Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Sistem Pengendalian Internal 


Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah
rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset,
memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
telah ditetapkan.”
Menurut penelitian Committee of Sponsoring Organization ( COSO ),
pengendalian internal merupakan sistem, struktur atau proses yang
diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen dan karyawan dalam
perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa
tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efektifitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:79) dan IAPI(2011:319.2),
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan
keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pengendalian internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling
berhubungan memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dikoordinasikan
sedemikian rupa, dan mendorong dipatuhinya kebijakan hukum dan peraturan yang
berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan.
B. Komponen Pengendalian Internal
Pengendalian internal yang baik harus memenuhi beberapa kriteria atau
unsur-unsur. Menurut Sukrisno Agoes (2008:80), pengendalian internal terdiri dari
lima komponen yang saling berkaitan. Lima komponen pengendalian internal
tersebut adalah :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan suatu suasana organisasi, yang mempengaruhi kesadaran
akan suatu pengendalian dari sikap orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan suattu fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya
yang bersifat disiplin dan berstruktur.
Mengidentifikasikan 7 faktor penting untuk sebuah lingkungan
pengendalian, antara lain:
a. Integritas dan nilai etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
d. Struktur organisasi.
e. Pemberian wewenang dan tanggungjawab.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penaksiran Resiko (Risk Assessment)
Merupakan identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus di kelola.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi.
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang dapat membantu suatu
perusahaan dalam meyakinkan bahwa tugas dan perintah yang diberikan oleh
manajemen telah dijalankan.
Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit
dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal:
a. Review terhadap kinerja.
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian phisik
d. Pemisahan tugas
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Merupakan pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi
dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu
melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem informasi yang relevan dengan
tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi system akuntansi terdiri atas metode
dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan
melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk
memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
Kualitas informasi yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap
kemampuan manajemen untuk membuat keputusan yang semestinya dalam
mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan
tanggungjawab indivisual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap
pelaporan keuangan.
Dan hal terpenting auditor harus memperoleh pengetahuan memadai
tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk
memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses
informasi.
5. Pemantauan (Monitoring)
Merupakan suatu proses yang menilai kualitas kerja pengendalian
internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan
pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas
kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan
tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung
secara terus menerus, mengevaluasi secara terpisah, atau dengan kombinasi
keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan
pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas.

monitoring

Penilaian risiko

infrastruktur Pengendalian aktivitas

Informasi dan komunikasi

Lingkungan pengendalian

C. Unsur Sistem Pengendalian Internal


PONDASI
Menurut Mulyadi (2008:164), unsur pokok pengendalian internal dalam
perusahaan adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan setiap fungsi
untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam setiap organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur
pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam tercatat ke dalam
catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan (reliability) yang
tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin masukan yang dapat
dipercaya bagi proses akuntansi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan
dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (suprised auditi)Pemeriksaan mendadak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan
diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu
orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari yang lain,
agar tercipta internal check yang baik dalam pelaksanaan tugasnya.
d. Perputaran jabatan (job rotating).Perputaran jabatan yang diadakan secara
rutin akan dapat menjaga independensi pejabat, memperluas wawasan
pengetahuan yang mendalam, sehingga persekongkolan di antara
karyawan dapat dihindari.
e. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya.Untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan
pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan fisik dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut. 
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai
cara berikut ini dapat ditempuh:
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya.
b. Pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan
tuntutan perkembangan pekerjaaannya.
D. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Arens & Loebbecke (2009:258) Manajemen dalam merancang
struktur pengendalian intern mempunyai kepentingan-kepentingan sebagai berikut:
1. Keandalan Laporan Keuangan 
Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan
keuangan bagi investor, kreditor dan pengguna lainnya. Manajemen
mempunyai kewajiban hukum dan profesional untuk menjamin bahwa
informasi telah disiapkan sesuai standar laporan, yaitu prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2. Mendorong efektifitas dan efisiensi operasional
Pengendalian dalam suatu organisasi adalah alat untuk mencegah kegiatan dan
pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha, dan untuk mengurangi
penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan
Pengendalian internal yang baik tidak hanya menyediakan seperangkat
peraturan lengkap dan sanksinya saja. Tetapi pengendalian internal yang baik,
akan mampu mendorong setiap personal untuk dapat mematuhi peraturan yang
sudah ditetapkan dan berkaitan erat dengan akuntansi contohnya adalah UU
Perpajakan dan UU Perseroan Terbatas.

Anda mungkin juga menyukai