Materi Pertemuan 3
Materi Pertemuan 3
NEUROLOGI JANIN
Perkembangan system syaraf janin termasuk unik dan penting karena dari
awal yang terbentuk ialah ectoderm yang akan membentuk tabung syaraf dan
kemudian dengan organogenesis yang kompleks akan membentuk jaringan yang
penting bagi perkembangan sampai dewasa. Setiap kesalahan dalam organogenesis
ternayata akan mempunyai dampak pada penyakit atau kecacatan.
Perkembangan tabung syaraf merupakan awal dari perkembangan janin, pada
usia janin 23 hari tabung syaraf sudah hampir sempurna. Setelah kelainan jantung,
kelainan tabung syaraf (NTD-neural tube defect) merupakan cacat yang sering
dijumpai di Barat, namun kelainan tabung syaraf agaknya lebih dominan di
Indonesia. Dalam hal ini patut difahami adanya factor kekurangan asam folat dan
genetic.
Perkembangan otak
otak janin akan berkembang dalam bentuk dan fungsi. Dari bentuk
girus dapat diperkirakan usia janin (Dolman, 1977). Kepala janin merupakan
bentuk yang unik dimana muka hanya sebagian kecil sementara tempurung
kepala lebih dominan dibanding dengan bentuk pada dewasa; ini berarti
sebagian besar ditempati oleh otak. Besar lingkaran oksipitofrontal rata rata
ialah 33 cm dan lingkaran melalui suboksipitobregmatika ialah 32 cm. Oleh
karena itu penting untuk mengukur lingkaran kepala bayi dalam rangka
identifikasi kelainan syaraf.
Perkembangan fungsi syaraf
Fungsi sinaptik ternyata telah bekerja pada usia gestasi 8 minggu,
terbukti dari fleksi leher dan tubuh. (Temiras dkk 1968). Pada akhir trimester
pertama sudah dapat dilihat pergerakan janin secara ultrasonografi dan
ternyata pada stimulasi in vitro dapat terlihat mulut membuka, penutupan
tangan, fleksi plantar ; sedangkan pengepalan dapat dilihat pada usia gestasi
16 minggu, menelan pada 14-16 minggu dan menghisap pada 24 minggu
(Lebenthal dan Lee, 1983). Pada trimester ketiga integrasi otot dan syaraf
makin cepat terbentuk, sehingga janin bila lahir setelah saat itu akan dapat
hidup lebih mudah. Pada usia gestasi 28 minggu, mata janin sudah dapat
menerima rangsang cahaya, namun persepsi bentuk dan warna baru beberapa
saat setelah lahir. Janin agaknya sudah dapat mendengar pada 16 minggu .
Sedangkan ujung syaraf perasa pada lidah dapat ditemukan pada usia 3 bulan;
barulah pada 28 minggu diperkirakan janin dapat mengecap rasa
f. NEFROLOGI JANIN
Sejak jaman Hippocrates, telah diketahui bahwa janin memproduksi urin.
Secara umum diketahui bahwa, paling tidak pada akhir kehamilan, sebagian besar
cairan ketuban diatur oleh produksi urin ginjal janin. Walaupun plasenta merupakan
organ utama pengatur janin, ginjal janin juga berperan dalam pengaturan tekanan
arteri, homeostasis cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa dan sintesa
hormonal janin.
Maturasi ginjal Sistem ekskresi ginjal pada manusia melewati 3 tahap
perkembangan morfogenik. Tahap pertama ditandai dengan munculnya sepasang
tubulus yang membentuk pronefros, suatu organ nonfungsional yang muncul sekitar
minggu ketiga kehamilan dan mengalami involusi sempurna dalam waktu 2 minggu.
