Anda di halaman 1dari 11

INFOKAM Nomor 2 Th.

XIII/SEPTEMBER/2017 55

TREND CYBER CRIME DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI


INDONESIA
Muhamad Danuri1, Suharnawi2
1Manajemen Informatika, AMIK Jakarta Teknologi Cipta Semarang
2
Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro
1
mdanuri@gmail.com, 2nawirg@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia mengalami perkembangan yang pesat bidang teknologi informasi dan komunikasi dari
tahun 2000 sampai sekarang. Banyak teknologi baru yang muncul dan dapat diterima oleh
masyarakat indonesia. Tahun 2016 sebanyak 132,7 juta masyarakat Indonesia telah terhubung
dengan internet dan terus bertambah setiap tahunnya. Trend menunjukkan bahwa teknologi internet
digunakan untuk bersosialisasi dan berbisnis baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, karyawan
maupun orang dewasa. Era digital atau cyber merupakan era teknologi yang sangat cepat
berkembang. Apabila suatu negara ketinggalan atau tidak mempunyai teknologi pertahanan dalam
bidang cyber, maka hal tersebut dapat menjadi ancaman tersendiri bagi negara yang bersangkutan.
Pemanfaatan teknologi informasi disamping memberi manfaat bagi masyarakat, juga memiliki
peluang disalahgunakan untuk melakukan kejahatan baik yang biasa maupun yang secara khusus
mentargetkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, dengan dampak negatif yang dapat
menyebabkan runtuhnya sistem tatanan sosial, lumpuhnya perekonomian negara, lemahnya sistem
pertahanan serta dapat juga digunakan untuk alat teror. Disamping pertumbuhan pengguna internet
juga terdapat trend meningkatnya kejahatan internet (Cybercrime ) di Indonesia bahkan masuk 2
besar asal serangan kejahatan internet dunia dan dianggap sebagai negara paling beresiko terhadap
serangan keamanan teknologi informasi. Pemerintah sudah menetapkan beberapa undang-undang
untuk menurunkan kondisi ini. Pendidikan etika bidang teknologi informasi sudah dimasukkan ke
dalam kurikulum di perguruan tinggi yang memberikan bekal bagi masyarakat berpendidikan untuk
bisa menjadi tauladan bagi pengguna yang lain. Dimasa depan indonesia dapat menjadi negara yang
jumlah kejahatan bidang teknologi informasi paling sedikit dan dapat mejadi pembawa pesan damai
keseluruh dunia.

Kata Kunci: Trend, Cybercrime , Pengguna Internet, Indonesia, Teknologi Informasi

1. Pendahuluan
Berbagai macam jenis teknologi informasi dalam bentuk digital menjadi popular dan diminati oleh
masyarakat dunia, internet salah satunya. Dengan internet muncullah berbagai macam aplikasi yang
dapat dimanfaatkan oleh pengguna computer seperti untuk berkompunikasi, mencari berita dan
berbisnis. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini tentu saja menambah trend
perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Perkembangan teknologi ini
semakin meluas ke berbagai bidang, dimana masyarakat dengan cepat dapat mendapatkan informasi
yang dibutuhkannya setiap saat. Hampir sepertiga penduduk dunia telah menggunakan internet dalam
kehidupan sehari-harinya.
Menurut data survei tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet
Indonesia (APJII), bahwa 132,7 juta masyarakat Indonesia telah terhubung dengan internet.
Disebutkan bahwa pengguna media internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Kemudahan
akses perangkat ke internet dan mudahnya memiliki perangkat internet yang membuat pertumbuhan
pengguna internet Indonesia meningkat. Perilaku pengguna internet Indonesia 70 persen dari pengguna
internet mengakses internet dari perangkat bergerak atau mobile gadget. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan internet mobile cukup tinggi, sedangkan penggunaan internet rumah cukup rendah.
Di samping itu disebutkan bahwa sebagian besar pengguna internet Indonesia menggunakan
internet untuk mengakses media sosial dan hiburan. Facebook menjadi tujuan sebagian besar pengguna
internet Indonesia kemudian diikuti oleh Instagram. Pengguna internet Indonesia mulai percaya bahwa
bertransaksi online aman, dengan menggunakan ATM untuk bertransaksi. Barang dan jasa utama yang
dibeli melalui toko online seperti kebutuhan peralatan rumah tangga dan tiket. Menyarakat pengguna
menyadari bahwa internet tidak aman bagi anak-anak dan berharap pemerintah terus meningkatkan
strategi dalam penanganan konten negatif dan amoral.
56
INFOKAM Nomor II Th. XIII/SEPTEMBER/2017

Masih dari survei APJII menyebutkan bahwa secara geografis pengguna teknologi informasi, Pulau
Jawa masih mendominasi penetrasi internet Indonesia diikuti Sumatera dan Indonesia Timur di posisi
terakhir. Pengguna berdasarkan umur, rentang usia 10-14 tahun penetrasinya 100 persen, sedangkan
di atas usia 50 tahun menjadi yang terendah. Berdasarkan pekerjaan, mahasiswa/karyawan
swasta/pekerja kesehatan mencatat penggunaan tertinggi, sedangkan ibu rumah tangga/pekerja
toko/UKM menjadi yang terendah.
Disatu sisi Teknologi informasi dapat memberikan manfaat, mempermudah dan mempercepat
akses informasi yang kita butuhkan dalam segala hal serta dapat mengubah model perekonomian dan
model berbisnis. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Seiring perkembangan teknologi
internet, menyebabkan munculnya kejahatan baru yang disebut dengan new cybercrime melalui
jaringan internet. Munculnya beberapa kasus cybercrime di Indonesia, seperti penipuan, hacking,
penyadapan data orang lain, spaming email, dan manipulasi data dengan program komputer untuk
mengakses data milik orang lain. Kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh pelaku cybercrime telah
merugikan dalam jumlah besar bagi korbannya serta perekonomian dan martabat bangsa Indonesia di
mata dunia. Untuk penanggulangan permasalahan kejahatan internet ini diperlukan Lembaga-lembaga
khusus, baik milik pemerintah maupun NGO ( Non Government Organization). Di Indonesia telah
memiliki IDCERT (Indonesia Computer Emergency Rensponse Team ). Unit ini merupakan point of
contact bagi orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer, namun perlu mendapat
dukungan dari semua pihak agar misi-misinya cepat tercapai.

2. PEMBAHASAN
2.1. Trend Pengguna Teknologi informasi
Di Indonesia pengguna internet berkembang dengan pesat, berdasarkan data dari APJII (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016 Jumlah pengguna Internet di Indonesia tahun 2016
adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2
juta. ini berarti bahwa hampir setengah penduduk Indonesia memanfaatkan teknologi internet ini.
Dimana 65 persen dari pulau jawa atau sekitar 86,3juta orang dan yang paling rendah di Maluku dan
papua hanya 2,5 persen atau sekitar 3,3 juta orang. Dari hasil survey APJII tersebut terlihat sebaran
pengguna internet yang hamper menyeluruh ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Trend ini cukup
membanggakan karena berarti masyarakat telah dapat menikmati perkembangan teknologi informasi
untuk dipergunakan dalam kehidupannya sehari-hari.

Gambar 2.1 Data Pengguna internet di Indonesia Tahun 2016


Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
Berdasarkan dari sumber yang sama disebutkan bahwa Data Perilaku Pengguna Internet
berdasarkan konten yang paling sering dikunjungi, didapatkan bahwa trend tertinggi pengunjung
web onlineshop sebesar 82,2 juta atau 62 persen. Dan konten social media yang paling banyak
INFOKAM Nomor 2 Th. XIII/SEPTEMBER/2017 57

dikujungi adalah Facebook sebesar 71,6 juta pengguna atau 54 persen dan urutan kedua adalah
Instagram sebesar 19,9 juta pengguna atau 15 persen.

Gambar 2.2 Data Perilaku Pengguna Internet berdasarkan konten yang di kunjungi
Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
Berdasarkan survey populasi jumlah pemakai internet dari tahun 1998 sampai tahun 2015 didunia
seperti gambar 2.3 dibawah ini :

Gambar 2.3 Data Pengguna internet di Indonesia Sampai Tahun 2015


Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2015
Pada gambar 2.3 terlihat trend peningkatan jumlah pengguna internet yang cukup pesat, hal ini
dipengaruhi oleh mudahnya pengguna mengakses internet dari berbagai macam aplikasi dan dari
berbagai macam perangkat.
58
INFOKAM Nomor II Th. XIII/SEPTEMBER/2017

Gambar 2.4 Data perangkat software yang digunakan untuk mengkases internet
Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
Adapun trend perangkat software yang digunakan untuk mengkases internet terlihat pada Gambar
3.4, paling banyak menggunakan perangkat mobile (smartphone) sebesar 89,9 juta atau 67,8 persen.
Tentu ini harus menjadi perhatian para pemilik website agar membuat website yang mobile
friendly atau responsive. Sedangkan browser yang paling banyak digunakan adalah Google Chrome
sebesar 66,6 persen. Ini tentu bisa dipahami karena sebagian besar smartphone menggunakan
operating system Android.

Gambar 2.5 Data perangkat software yang digunakan untuk mengkases internet
Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
Berdasarkan gambar 2.5 hasil survey 6 jenis konten yang di akses oleh pengguna internet media
social menduduki peringkat paling atas dengan jumlah 129,2 orang kemudian hiburan dan berita
menduduki peringkat yang hamper sama di angka 96 persen. Setelah itu pendidikan dan komesial di
angka 93 persen. Dimana layanan publik sebanyak 91,6 persen saja. Hal ini terlihat bahwa trend
masyarakat masih menikmati konten media social dan hiburan dalam menggunakan internet.
2.2. Trend Cybercrime
Cybercrime merupakan istilah kejahatan di dunia maya atau internet. Dari tahun ke tahun
kejahatan ini memiliki kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun variasi serangan yang
semakin maju seiring perkembangan teknologi internet itu sendiri. Sehingga muncullah kejahatan baru
di dunia internet atau new cybercrime. Sebagai contoh internet yang pada awalnya hanya dapat
mengirimkan email dan pesan singkat, kejahatan yang muncul pada era tersebut juga hanya sebatas
INFOKAM Nomor 2 Th. XIII/SEPTEMBER/2017 59

kejahatan bidang email dan pesan saja. Namun sekarang interenet telah di gunakan diberbagai bidang
pekerjaan dan kehidupan di masyarakat, teknologi yang berkembang sudah begitu pesat, tidak hanya
mengirim pesan melalui email bahkan sekarang ini gambar, video, data dapat di kirimkan dengan mudah
dan cepat.
Kejahatan di internet muncul karena adanya komunikasi dan hubungan antara satu komputer
dengan komputer yang lain melalui suatu jaringan, satu pihak dapat memberikan sesuatu kepada pihak
yang lain dan sebaliknya, satu pihak dapat melihat pihak yang lain dan bahkan satu pihak dapat
mengendalikan pihak yang lain.
Peringkat Indonesia dalam kejahatan internet di dunia telah menggantikan posisi Ukraina yang
sebelumnya menduduki posisi pertama. Menurut penelitian Verisign, perusahaan yang memberikan
pelayanan intelijen di dunia maya yang berpusat di california Amerika Serikat Indonesia tercatat memiliki
persentase paling tinggi terjadinya kejahatan ini.
Trend kejahatan cyber menurut Territory Channel Manager Kaspersky Indonesia Dony
Koesmandarin, menyebutkan bahwa. Mereka tidak segan mencantumkan nama dan email. Bahkan ada
yang mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi. Para pelaku cybercrime sudah berani terang-
terang dalam melakukan kejahatannya. Trend serangan malware masih menduduki peringkat teratas
karena memiliki kelebihan dari malware hilang setelah pengguna melakukan reboot pada komputer.
Sebutan untuk malware ini dikenal dengan Project Sauron yang memiliki kemampuan untuk menghapus
data dari memori, dengan kemampuan menyembunyikan diri, malware ini dapat mengetahui kebiasaan
sang korban untuk lima tahun terakhir. Trend yang kedua adalah serangan lewat open source program,
dimana celah kelengahan para pengguna yang merasa percaya dengan aplikasi open source, bahkan di
aplikasi berbasis android.
Berdasarkan Hasil temuan Kaspersky Lab di 2016 menunjukkan bahwa Advanced Persistent
Threat (APT) yang mampu menciptakan alat baru bagi setiap korbannya, sehingga mereka meprediksi
trend cybercrime di tahun 2017 di antaranya dampak yang ditimbulkan dari alat kejahatan yang dibuat
secara khusus atau sekali pakai, meningkatnya penggunaan metode penyesatan terkait identitas
penyerang, kelemahan dari dunia maya yang tidak pandang bulu, serta penggunaan
serangan cyber sebagai senjata untuk perang informasi.
a. Trend Cybercrime Di Indonesia
Kejahatan cybercrime memiliki karakteristiknya tidak hanya lingkup nasional namun juga bersifat
global dapat menembus ruang dan waktu, tidak ada batas negara, tidak mengenal yurisdiksi, dan
dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Pada tahun 2013 kemenkominfo memberikan data
bahwa Indonesia menjadi penyumbang serangan Cybercrime di urutan kedua setelah Cina. Pada 3
tahun tersebut terdapat 36,6 juta insiden cybercrime di Indonesia.

Gambar 2.6 Data serangan Cybercrime Dunia Tahun 2013


Sumber : Kemenkominfo
60
INFOKAM Nomor II Th. XIII/SEPTEMBER/2017

Trend serangan cyber di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, dengan tipe dan variasi
serangan yang berbeda dari tahun sebelumnya, namun ada juga yang masih sama. Kejahatan
cybercrime terjadi karena beberapa sebab, antara lain adanya pelaku kejahatan, modus
kejahatan, kesempatan untuk melakukan kejahatan, korban kejahatan, reaksi sosial atas
kejahatan, dan hukum. Rata-rata yang menjadi pelaku kejahatan adalah mereka yang lebih
menguasai teknologi ini dan menggunakan kemampuannya itu untuk melakukan akses yang
tidak sah ke jaringan computer orang lain. Jadi trend pelaku kejahatan cyber cukup jelas mereka
yang paham dan mahir dalam dunia cyber ini.
b. Trend Cybercrime Pada Perbankan Indonesia
Di tengah perkembangan sistem keuangan di dunia maya, penelitian terbaru dari Kaspersky Lab.
Dari data Consumer Security Risks Survey 2016 yang dilakukan oleh B2B International dan Kaspersky
Lab, terungkap bila 5 persen pengguna global telah kehilangan uang secara online akibat penipuan
online. Kerugian rata-rata yang mereka derita adalah Rp 6 juta. Hal ini menunjukkan bahwa new
cybercrime di perbankan juga sudah mulai muncul, tidak dengan teknik konvensional lagi tetapi
dengan menggunakan aplikasi yang semakin maju juga.
Sementara itu di Indonesia, hasil survei juga menunjukkan bila 71 persen dari responden di
Indonesia merasa khawatir terhadap penipuan online perbankan. Sementara 48 persen responden
Indonesia mengatakan sering merasa khawatir akan rentannya melakukan transaksi keuangan online.
Trend kepercayaan masyarakat terhadap keamanan bidang ini masih rendah hal ini disebabkan karena
munculnya beberapa kejahatan perbankan dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Vitaly Kamluk, Director of Global Research & Analysis Team Kaspersky Lab untuk APAC
bahwa Ancaman keuangan sangat bervariasi mulai dari penipuan online dan Trojan perbankan yang
mempengaruhi PC, tablet serta smartphone, hingga ke serangan terhadap organisasi keuangan, ATM
dan bahkan pada point-of-sale terminals, dan dari analisis statistik, kami melihat bahwa sektor
keuangan di negara-negara Asia-Pasifik berkembang pesat, sehingga penjahat siber mengalihkan
perhatian mereka demi mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari peluang tersebut, Hal ini
memberikan menunjukkan bahwa telah terjadi proses perkembangan cybercrime yang sasarannya
adalah sistem keuangan dan perbankan. Mulai penyerangan dengan sasaran kelengahan nasabah,
penangkapan data transaksi, pengubahan data bahkan sampai pada penyerangan ke dalam database
perbankan.
Trend penggunaan transaksi banking yang meningkat menimbulkan kejahatan cybercrime bidang
ini juga meningkat hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan mobile wallet. Orang berbelanja
dan melakukan pembayaran sudah tidak secara konvensional dengan datang ke kantor langsung,
namun pembayaran dapat dilakukan secara online baik melalui mobile banking, internet banking, ATM
maupun toko swalayan yang menyediakan fasilitas pembayaran tersebut.

