Anda di halaman 1dari 3

Tanggal: 11 Oktober 2021

Nama dan NIM: Mesy Savira Wulandari / 2113017003


Tema Kasus: Viral Hepatitis
Setting Kasus: Seorang remaja dirawat di RS karena keluhan demam, muntah, nyeri perut, tdk nafsu makan dan mata serta kulitnya berwarna kekuningan.
Setelah diperiksa, diketahui bahwa pasien memiliki feses berwarna pucat dan urin berwarna pekat. Hasil lab keluar setelah satu hari pasien dirawat: bilirubin total 4,2 mg/dl,
SGOT 124 u/L, SGPT 94 u/L, antibodi hepatitis A (anti HAV) positif. Terapi yang diberikan adalah parasetamol 650 mg 3 x1 prn, domperidone 10 mg 3x1 prn, infus
dextrose, dan meropenem IV 500 mg tiap 8 jam.

Analisis Kasus
Subjective (S) Objective (O) Assesment (A) Plan (P)
 Demam  Bilirubin total: 4.2 mg/dL Pemantauan Terapi Obat – DRP’s  Parasetamol 650 mg 3x1 prn
 Muntah (Normal: 0.2-1.2 mg/dL) 1. Indikasi yang tidak diterapi: Digunakan untuk gejala demam dan tetap
 Nyeri perut  SGOT: 124 u/L Tidak ada digunakan
 Tidak nafsu makan (Normal: 5-40 u/L) 2. Obat dengan indikasi yang tidak sesuai:  Domperidone 10 mg 3x1 prn
 SGPT: 94 u/L Meropenem IV 500 mg tiap 8 jam Digunakan untuk mual dan muntah, tetap
(Normal: 7-56 u/L) Adalah obat antibiotik golongan betalaktam yang digunakan
 Anti HAV positif digunakan untuk infeksi bakteri. Sedangkan viral  Ringer Laktat 500 ml tiap 8 jam
 Mata dan kulit berwarna hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis A Ringer laktat mengandung elektrolit, sehingga
kekuningan (HVA). Sehingga penggunannya dihentikan. bisa menambah cairan dan nutrisi tubuh.
 Feses berwarna pucat Infus dekstrosa  Vaksin hepatitis A bisa diberikan setelah
 Urin berwarna pekat Infus dekstrosa tidak menggantikan elektrolit penyembuhan penyakit hepatitis A.
yang hilang karena isinya adalah gula  Menjaga kebersihan dengan teknik mencuci
3. Dosis lebih: tangan yang baik
Tidak ada, karena meropenem dan infus dekstrosa
tidak digunakan
4. Dosis kurang:
Tidak ada, karena meropenem dan infus dekstrosa
tidak digunakan
5. Interaksi obat:
Tidak ada
6. ADR:
Tidak ada
7. Kegagalan dalam menerima obat:
Tidak ada
Tanggal: 11 Oktober 2021
Nama dan NIM: Mesy Savira Wulandari / 2113017003
Tema Kasus: Vaginal Candidiasis
Setting Kasus: Seorang wanita, usia 29 tahun datang ke apotek dan ingin membeli obat fluconazole 150 mg sebanyak 5 tablet. Ia mengetahui penggunaan obat tersebut dari
rekan kerjanya untuk pengobatan keputihan yang sedang dideritanya.

Analisis Kasus
Subjective (S) Objective (O) Assesment (A) Plan (P)
Wanita usia 29 tahun - Who : Wanita berusia 29 tahun  Pasien diharapkan melakukan pemeriksaan ke
What : Mengalami keputihan dokter terlebih dahulu untuk memastikan
How : Tidak ada data dari pasien penyebab dari gejala keputihan yang dialami
Action : Belum ada tindakan yang dilakukan agar mendapatkan terapi yang tepat karena
Medication : Belum ada pengobatan yang dilakukan beberapa penyakit vaginal candidiasis
membutuhkan diganostik khusus dan
Fluconazole adalah antijamur yang biasa digunakan pertimbangan terapeutik.
sebagai terapi awal pada infeksi jamur vagina.  Pasien diharapkan untuk selalu menjaga
Dengan pemberian dosis terapi oral 100 mg, 150 mg, kebersihan dan kelembapan area vagina.
atau 200 mg tiap hari ketiga pada waktu terapi 7-14
hari (hari ke-1, 4, dan 7). Namun, sebelum pemberian
terapi, dianjurkan untuk melakukan remisi mikologi.

Vaginal Candidiasis adalah infeksi akibat jamur


Candida albicans dengan adanya gejala berupa
disuria eksternal dan pruritus vulva, nyeri, bengkak,
dan kemerahan. Tanda-tanda meliputi edema vulva,
fisura, ekskoriasi, dan keputihan kental kental.
Vaginal candidiasis berhubungan dengan pH vagina
normal (<4,5).
Tanggal: 11 Oktober 2021
Nama dan NIM: Mesy Savira Wulandari / 2113017003
Tema Kasus: Fungal Infection & HIV-AIDS
Setting Kasus: Seorang laki-laki usia 21 tahun, BB 52 kg, TB 173 cm, masuk ke IGD sebuah RS dengan keluhan sesak dan batuk tidak produktif. Dokter menduga pasien ini
menderita PCP. Dokter berencana memberikan terapi dengan antibiotik trimetropim-sulfametoxazole IV selama 21 hari. Pasien mengalami sesak nafas satu bulan SMRS,
terdapat penurunan BB, telah menyelasikan pengobatan TB dengan obat TB-lini 1 satu bulan yang lalu, namun tdk ada perubaikan. Hasil pengukuran CD4 pasien ini adalah
72 sel/uL.

Analisis Kasus
Subjective (S) Objective (O) Assesment (A) Plan (P)
 Sesak Nafas  Hasil pengukuran CD4 = 72 Pemantauan Terapi Obat – DRP’s  antibiotik trimetropim-sulfametoxazole IV
 Batuk tidak produktif sel/uL. 1. Indikasi yang tidak diterapi: Digunakan untuk terapi PCP dengan
 Terdapat penurun BB Tidak ada skala berat selama 21 hari. Digunakan
2. Obat dengan indikasi yang tidak sesuai: dosis 15-20 mg/kg trimetroprim per hari
Pengobatan TB lini pertama dan 75-100 mg/kg sulfametoksazole per
Adalah obat yang ditujukan untuk penyakit TB, hari yang terbagi menjadi tiga atau
karena pasien bukan penderita TB, maka empat dosis.
penggunannya dihentikan.  kortikosteroid
3. Dosis lebih: Kortikosteroid sistemik dalam 72 jam
Tidak ada pertama memulai terapi PCP.
4. Dosis kurang: Kortikosteroid sistemik perlu
Tidak ada diberikan jika PaO2<70 mmHg atau
5. Interaksi obat: gradien oksigen alveolar-arteri lebih
Tidak ada dari 35 mmHg.
6. ADR: Dosis kortikosteroid yang diberikan
Tidak ada adalah prednisolone 40 mg dua kali
7. Kegagalan dalam menerima obat: sehari per oral pada hari ke 1-5
Tidak ada kemudian 40 mg satu kali sehari pada
hari ke 6-10. Dilanjutkan dengan
prednisolone 20 mg satu kali sehari
pada hari ke 11-21.

Anda mungkin juga menyukai