Tahap kedua adalah perkembangan mesonefros, yang timbul lebih distal sepanjang
nefrotom dan mengandung sekitar 20 pasang glomerulus dan dinding tubulus yang
tebal. Pada minggu kelima kehamilan, ginjal mesonefrik sudah dapat membentuk
urin. Mesonefros mengalami degenerasi pada minggu ke 11 hingga minggu ke 12
kehamilan yang diikuti pembentukan tunas ureterik. Tahap ketiga dan fase terakhir
perkembangan ginjal adalah timbulnya metanefros, atau ginjal metanefrik yang
matang. Perkembangan tahap terakhir ini tergantung pada interaksi antara tunas
ureterik dengan massa sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi yang mengandung
blastema nefrogenik. Fungsi tubulus ginjal dimulai pada ginjal metanefrik manusia
antara minggu ke 9 dan 12 kehamilan, dan pada minggu ke 14, saluran Henle
berfungsi dan terjadi reabsorpsi tubulus. Nefron-nefron baru dibentuk sampai minggu
ke tiga puluh enam kehamilan pada janin manusia. Nefrogenesis telah terbentuk
secara sempurna pada saat kelahiran bayi cukup bulan, tetapi pembentukan nefron
terus berlanjut setelah kelahiran pada bayi kurang bulan. Keadaan ini juga terjadi pada
perkembangan nefron, dimana terjadi perpanjangan saluran Henle dan pembentukan
lekukan pada tubulus proksimal.
Aliran darah ginjal Ginjal pada bayi baru lahir mendapat darah sekitar 15
sampai 18 % dari cardiac output, sedangkan ginjal janin hanya mendapat 2 sampai 4
% dari output darah ventrikel selama trimester terakhir kehamilan. Ginjal menempati
persentase berat badan lebih besar pada janin dibanding dengan masa kehidupan
selanjutnya. Pada ginjal domba, aliran darah ginjal (RBF) berkisar sekitar 1,5 sampai
dengan 2,0 ml/menit/g berat ginjal. Aliran darah ginjal (RBF) yang relatif rendah ini
berhubungan dengan resistensi vaskular ginjal yang tinggi dan fraksi filtrasi yang
rendah dibandingkan dengan binatang yang baru lahir. Pada anak domba, tidak terjadi
peningkatan RBF yang segera pada saat lahir. Akan tetapi terjadi redistribusi aliran
darah pada korteks superfisial sehingga rasio antara aliran korteks dalam dan aliran
korteks luar adalah lebih kecil dibandingkan dengan janin.
Pada minggu- minggu selanjutnya setelah lahir, RBF meningkat pada anak
anjing, anak babi dan anak domba mungkin karena penurunan yang lebih besar pada
resistensi vaskular dibanding dengan organ-organ lain dan terjadi peningkatan
tekanan arteri Terjadinya peningkatan tekanan arteri yang sering lebih kecil
dibandingkan dengan peningkatan RBF, menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor
lain selain faktor tekanan yang mungkin bertanggung jawab terhadap perubahan
hemodinamik ginjal pasca kelahiran. Ginjal yang matur mampu mempertahankan
RBF yang relatif konstan walaupun terjadi perubahan pada tekanan perfusi diatas
rentang tekanan 80 sampai 150 mmHg, suatu fenomena yang dikenal sebagai
autoregulasi. Pada tekanan perfusi yang sangat rendah dimana ginjal janin terpapar
(40-60 mmHg), terdapat bukti bahwa ginjal janin dapat mengadakan autoregulasi.
RBF janin tetap stabil setelah terjadi peningkatan tekanan darah arteri sebesar 16%
selama pemberian infus vasopresin arginin (AVP), yang menunjukkan bahwa janin
mampu mengadakan autoregulasi RBF pada peningkatan tekanan perfusi ginjal yang
sedang.
g. SISTEM DIGESTIF JANIN
Pada kehamilan 11 minggu usus halus janin menunjukkan peristaltik dan
mampu menyerap glukosa (Kolldovsky dkk 1965). Fungsi gastrointestinal lebih
berkembang pada kehamilan 16 minggu, sehingga janin dapat menelan cairan amnion,
menyerapnya dan mengeluarkan yang tak dipakai melalui colon. Ditemukan asam
hidrokhlorat dan beberapa enzym dalam jumlah kecil. Oleh karena itu pada bayi
prematur mungkin ditemukan defisiensi, tergantung usia kehamilan. Janin aterm
menelan banyak cairan amnion, jumlahnya mencapai 450 ml dalam 24 jam. Gitlin
dkk (1972) mengukur dengan cara radioaktif albumin dan mendapat hasil yang
hampir sama. Namun agaknya jumlah yang sebenarnya lebih sedikit dengan
perhitungan sebagian dihisap ke saluran nafas. Pada kehamilan muda jumlah yang
diminum sangat sedikit, dibandingkan dengan jumlah yang ada. Pada kehamilan tua
volume yang diminum relatif penting, karena bila tidak, akan menumpuk seperti pada
hidramnion. Cairan amnion yang melalui saluran digestif mungkin bermanfaat bagi
perkembangan dan pertumbuhan saluran makanan, namun pada janin anensefalus
dimana minum sangat sedikit, ditemukan saluran digestif yang relatif normal. Pada
kehamilan tua, mekanisme minum berguna pula untuk membersihkan kotoran yang
tak larut. Hal ini dapat ditemukan pada pada mekonium yang diperiksa setelah
kelahiran. Cairan amnion yang diminum mengandung kalori sedikit sekali, namun
mungkin mengandung nutrisi yang penting. Gitlin (1974) menemukan adanya 0,8 g
protein yang larut diperoleh dari minum cairan amnion. Mekonium tidak hanya
mengandung debris dari cairan amnion, juga terdapat sisa sekresi, eksresi dan
deskuamasi traktus gastrointestinal. Warna hijau pekat disebabkan pigmen, umumnya
biliverdin. Pada hipoksia akan mengakibatkan defekasi dimana mekonium keluar,
hal ini dirangsang oleh arginine vasopresin (AVP) yang keluar dari kelenjar hipofisis.
Zat ini merangsang otot polos kolon untuk berkontraksi sehingga timbul defekasi.
Pada obstruksi, dapat terjadi janin muntah in utero (shrand, 1972).
Pankreas dan Hati Fungsi hati janin berbeda dengan hati dewasa; hanya
ada beberapa enzim. Hati hanya mempunyai kemampuan terbatas mengubah
bilirubin bebas menjadi bilirubin diglukuronoside. Semakin muda semakin imatur
sistem konjugasi tersebut. Karena usia eritrosit janin lebih pandek dari orang dewasa,
produksi bilirubin relatif lebih banyak. Hanya sebagian kecil di konjugasi oleh hati
janin dan di ekskresi melalui traktus bilier ke usus dan teroksidasi menjadi biliverdin.
Bashore dkk (1964) melaporkan bilirubin indirek yang diberi label radioaktif dapat
segera disalurkan dari sirkulasi ke plasenta, lalu ke hati ibu di mana dikonjugasi dan
diekskresi melalui empedi ibu.Transfer bilirubin indirek melalui plasenta sebenarnya
2 arah. Hal initerbukti bahwa hampir tak ada kasus dengan bilirubin indirek di dalam
plasma ibu. Bilirubin direk tidak di transfer antara ibu dan janin. Kebanyakan
kolesterol diproduksi oleh hati janin jadi kebutuhan LDL bagi adrenal janin dipenuhi
oleh sintesis hati. Glikogen ada dalam konsentrasi kecil di hati janin pada trimeser
kedua, namun pada trimeser ketiga akan meningkat menjadi 2-3 kali kadar orang
dewasa. Setelah lahir kadar glikogen akan turun segera. Patut diingat bahwa temuan
insulin oleh Benting dan Best (1922) berasal dari janin sapi. Granul yang
mengandung insulin dapat ditemukan dalam pankreas janin pada 9-10 minggu, dan
insulin dapat ditemukan plasma pada 12 minggu (Adam dkk, 1969). Peran insulin
pada janin belum jelas, namun pertumbuhan janin ditentukan oleh nutrisi dari ibu dan
anabolisme di dalam janin. Insulin pada bayi ibu dengan diabetes ternyata tinggi,
demikian juga pada bayi besar, sebaliknya sedikit pada bayi kecil masa kehamilan
(Brismead dan liggins, 1979). Glukagon dapat di identifikasi pada pankreas janin usia
8 minggu kehamilan. Dengan infus alanin dan hipoglikemia dapat meningkatkan
glukagon monyet, namun tidak pada janin manusia. Dalam 12 jam pasca kelahiran
reaksi glukagon janin dapat ditemukan (Chez dkk, 1977). Fungsi eksokrin pankreas
janin dapat dibuktikan namun terbatas, buktinya percobaan penyuntikan albumin
berlabel radio-iodine pada cairan amnion ditelan janin dan dapat ditemukan segera
pada urin ibu (Pritchard, 1965).
h. RESPON ANTIBODI JANIN
Respon imun adalah suatu reaksi hasil suatu sistim yang komplek.
