Anda di halaman 1dari 3

Metode Penelitian Kuantitatif

Diskusikan teori dan variable yang digunakan dalam penelitian Ratna Dyah Suryaratri ini
(http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jppp/article/view/7063/5099 ). Menurut anda, apa tingkat
pengukuran yang digunakannya dan apa jenis validitas dan reliabilitas yang si peneliti gunakan?
Berikan tanggapan anda dan diskusikan dengan teman anda!
JAWAB :
Judul Penelitian

Pengaruh perilaku interpersonal guru terhadap


minat belajar matematika siswa kelas x sma
angkasa 1 jakarta
Pengukuran merupakan hal yang rutin kita lakukan dengan atau tanpa sadar dalam kehidupan
sehari-hari, seperti menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan, menakar kondisi
bahan bakar dengan menggunakan timbangan, menakar kondisi bahan bakar dengan menggunakn
penunjuk kondisi bahan bakar, mengukur kecepatan dengan menggunakan speedometer, hingga
menngevaluasi apakah kita terlambat menggunakan jam tangan merupakan bentuk pengukuran.
Semua kegiatan tersebut memiliki kesamaan sebagaimana sebuah pengukuran pada umumnya, yang
dimaksud kesamaannya adalah pada setiap pengukuran, terdapat fokus pengukuran, alat untuk
mengukur, dan nilai pengukuran.

Pertanyaanya sekarang, apa hubungannya pengukuran dengan penelitian kuantitatif? Penelitian


kuantitatif merupakan yang dilakukan dengan logika yang disusun secara deduktif. Pengertian
deduktif adalah penelitian yang berangkat dari penjelasan yang berlaku umum hingga mengarah
pada penjelasan atas kejadian yang khusus. Tahap menurunkan penjelasan yang umum dalam
penelitian, lalu digunakan untuk menerangkan kejadian yang khusus inilah menjadai wilayah
pengukuran dalam penelitian kuantitatif. Pengukuran dapat dikatakan sebagai proses
mentransformasikan sebuah teori ke dalam bentuk yang mudah dipahami secara empiris dengan
menggunakan bantuan berupa alat ukur/instrument.

Pengukuran menduduki bagian yang penting dalamm sebuah penelitian kuantitatif. Pengukuran
menjadi penghubung antar teori sebagai sebuah titik pijak peneliti yang berada di dunia abstrak dan
instrument yang akan digunakannya untuk meneliti teori tersebut.

 Tingkat Pengukuran

Dalam penelitian Ratna Dyah Suryaratri mengenai Pengaruh perilaku interpersonal guru
terhadap minat belajar matematika siswa kelas x sma angkasa 1 jakarta
menggunakan tingkat pengukuran ordinal.

Pada tingkat pengukuran ordinal kita mulai mengenal adanya tingkatan dalam
kategorisasi tersebut. pada tingkat pengukuran ini, terdapat urutan antara kategori
satu dengan yang lainnya berdasarkan ringkatan. Akan tetapi, dalam tingkat
pengukuran ordinal, kita belum dapat menentukan jarak antara satu kategori dengan
kategori lainnya.
Dalam penelitian pengaruh perilaku interpersonal guru terhadap minat belajar
matematika siswa kelas x SMA angkasa 1 jakarta, diketahui variabel
interpersonalguru memiliki dua katergori skor yaitu kategori rendah berjumlah 56
responden atau 56% dan tinggi berjumlah 44 responden atau 44%, sedangkan
variabel minat matematika juga memiliki dua variabel kategori yaitu, kategori rendah
berjumlah 40 responden atau sebesar 40% dan tinggi berjumlah 60 atau sebesar
60%, jika kita lihat pada tingkat pengukuran disini hanya terdapat urutan kategori
dari yang rendah hingga tinggi, tetapi kita belum dapat menentukan jarak antara satu
kategori dengan kategori lainnya.

 Jenis Validitas (Content Validity)


Vliditas adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu mengukur dengan tepat konsep yang
menjadi acuannya.

Dalam penelitian Ratna Dyah Suryaratri mengenai Pengaruh perilaku interpersonal


guru terhadap minat belajar matematika siswa kelas x sma angkasa 1 jakarta
validitas yang digunakan adalah content validity.

Karena, peneliti melakukan 3 tahap content validity yaitu pertama, peneliti


turut serta di dalam pengambilan sampel dan data sehingga bisa
mengidentifikasi seluruh isi atau aspek utama dari definisi konseptual
yang ada dalam penelitian, kemudian, peneliti mengambil salah satu
contoh dalam keseluruhan definisi yang ada, dan mengembangkan
indikator-indikator yang menggambarkan secara jelas definisi tersebut.