Gambar 2.7 Data pendapat pengguna tentang keamanan perbankan dan berinternet bagi anak
Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
INFOKAM Nomor 2 Th. XIII/SEPTEMBER/2017 61

Dari gambar 2.7 diatas, Masyarakat masih menganggap bertransaksi melalui perbankan beresiko
namun sebagian besar merasa aman. Sedangkan pendapat berinternet bagi anak dirasa tidak aman.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menganggap perlu adanya filter yang lebih kuat lagi terhadap
internet agar terbebas dari penyalahgunaannya.
c. Trend Cybercrime Pada Pemerintahan Indonesia
Bidang pemerintahan juga tidak luput dari serangan cybercrime, hal ini disebabkan karena
memang web dan situs-situs milik pemerintahan kadang membuka akses penuh kepada semua user,
dengan harapan masyarakat mendapatkan akses yang maksimal, tetapi hal ini dimanfaatkan oleh
cyber untuk menyerang. Berdasarkan data statistic insiden respon domain.go.id milik pemerintah dari
Direktur Jendral APTIKA tahun 2016, terjadi peningkatan serangan web defacement dari 42 persen
menjadi 95 persen hal ini berarti bahwa hampir seluruh web terkena serangan.
Tabel 2.1. Insiden Respon Domain .Go.Id
persentase
Insiden
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Web Defacement 42.00 persen 66.80 persen 75.00 persen 95.00 persen
Malware 35.00 persen 14.50 persen 2.00 persen 0.00 persen
Phising 17.00 persen 8.90 persen 1.00 persen 1.00 persen
Spam 5.00 persen 9.40 persen 17.00 persen 1.00 persen
DdOS 1.00 persen 0.00 persen 0.00 persen 0.00 persen
Brute Force 1.00 persen 0.00 persen 0.00 persen 0.00 persen
IPR 1.00 persen 0.00 persen 0.00 persen 0.00 persen
Bug 0.00 persen 0.00 persen 4.00 persen 3.00 persen
Data Leaked 0.00 persen 0.00 persen 1.00 persen 0.00 persen
Sumber : Ditjen APTIKA, KEMENKONINFO, 2016
Pemerintah harus lebih tanggap dan waspada terhadap serangan yang ditimbulkan dari kejahatan
cybercrime, trend menunjukkan terjadi peningkatan yagn signifikan pada serangan web defacement,
dimana serangan ini dapat menguasai sebuah web site pemerintahan dan mempergunakannya untuk
kepetingan-kepentingan yang tidak bertanggung jawab bahkan mengganti tampilan web dengan
tampilan yang lain.
d. Trend Cybercrime Pada Pendidikan Indonesia
Dalam dunia pendidikan sepertinya tidak terjadi serangan dari cyber, tetapi patut di teliti bahwa
para cyber tidak menyerang secara langsung tetapi meraka memberikan akses kepada user anak-anak
dan remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang berbau Pornografi. Bahkan strategi pencegahan
pornografi yang telah dibangun oleh KEMENKOMINFO di bobol dan dibiarkan tanpa filter bagi
masyarakat. Belum lagi berbagai macam permainan ( games) yang didalamnya terdapat adegan
sensual dan berbau sex yang dapat dengan mudah di-download dan dipasang pada komputer maupun
Gadget anak-anak.
Menurut kemenkominfo, Perusahaan penyedia jasa internet dan pemerintah, perlu meningkatkan
keamanan konten atau melakukan proteksi sehingga dapat menjadikan internet sebagai ruang yang
aman dan positif bagi anak-anak dan remaja untuk hidup dan tumbuh. Studi ini menemukan bahwa
banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar dari
mereka tanpa sengaja mendapatkan pesan pop-up atau mendapatkan melalui tautan yang
menyesatkan.
Menurut Panji, Kompas, terdapat Hasil penelitian terbaru mencatat pengguna internet di
Indonesia yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta, dimana juga
terdapat kesenjangan digital yang kuat antara anak dan remaja yang tinggal di perkotaan dengan
yang di pedesaan. Data tersebut merupakan hasil penelitian berjudul "Keamanan Penggunaan Media
Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" yang yang dilakukan lembaga PBB untuk anak-
anak, UNICEF, bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan
Universitas Harvard, AS.
Studi ini menelusuri aktivitas online dari sampel anak dan remaja yang melibatkan 400 responden
berusia 10 sampai 19 tahun di seluruh Indonesia dan mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan.
Sebanyak 98 persen dari anak dan remaja mengaku tahu tentang internet dan 79,5 persen di
antaranya adalah pengguna internet.
62
INFOKAM Nomor II Th. XIII/SEPTEMBER/2017

Pihak google meluncurkan laman Kiddle.com, sebuah mesin pencarian yang dikhususkan untuk
anak-anak, di dalam situs ini telah melakukan penyaringan berbagai kata dan web yang mengarah
pada tampilan yang tidak sepantasnya dilihat oleh anak-anak.
Trend cybercrime bidang pendidikan tiap tahun menurun, hal ini dikarenakan semakin sadarnya
tiap orang tua, masyarakat dan Pemerintah akan dampak negative yang ditimbulkan bagi anak-anak.
e. Trend Cybercrime pada Bisnis Indonesia
Bidang Bisnis Online atau e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat,
munculnya beberapa toko online milik masyarakat dan implementasi dari beberapa open source
memudahkan mereka untuk mendisain sendiri toko yang mereka miliki. Kejahatan yang muncul dalam
bidang ini antara lain munculnya penipuan terhadap konsumen dan pemalsuan data-data milik
seseorang untuk mengelabui user.

Gambar 2.8 Data Pendapat pengguna tentang keamanan transaksi online dan media sosial
Sumber : APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016
Pada gambar 2.8 ditunjukkan bahwa masyarakat sudah merasa aman melakukan transaksi secara
online, hal ini didukung oleh perbankan dan adanya penyedia toko online yang memberikan garansi
uang kembali jika barang tidak sesuai dengan deskripsinya. Namun untuk keamanan akun media social
masyarakat masih merasa perlu adanya jaminan yang lebih lagi, hampir setengah dari pengguna yang
disurvey memberikan pendapat akun mereka tidak aman.

2.3. Trend Penanganan Cybercrime di Indonesia


Penanganan kejahatan internet telah dilakukan oleh berbagai lembaga di Indonesia. Namun
perkembangan dan munculnya kejahatan baru (new cybercrime) memaksa pemerintah dan masyarakat
untuk juga turut mengawasi dan mencegah terjadinya kejahatan tersebut.
cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini berbeda dengan kejahatan lain pada
umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak memerlukan interaksi
langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Beberapa cara penanganannya adalah sebagai
berikut :
a. Mengamankan sistem
Pengguna harus sadar bahwa sistem yang ada perlu mendapat perhatian atau pengamanan,
supaya dapat mencegah adanya perusakan bagian dalam sistem karena diakses oleh pemakai yang
tidak sah. Pembangunan keamanan sistem harus terintegrasi pada keseluruhan sistem dan
subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-celah akses
pengguna yang merugikan. Pengamanan secara personal dapat dilakukan mulai dari pengamanan
instalasi sistem, lingkungan sistem, informasi sampai pada pengamanan fisik dan pengamanan data.
Langkah awal pengaman ini dapat dilakukan dengan memasang system anti virus yang professional
untuk menjaga sistem dari serangan yang mungkin terjadi.
INFOKAM Nomor 2 Th. XIII/SEPTEMBER/2017 63

b. Penanggulangan Global
Sebuah organisasi tingkat dunia “The Organization for Economic Cooperation and Development ”
(OECD) telah membuat guidelines bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan
computer-related crime, yang berjudul Computer-Related Crime : Analysis of Legal Policy. Menurut
OECD, beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan
cybercrime adalah :
1. melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya.
2. meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional.
3. meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya
pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan
cybercrime .
4. meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya
mencegah kejahatan tersebut terjadi.
5. meningkatkan kerjasama antarnegara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya
penanganan cybercrime .
c. Lembaga Penanganan Cybercrime
Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia Computer Emergency
Rensponse Team). Unit ini merupakan point of contact bagi orang untuk melaporkan masalah-
masalah keamanan komputer. Dalam siaran pers, Rabu (19/2/2014), Kepala Pusat Informasi dan
Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S. Dewa Broto juga menghimbau, agar
pihak lain yang terlibat dalam menyediakan konten internet harus turut serta mengamankan isi
internet. Hal ini jelas bahwa permasalahan cybercrime tidak hanya milik pemerintah saja tetapi
masyarakat harus juga turut serta dalam menjaga dan mengamankan internet.
d. Undang-Undang Cybercrime
Penanganan kejahatan Cybercrime diperlukan CyberLaw (Undang – undang khusus dunia
Cyber/ Internet). Selama ini landasan hukum Cybercrime di Indonesia menggunakan KUHP (pasal
362) dan ancaman hukumannya dikategorikan sebagai kejahatan ringan, padahal dampak yang
ditimbulkan bisa berakibat sangat fatal. Undang-undang ini terus diadakan perubahan agar sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia.
RUU Perubahan UU ITE telah disahkan menjadi UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas UU ITE (25/11). UU tersebut berisi tujuh poin penting yang merevisi UU ITE, terutama melalui
UU baru ini Pemerintah juga berwenang memutus akses dan/atau memerintahkan penyelenggara
sistem elektronik untuk memutus akses terhadap informasi elektronik yang bermuatan melanggar
hukum. UU baru ini diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, sehingga
mereka dapat lebih cerdas dan beretika dalam menggunakan Internet. Dengan demikian konten
berunsur SARA, radikalisme, dan pornografi dapat diminimalisir. Revisi Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) ini resmi berlaku usai melewati 30 hari sejak disahkan menjadi
UU pada 27 Oktober 2016. Perubahan di UU ITE yang baru yang berkaitan dengan kejahatan
cybercrime diantaranya adalah memperkuat peran Pemerintah dalam memberikan perlindungan dari
segala jenis gangguan akibat penyalahgunaan informasi dan transaksi elektronik (Memberikan
landasan yang kuat bagi pemerintah untuk mencegah penyebarluasan konten negatif di internet).
e. Trend Upaya Pencegahan Cybercrime
Menurut Albrecht W. Steve untuk meminimalisir kejahatan cybercrime dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian. Upaya pencegahan cybercrime
adalah salah satu langkah yang penting karena sistem itu harus dibangun dengan pengendalian,
baik itu yang bersifat physical access maupun logical access. Audit atas pengendalian physical access
dilakukan melalui evaluasi atas pengamanan akses fisik ke lokasi pusat data dan sistem alarm untuk
akses tanpa otorisasi pengamanan fisik lain terhadap hardware.
Sedangkan audit atas pengendalian logical access dapat dilakukan dengan mengevaluasi
kesesuaian otorisasi ataupun password dengan penetapan tanggung jawab (job description). Salah
satu upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan yang namanya audit atas teknologi informasi.
Trend pencegahan cybercrime semakin meluas, hal ini karena adanya kesadaran tiap pengguna
teknologi informasi yang semakin meningkatkan keamanan dalam menggunakan teknologi ini. Peran
Pemerintah yang semakin aktif dalam memberikan informasi tentang hukum dan pelanggaran-
pelanggaran cybercrime sehingga menurunkan niat para pelaku kejahatan ini.
64
INFOKAM Nomor II Th. XIII/SEPTEMBER/2017