Membangkitkan respon imun membutuhkan antara lain :
1. Serial interaksi di antara sel-sel makrofag, limfosit T dan B yang terorganisasi
dengan rapih.
2. Proses maturasi mekanisme sel-sel efektor seperti sel netrofil, sel eosinofil, sel
basofil dan sel mast .
3. Membutuhkan protein serum yaitu komplemen dan faktor-faktor koagulasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas respon imun yang terjadi di dalam tubuh janin dan
neonatus (bayi baru lahir ) dapat dikatakan sebagai hal yang unik. Bahkan
karakteristik respon imun janin dan neonatus ini lebih disebut sebagai interaksi seluler
yang bersifat prematur (Lawton, 1992). Kapasitas janin dalam memproduksi antibodi
berbeda secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan orang dewasa. Sampai
janin/bayi baru lahir sebenarnya telah dipahami bahwa sebagian besar
perangkat/instrumen imunologis (misalnya sel B sel T, sel makrofag dan sel NK)
telah tersedia dan cukup matang baik fenotip dan fungsinya (Hayward dan Ezer,
1974; Asantila dan Vahala, 1974; Miyawaki dan Moriya, 1981). Hanya kemampuan
melakukan respon imun terus berkembang, karena janin kekurangan pengalaman dan
perlu menimba pengalaman (Lawton, 1992; Roitt, 1994 dan Tizard, 1995). Secara
kuantitatif kapasitas janin dalam memproduksi antibodi telah tampak yang diawali
pada usia kehamilan 10-14 minggu, tetapi kadar imunoglobulinnya rendah khususnya
dalam keadaan tidak adanya infeksi intra uterin (Van Furth et al, 1965; Gitlin et al,
1969).
Perkecualian untuk IgG, IgG diperoleh dari ibu melalui transfer plasenta. IgG
mengalami katabolisasi dengan paruh waktu selama 30 hari serta terjadi
penurunan konsentrasi IgG setelah 3 bulan pertama terutama yang disebabkan oleh
peningkatan volume darah di dalam tubuh bayi yang berkembang. Kemudian
kecepatan sintesis IgG bayi akan mengambil alih serta melampaui jumlah IgG
maternal yang rusak karena katabolisme. Selanjutnya secara keseluruhan konsentrasi
IgG meningkat terus dengan stabil, sampai mencapai kadar orang dewasa pada umur
4-6 tahun. Sintesis IgM janin telah ditemukan sejak umur kehamilan 8-10 minggu,
menyusul IgG sedikit lebih lambat sedangkan sintesis IgA dimulai menjelang
kehamilan aterm (Van Furth et al, 1965; Gitlin et al, 1969).
Kandungan antibodi serum janin aterm meliputi IgM sebesar 10% kadar orang
dewasa, IgG dengan kadar seperti orang dewasa (karena diperoleh melalui transport
plasental) serta sedikit bahkan hampir tidak ada IgA (Buckle, 1968). Konsentrasi IgM
meningkat dengan cepat, pada bayi berumur 1 tahun akan mencapai kadar orang
dewasa. Konsentrasi IgA meningkat perlahan dan pada masa pubertas diperoleh
seperti kadar orang dewasa. Kelenjar limfe dan limfe secara relatif kurang
berkembang sampai janin/bayi lahir, kecuali ada eksposur antigen intrauterin karena
infeksi kongenital oleh mikroorganisme seperti rubella, cytomegalovirus, herpes
Imunoglobulin dalam serum janin dan bayi baru lahir (Dikutip dari Lawton,1992)