Bisa kita lihat Bersama, penelitian diatas menyatakan Dalam belajar di sekolah,
guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswa turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai (Purwanto, 2011, dalam
Maulidina, 2016).
Bagi guru, mengajar tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran tapi juga merupakan proses
mengatur lingkungan yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya. Hal ini
senada dengan pandangan (Van Petergem, dkk. 2005) yang mengemukakan bahwa pada
beberapa kasus terdapat guru yang lebih menyukai lingkungan disiplin untuk belajar, sedangkan
beberapa yang lain ingin menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, dimana siswa dapat
merasa aman untuk mengambil risiko dan menjadi kreatif.

Hubungan guru dan siswa dipahami sebagai interaksi interpersonal yang terjadi antara guru dengan
siswa yang mengikat mereka satu sama lain. Hubungan ini diasumsikan berasal dari bentuk
interaksi tersebut. Pendekatan terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa dikonseptualisasikan
melalui pengaturan kelas berdasarkan level perilaku interpersonal guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMA Angkasa 1, hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika belum stabil, kadang tinggi kadang rendah dan rata-rata nilai kelas x
adalah 6,75. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yang tepat agar nilai tetap
stabil. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa tentang perilaku guru matematika
yang mengajar mereka di kelas, guru matematika mengajar dengan perilaku yang cenderung
positif, contohnya guru menunjukkan sikap yang bersahabat dengan para siswanya, namun
terkadang mereka menuturkan guru cenderung membosankan dengan cara mengajar yang
diberikan kepada para siswanya.

Kemudian, Slameto (1988) menyatakan minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Menurut Slameto indikator minat
belajar terdiri dari perbuatan, perhatian, dan perasaan senang

 Jenis Reliabilitas (Equivalence reliability)


Reliabilitas ini digunakan ketika peneliti memiliki indicator yang banyak. Asumsi yang
dikembangkan dalam pengukuran reliabilitas ini adalah apakah setiap indicator memberikan
hasil yang konsisten. Untuk mengukur relibilitas ini, biasanya digunakan metode slit-half atau
membagi dua indicator-indikator yang mengukur variable yang sama. Jika kedua bagian
tersebut menunjukkan hasil yang relative sama, dapat dikatakan instrument penelitian
memiliki reliabilitas equivalensi. Cara lain yang dapat digunakan adalah menghitung
Cronbach’s Alpha yang dapat difasilitasi dengan perangkat lunak SPSS.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, yang didapat dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat terdapat pengaruh yang signifikan perilaku
kepemimpinan, membantu/bersahabat, memahami, tanggung jawab siswa/kebebasan,
ragu-ragu, tidak puas, menjengkelkan, ketat secara simultan terhadap minat belajar
matematika siswa kelas X SMA Angkasa 1 sebesar 26% sedangkan sisanya 74%
lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Namun dari
delapan dimensi perilaku hanya lima dimensi perilaku yang memiliki pengaruh
terhadap minat belajar matematika yaitu terdapat pada dimensi perilaku
membantu/bersahabat, perilaku memahami, perilaku ragu-ragu, perilaku tidak puas, dan
perilaku menjengkelkan. Sedangkan tiga dimensi perilaku lainnya yaitu perilaku
kepemimpinan, perilaku tanggung jawab, dan perilaku ketat tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap minat belajar matematika.

Hasil di atas selaras dengan dimensi perilaku guru yang bekerja sama dan mendominasi
tampak berkontribusi pada sikap siswa yang menyenangkan terhadap mata pelajaran,
sedangkan perilaku perlawanan dan kepatuhan guru yang memiliki efek sebaliknya
(Fisher & Rickards, 1995). Hal ini juga mengindikasikan bahwa guru matematika di
SMA memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk membantu siswa termotivasi
dalam belajar dan mendapatkan pencapaian hasil belajar yang baik di sekolah karena
guru memiliki perilaku interpersonal yang mendukung (Reid & Fisher, 2008). Hal
ini juga berkesinambungan antara pengaruh perilaku guru terhadap minat belajar siswa
seperti apa yang diutarakan Slameto (1988) minat besar pengaruhnya terhadap belajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Sehingga
secara signifikansi perilaku interpersonal guru berpengaruh terhadap minat belajar
matematika.

Sumber :

BMP Metode Penelitian Kuantitatif; 1 -9/ SOSI4311/ 3 sks/ Lina Miftahul Jannah. –Cet.6; Ed.2--.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jppp/article/view/7063/5099

Anda mungkin juga menyukai