3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia telah membawa beberapa manfaat bagi
penggunannya, namun juga terdapat beberapa penyalahgunaan dalam pemanfaatan teknologi tersebut
sehingga Indonesia dianggap sebagai pensuplay kejahatan bidang teknologi informasi (Cybercrime ) di
dunia. Berdasarkan beberapa survey di Indonesia terdapat trend pertumbuhan teknologi informasi dari
berbagai kalangan masyarakat dengan pemanfaatan untuk berbisinis, pencarian Informasi dan
komunikasi serta hiburan. Namun juga muncul trend meningkatnya kejahatan di internet. Indonesia
telah melakukan beberapa antisipasi untuk menekan jumlah kejahatan diinternet melalui perubahan
Undang-Undang sesuai perkembangan teknologi, Pemberian materi Etika Komputer di Perguruan Tinggi
dan Pemahaman tentang kesadaran keamanan berinternet kepada para penggunanya. Namun semua
kembali kepada masing-masing pengguna teknologi informasi ini untuk sadar tentang pentingya
mengamankan data-data dan aktifitasnya.
3.2. Saran
Di Indonesia membutuhkan sebuah model penanggulangan kejahatan di internet yang dapat
diterima oleh semua lapisan masyarakat dan pengguna internet berbasis budaya lokal.

DAFTAR PUSTAKA
APJII, 2016, Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet di Indonesia., Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia
Inilahcom, 2017, Ini Prediksi Tren Kejahatan Cyber Di 2017, Jakarta, Http:// Inilah.Com, 5 Maret 2017
Jam 01:15 Wib
Isparmo, 2016, Data Statistik Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016,
http://isparmo.web.id/2016/11/21/data-statistik-pengguna-internet-indonesia-2016/,
5/3/2017 9:43 AM
Kaspersky, 2016, Kaspersky Lab Threat Predictions for 2017, Global Research and Analysis Team
(GReAT), https://usa.kaspersky.com/
Kemenkominfo, 2016, Statistik insiden respon domain .go.id tahun 2016, Cyber Security & Governance,
http://www.kominfo.go.id/
Kompasiana, 2015, Trend Bertransaksi Perbankan Dalam Sebuah Genggaman,
http://www.kompasiana.com/lompatanbelalangku/trend-bertransaksi-perbankan-dalam-
sebuah-genggaman_560e1618f596734407b4e581
KOPERTIS12, 2016, Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU ITE,
http://www.kopertis12.or.id/, Copyright © 2017 KOPERTIS12. All Rights Reserved.
Mastel Indonesia, 2017, Tren Kejahatan Siber di Tahun 2017, http://www.mastel.id, Senin 5 Maret 2017
jam 14:35 WIB
Merdeka.com, 2016, Ancaman keamanan finansial siber di Indonesia meningkat?, Hacker. ©2014,
http://Merdeka.com.
Panji, A, 2014, Kompas Tekno, Hasil Survei Pemakaian Internet Remaja Indonesia, Rabu, 19 Februari
2014 | 16:23 WIB KOMPAS , JAKARTA
PUSKAKOM, 2015, Profil Pengguna Internet Indonesia 2014; Penerbit : Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia, Cetakan : Pertama, Maret 2015., Indonesia
RENSTRA, 2015, Rencana Strategis (Renstra), Deputi Bidang Politik, Hukum, Dan Keamanan Tahun
2015 – 2019
Steve, A, W, Albrecht W. , 2003, Froud Examination, ohio: south-western.
Tara, J, 2013, Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia, NCB
Interpol Indonesia , Minggu, 05 Maret 2017 jam 12:34 WIB
Undang-Undang No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi
Dan Transaksi Elektro.

Anda mungkin juga menyukai