang harus
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan dipelajari oleh seorang muslim adalah ilmu yang
Tuhanmu adalah yang mahamulia, yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan juga
mengajar (cara menulis) dengan pena. bermanfaat bagi orang lain. Hal ini karena ilmu
Mengajarkan manusia apa saja yang belum yang bermanfaat akan mengantarkan manusia
diketahui” (QS.96:1-5). Kata iqra diambil dari untuk mengenal Allah dengan baik, memperbaiki
kata kerja qaraa. Dalam kamus, kata qara’ akhlaknya, dan membuahkan amal saleh yang
mengandung arti membaca, menyampaikan, sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah
menelaah, mem-pelajari, dan mengumpulkan Rasulullah Saw.
(Ahmad Warson, 1984:1184). Berkaitan dengan
hal ini, Quraish Shihab (1997:77) mengungkapkan Menurut para ahli ilmu yang harus dipelajari
kata iqra’ yang diterjemahkan dengan “bacalah” seorang muslim itu secara garis besar ada dua.
tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis Pertama, ilmu yang bersifat fardu „ain, yakni
sebagai objek baca, tidak pula harus diucapkan ilmu yang wajib dipelajari
sehingga terdengar orang lain.
David Horik, Orientasi Pengembangan Ilmu dalam Perspektif Islam

oleh setiap muslim secara khusus (individual). Keempat jenis ilmu tersebut wajib secara „aini
Kedua, ilmu yang bersifat fardu kifayah, yaitu (wajib secara individu) untuk dipelajari oleh
ilmu yang harus dipelajari oleh umat Islam secara
seorang muslim. Jika salah-satunya rusak, rusak
umum, bukan atas individu secara khusus. Artinya
pula kehidupannya. Seseorang yang tidak
apabila ada seseorang yang telah mempelajarinya,
memiliki akidah yang benar dan lurus, sesuai
gugurlah kewajiban menuntut ilmu tersebut bagi
dengan ketentuan syara‟ akan terjerumus
yang lainnya. Walaupun demikian, ilmu fardhu
kifayah ini tetap dianjurkan untuk dipelajari oleh kedalam kesyirikan (musyrik) yang sangat fatal
setiap muslim agar semakin meningkat akibatnya, seperti yang dialami paham animisme,
ketakwaan, ketawadhuan dan ketakutannya dinamisme, dan politeisme.
kepada Allah Swt. Sayyid Abi Bakar dalam
bukunya yang berjudul Kifayat al-atqiya wa
Minhaj al Ashfiya (tt.24) mengungkapkan bahwa Penutup
ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim (fardu
‟ain) adalah: (1) Ilmu tentang akidah yang sahih, Kesimpulan
(2) ilmu tentang ibadah yang sahih, dan (3) ilmu Dalam Al-Quran Allah Swt. telah menggariskan
yang dapat membersihkan jiwa (hati) dari secara tegas tentang arah dan tujuan
penyakit hati seperti sombong, riya, dan hasad. pengembangan ilmu dalam Islam agar ilmu yang
Dr. Yusuf Qardhawy sebagaimana yang telah didapatinya membawa keberkahan dan
dikutip oleh Tim penyusun buku teks PAI PTU memberikan manfaat yang besar. Dengan
(2001: 209) menyebutkan bahwa ada empat demikian, kaum muslimin dalam menjalani proses
macam ilmu yang termasuk kepada fardu „ain, belajar-mengajar, penelitian, observasi, dan
yaitu Pertama, ilmu mengenai aqidah yaqiniyah sebagainya tidak boleh keluar dari apa-apa yang
(prinsip akidah yang perlu dipercayai) yang benar, telah Allah Swt. gariskan di dalam kitab-Nya
selamat dari syirik dan khurafat. Kedua, ilmu yang
membuat ibadah seseorang terhadap Allah Swt. Apabila dikaji secara teliti, akan diketahui
dapat berjalan dengan benar sesuai degan bahwasanya Al-Quran menyuruh umat manusia
ketentuan yang disyariatkan. Demikian secara untuk mempelajari, memikirkan, dan menjadikan
lahiriah. Secara batiniah, memenuhi syarat niat ilmu di samping ayat-ayat Al-Quran itu sendiri,
dan ikhlas karena Allah. Ketiga, ilmu yang juga alam semesta ciptaan-Nya, diri manusia,
dengannya jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala maupun sejarah kehidupan umat manusia, sejak
fadhilah (keutamaan) dikenal untuk kemudian manusia pertama Nabi Adam as
diamalkan, dikenal pula raziilah (kenistaan) atau
yang membinasakan untuk kemudian ditinggalkan
dan dijaga. Keempat, ilmu yang bisa
mendisiplinkan tingkah laku dalam hubungan
dengan seseorang dengan dirinya atau dengan
keluarganya atau dengan khalayak banyak, baik
itu penguasa atau rakyat, muslim atau nonmuslim.
Dengan begitu, ia mengetahui hukum halal haram,
wajib bukan wajib, pantas tidak pantas,
bermanfaat tidak bermanfaat.
David Horik, Orientasi Pengembangan Ilmu dalam Perspektif Islam

Daftar Pustaka

Shihab, Quraish. 1997. Tafsir Al-Quran.


Bandung: Pustaka Hidayah.

Asy‟ari, Musa. 1999. Filsafat Islam.


Yogyakarta: LSFI.

Al-Munawir, Warson. 1984. Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku


Ilmiah keagamaan Pesantren Al Munawir.

Furqon. 2012. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.


Bogor: IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai