Anda di halaman 1dari 3

NAMA :MIRNA

KELAS:XII IPS3

TUGAS:MENBUAT NOVEL SEJARAH PENGALAMAN PRIBADI

JUDUL NOVEL:AKU DAN IMPIANKU

Gantunglah cita-citamu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit, karena jika


engkau jatuh engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

Ya, kata-kata itulah yang terus ku jadikan penyemangat ku sampai saat ini.

Namaku Mirna seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana.

Lahir di kampung laut, kecamatan Kuala jambi, kabupaten Tanjung Jabung timur,
provinsi jambi pada tanggal 19 juli 2004 anak kedua dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2019 aku memasuki sekolah menengah atas(SMA) Yaitu SMAN9 TJT.
Saat itu aku belum memikirkan masa depanku kedepan nya bahkan aku belum tau
cita-citaku mau jadi apa.

Dan tak terasa aku memasuki kelas XII

Aku memiliki sebuah impian yang menurut ku sangat besar, yang mungkin atau
bahkan tidak mungkin bisa terwujud tapi aku yakin aku bisa, aku yakin bahwa apa
yang aku impikan ini akan terwujud.

Impian terbesarku adalah melanjutkan sekolah ku ke universitas, khusus nya


universitas tinggi negri dengan jurusan kedokteran tentunya, ya jurusan yang
paling banyak peminatnya dan paling mahal tentunya. Mungkin orang di luaran
sana sudah memiliki tabungan puluhan bahkan ratusan juta untuk masuk kedalam
jurusan ini. Itulah yang terkadang membuatku kehilangan percaya diri.
Untuk membeli seragam baru saja aku harus mikir berkali-kali apalagi memiliki
tabungan sebanyak itu. Dari mana aku bisa mendapatkan uang itu?.

Selama ini aku belajar dengan giat bahkan aku berusaha untuk lebih giat lagi.
Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar impian ku ini bisa tercapai.

Aku ingin melihat kedua orang tuaku bangga dengan apa yang aku capai. Aku
ingin suatu saat nanti yang entah kapan datangnya aku bisa membuat ayah dan
ibuku tersenyum melihatku mengenakan baju wisuda.

Setahun berjalan begitu cepat tak terasa aku sekarang duduk di kelas akhir
sekolah menengah atas. Inilah saatnya semua yang aku usahakan bertahun-tahun
lamanya akan ku perjuangkan sepenuhnya agar apa yang aku impikan bisa
terwujud.

Setiap hari aku terus mempelajari materi-materi yang belum ku mengerti


mencarinya di buku ataupun internet. Dan ku ulang materi-materi yang sudah di
ajarkan bapak dan ibu guru dari pagi hingga malam.

Hari berganti hari, bahkan bulan sudah berganti bulan kini soal ujian pertama
sudah di depan mataku. Aku selalu berdoa semoga nilai ujian ku tidak
mengecewakan.

Ibuku pernah bilang setiap melakukan hal apapun harus di sertai dengan doa
terlebih dahulu supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

Dirumah ibu selalu menasehati ku agar aku selalu menjalankan sholat 5 waktu
dan berdoa yang terbaik untuk hasil ujian ku dan segala hal yang aku jalani.

Orang bilang jika ingin meringankan biaya kuliah aku harus mengurus kartu KIP.
dan langsung terlintas di pikiran ku aku ingat aku punya kartu KIP yang aku
dapatkan sewaktu duduk dibangku sekolah madrasah tsanawiyah(MTS).

Aku langsung menanyakan nya kepada ibuku, ibuku bilang kartu KIP ku masih
berada dengan guru Mts ku. Dan aku pun memberanikan diri untuk bertanya
langsung kepada guruku, dan ternyata kartu KIP ku hilang sewaktu salah satu guru
MTS ku pergi ke kabupaten yang ingin menyelesaikan beberapa urusannya.

Dan tak di sangka guru ku itu kecelakaan dan meninggal dunia, semua data-data
penting yang dibawanya hilang termasuk kartu KIP ku.

Rasanya sedih mendengar kabar itu, marah, hancur, kecewa, ya. Harapanku untuk
mengambil jalur KIP sudah tidak ada lagi.

"Nak kamu tidak boleh menyalahkan takdir" ujar ibuku yang melihatku menangis
di kamar.

"Tapi Bu aku sudah bersusah payah, aku sudah berusaha, apa karna kita dari
keluarga yang kurang mampu makanya kita selalu di rendahkan. Padahal aku
berharap sekali dengan kartu KIP aku bisa melanjutkan impianku". Jawab ku
marah

"Bukan begitu nak Allah sudah membagi rezeki hamba-hambanya dan mungkin
sekarang bukan rezeki mu, Tetap semangat ya". Ucap ibu menenangkan.

"Iya Bu, maafin aku ya aku belum bisa membahagiakan ibu dan ayah". Ucapku.

"Suutt... Sudah ya belum rezeki mu". Balas ibu.

Karna ucapan ibu aku akhirnya tersadar berusaha bangkit kembali dan
husnudzon kepada tuhan. Mungkin ini bukan jalan ku, mungkin ini bukan rezeki
ku aku tetap berdoa agar Tuhan memberikan ku jalan yang terbaik nantinya.

Saya mengejar pendidikan saya setinggi-tingginya bukan hanya karena saya


ingin mengetahui semua tentang dunia. Tetapi, saya pernah merasakan sakitnya
ketika orang tua saya di pandang rendah oleh orang lain karena tidak punya
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai