Anda di halaman 1dari 12

Nama : Lidya Yosephine

NIM : C1C019066
Resume Ch 4 Etika Profesional

Etika (ethis) secara garis besar dapat diidentifikasikan sebagai serangkaian prinsip
atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu meskipun kita
memperhatikan atau tidak memperhatikanya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi
keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nilai moral
ini dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip nilai atau nilai norma yang telah
ditentukan adalah UU dan peraturan doktrin gereja, kode etik bisnis bagi kelompok profesi
seperti akuntan publik,bl serta kode perilaku dalam organisasi.

Prinsip nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip tersebut bagi mereka pasti
berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan pengalaman hidup,
kesuksesan dan kegagalan yang dialami serta pengaruh dari orang tua,guru dan teman.
1. Kebutuhan akan Etika
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak nilai
etika yang umum yang dimasukan kedalam undang-undang. Dan berikut ini
merupakan enam nilai etis mengenai perilaku etis, menurut josephon institute.
a. Dapat dipercaya (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas
dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan
kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan
kesadaran yang tinggi didalam situasi apapun. Reliabilitas melakukan semua
yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung
jawab untuk melindungi berbagai kepentingan masyarakat ataupun organisasi.
b. Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan (civility) kesopan
santunan (courtesy), kehormatan toleransi dan penerimaan.
c. Pertanggung jawaban (responsibility) bertanggung jawab atas tindakan
seseorang serta menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha
sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh mencakup juga
ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.
d. Kelayakan (fairness) mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap
tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan dan keseksamaan. Perlakuan
yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang
konsisten.
e. Perhatian (caring) sunguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain
dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingam sesama serta
memperlihatkan perbuatan baik.
f. Kewargaanegaran (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannnya sebagai warga negara agar proses dalam
masyarakat berjalan dengan baik.

2. Mengapa Orang-orang Bertindak Tidak Etis


Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan yang
berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Ada
dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis yaitu:
a. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum
Contoh ekstrem orang-orang yang perilakunya hampir semua standar etika
dianut oleh setiap oramg adalah pendengar obat terlarang, perampok bank,
pencuri. Sebagian besar orang melakukam tindakan tersebut tidak menunjukan
rasa penyesalan saat mereka tertanglap karema standar etika mereka berbeda
dengan yang berlaku dimasyarakat secara keseluruhan.
b. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri
Dimana etika ini menggambarkan perbedaan antara standar etika yang berbeda
dengan standar etika yang dianut masyarakat umum dan bertindak
mementingkan diri sendiri.

Dilema Etika
Dilema etika (ethical dilema) adalah situasi yang dihadapkan oleh seseorang dimana
dia harus mengambil keputusam tentang perilaku yang tepat. Contoh sederhananya adalah
penemuan cincin berlian, dimana seseorang harus menentukan apalah akan berusaha
mencari pemilik cincin tersebut atau akan menyimpannya. Para auditor, akuntan serta
pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnisnya

Merasionalkan Perilaku Tidak Etis


a. Setiap orang melakukannya, argumen bahwa memalsukan SPT pajak, mencontek saat
ujiam, menjual produk yang cacat merupakan perilaku yang dapat diterima umumnya
didasarlan pada rasionalisme bahwa setiap orang lain juga melakikan hal yang sama
sehingga perilakun ini dapat diterima.
b. Jika sah menurut hukum, hal itu etis. Menggunakan argumen bahwa semua perilaku
yang sah menurut hukum adalah perilaku yang etis sangat bergantung pada kesempurnaan
hukum. Menurut filosifi ini, seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan barang
yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya. Filosofi ini bergantung pada evaluasi
atas kemungkinan bahea orang lain akan menemukan perilaku tersebut.

Menyelesaikan Dilema Etika


a. Memperoleh fakta yang relevan
b. Mengidentifikasi isu-isu berdasarkan fakta
c. Menentukan siapa yang akan berpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi
d. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan
dilema
e. Mengidentifikasi konsekoensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
f. Memutuskan tindakan yang tepat

Kebutuhan Khusus Akan Perilaku Etis dalam Profesi


Masyarakat kita telah memberikan pengeritian khusus atas istilah profesional. Seseorang
profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari yang dilakukan
oleh sebagian besar angkota masyarakat lain. Sebagaimana contoh, ketika pers memberitakan
bahwa seorang dokter, biarawan, sensor, atau akuntan publik telah
didakwa melakukan suatu kejahatan, mayoritas masyrakat akan merasa lebih kecewa
dibandingkan jika hal tersebut terjadi pada seorang yang bukan profesional.
Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan
masyarakat. Akuntan publik sebagai profesional meengakui adanya tanggung jawab
kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat
meskipun itu berarti pengorbanan.
Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesionalisme yang tinggi oleh
setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan
profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa.

Kode Perilaku Profesional


Kode perilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal
maupun peraturan perilaku khusus yang harus di berlakukan. Kode etik ini terdiri dari empat
baagian yaitu:
(1) prinsip-prinsip
(2) perilaku
(3) interprestasi atau peraturan perilaku dan
(4) kaidah etika.

Prinsip perilaku profesional terdiri dari dua bagian utama; enam prinsip etis.
1. Tanggung Jawab, dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional para
anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam
semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan Publik, para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik.
3. Integritas untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik para anggota
harus melaksanakan seluruh tanggung jawabnya.
4. Objektivitas dan Independensi, anggota harua objektiv dan bebas dari konflik
kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab.
5. Keseksamaan, anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus
berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikan serta
melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai kemampuan terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa, anggot yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip kode perilaku profesional dalam menentukan lingkup
dan sifat jasa yang akan disediakannya.
Prinsip keenam ini hanya diberlakukan pada ruang lingkup dan sifat jasa yang hanya
diterapkan pada para anggota yang bekerja bagi publik.

1. Peraturan perilaku
Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh
setiap akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegang
sertifikat akuntan public tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harus
mematuhi sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Karena bagian
tentang peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya bagian kode etik yang dapat
diberlakukan, maka peraturan perilaku ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih
spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Karena sifatnya
yang dapat diberlakukan, banyak praktisi merujuk peraturan ini sebagai Kode
Perilaku Profesional AICPA. Berikut ini merupakan gambar perbedaan antara
standar perilaku yang tersusun dalam prinsip-prinsip dengan yangtersusun dalam
peraturan perilaku.
2. Interpretasi Peraturan Perilaku
Kebutuhan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbul ketika
terdapat beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik.
Komite Eksekutif Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi
berdasarkan consensus komite yangterdiri dari para praktisi akuntan public. Sebelum
disahkan, interpretasi itu dikirimkan kepada sejumlah besar orang-orang penting
dalam profesi untuk diminta masukannya.

3. Kaidah Etika
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika
professional tentang situasi faktual khusus. Sejumlah besar kaidah etika
dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.
Berikut adalah contoh (Peraturan 101−Independensi; Kaidah No.14).
 Pertanyaan−Seseoran anggota bertindak sebagai direktur atau pejabat United
Way atau organisasi pencari dana serupa. Lembaga amal local tertentu
menerima dan adari organisasi itu, apakah independensi dianggap akan
terganggu berkaitan dengan lembaga amal semacam itu?
 Jawaban−Independensi dianggap terganggu jika setiap partner atau karyawan
professional perusahaan bertindak sebagai direktur atau pejabat organisasi dan
organisasi itu melakukan pengendalian manajerial terhadap lembaga amal
lokal.
4. Aplikabilitas Peraturan Perilaku
Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Profesioanl AICPA diterapkan
pada semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut
berpraktik atau tidak berpraktik sebagai akuntan public, kecuali dinyatakan secara
khusus dalam kode etik tersebut. Table 4-1 menunjukkan apakah peraturan tersebut
berlaku bagi semua anggota atau hanya bagi para anggota yang berpraktik bagi
publik.

Independensi
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi public atas independensi auditor. Alas an
bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publikadalah ekspektasinya atas
sudut pandang yang tidak bias. Kode Perilaku Profesional AICPA dan Kode Etik bagi
Perilaku Profesional AICPA mendefinisikan independensi sebagai hal yang terdiri dari dua
komponen: independensi dalam berpikir dan independensi dalam penampilan.
Independensi dalam berpikir (independence in mind) mencerminkan pikiran auditor
yang memungkinkann audit dilaksanakan dengan sikap yangtidak bias. I dalam berpikir
mencerminkan persyaratan lama bahwa anggota harus independen dalam fakta. Independensi
dalam penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas
independensi ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka
menjadi penasihat untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.
Berikut berbagai peraturan independensi SEC dan PCAOB:
A. Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan SEC yang Membahas Independensi Auditor.
SEC mengesahkan aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor pada bulan
Januari 2003 sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act. Selanjutnya peraturan SEC
membatasi ketentuan jasa nonaudit untuk klien audit, dan mencakup juga pembatasan
atas pengangatan karyawan dari mantan karyawan kantor akuntan oleh klien dan rotasi
partner audit guna mempertinggi independensi. PCAOB juga menerbitkan aturan
independensi tambahan yang berkaitan dengan ketentuan jasa perpajakan tertentu.
a. Jasa Nonaudit.
Sarbanes-Oxley ACT dan peraturan SEC membatasi, tetapi tidak benar-benar
menghilangkan, jenis jasa nonaudit yang dapat diberikan kepada klien audit yang
merupakan perusahaan terbuka. Berikut adalah Sembilan jasa yang tidak
diperkenankan:
• Jasa pembukuan dan akuntansi lain
• Perancangan dan implementasi system informasi keuangan
• Jasa penaksiran atau penilaian
• Outsourcing audit internal
• Fungsi manajemen dan SDM
• Jasa pialanag atau dealer atau penasihat investasi atau banker investasi

Perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan, dalam laporan proksinya atau
pengajuan tahunan ke SEC, jumlah total pembayaran fee audit dan nonaudit kepada
KAP untuk dua tahun terakhir. Empat kategori fee harus dilaporkan:
(1) fee audit, (2) fee yang berkaitan dengan audit, (3) fee perpajakan, dan (4) semua
fee lainnya. Fee yang berkaitan dengan audit adalah untuk jasa-jasa seperti comfort
letter dan review atas pengajuan ke SEC yang hanya dapat diberikan oleh kantor
akuntan public.
b. Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang yanggung
jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.
Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak
tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
c. Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia
Menurut peraturan SEC yang dikeluarkan sebelum Sarbanes-Oxley Act dan masih
berlaku hingga kini, KAP dianggap tidak independen berkenaan dengan klien audit
jika mantan partner, principal, pemegang saham, atau karyawan professional dari
kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan mempunyai kepentingan keuanagn
yang berkelanjutan dalam kantor akuntan bersangkutan atau dalam posisi atau dalam
mempengaruhi kebijakan operasi atau keuanagn kantor akuntan tersebut.
d. Rotasi Partner
SEC mewajibkan “time out” selama 5 tahun bagi pemimpin dan partner audit
sesudah rotasi sebelum mereka dapat kembali ke klien audit yang sama. Partner audit
lainnya yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi
sesudah tujuh tahun dan terkena periode time-out selama dua tahun.
e. Kepentingan Kepemilikan
Aturan Sec tentang hubungan keuangan berfokus pada perspektif penugasan dan
melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat mempengaruhi
audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang yang terlibat dalam
audit dan keluarga dekat mereka, termasuk (a) anggota tim penugasan audit, (b)
mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai momando
perusahaan, (c) partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa
nonaudit kepada klien, dan (d) partner dalam kantor partner yang terutama
bertanggung jawab atas penugasan audit.
1. Belanja Prinsip Akuntansi
Standar auditing menetapkan empat persyaratan yang harus diikuti ketika sebuah
KAP diminta untuk memberikan pendapat secara tertulis atau lisan menyangkut
penerapan prinsip akuntansi atau jenis pendapat audit yang akan sikeluarkan atas
transaksi khusus atau hipotesisi dari klien audit kantor akuntan public lain. Tujuan
dari persyaratan ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan manajemen mengikuti
praktik yang umumnya disebut belanja pendapat (opinion shopping) dan ancaman
potensial atas independensi. Di antara persyaratan tersebut yang terpenting adalah
bahwa KAP yang diminati nasihat harus berkomunikasi dengan auditor entitas yang
ada untuk memastikan semua fakta yang relevan tersedia untuk membentuk
pertimbangan professional atas masalah yang diminta untuk dilaporkan.
2. Penugasan KAP oleh Komite Audit dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen
Sebagai alternative atas penugasan KAP oleh komite audit dan pembayaran fee audit oleh
manajemen adalah penggunaan auditor pemerintah atau semi-pemerintah. Dengan
memperhatikan semua hal, dapat dipertanyakan apakah fungsi audit akan dilaksanakan
dengan lebih baik atau lebih murah oleh sektor public.

F. PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDENSI


KAP harus independen ketika memberikan jasa tertentu, tetapi tidak untuk jasa
lainnya. Frase terakhir dalam Peraturan 101, “sebagaimana disyaratkan oleh standar yang
dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan” adalah cara yang tepat bagi AICPA
untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan persyaratan independensi atas berbagai
jenis jasa. Berikut beberapa masalah dan interpretasi penting yang melibatkan
independensi:
a. Anggota yang Tercakup, meliputi:
 Orang-orang pada tim penugasan atestasi
 Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan
 Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
 Partner dimkantor partner yang bertanggungjawab atas penugasan atestasi
 Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
 Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut
di atas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas
yang beroperasi bersama
b. Kepentingan Keuangan Langsung Vs, Tidak Langsung
Kepentingan Keuangan Langsung adalah kepemilikan lembar saham atau
ekuitas lainny aoleh para anggota atau keluarga dekatnya. Sebagai contoh, jika
baik partner di kantor di mana audit dilakukan atau pun pasangan hidupnya
memiliki kepentingan keuangan dalam perusahaan tertentu, maka kantor akuntan
public tersebut dilarang menurut Peraturan 101 untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan perusahaan itu.
Kepentingan keuangan tidak langsung muncul ketika terdapat hubungan
kepemilikan yang dekat, tetapi bukan hubungan langsung antara auditor dan
kliennya. Contohnya adalah kepemilikan anggota yang terlibat atas dana bersama
yang memiliki investasi dalam saham klien.
c. Material atau Tidak Material
Material mempengaruhi apakah kepemilikan saham merupakan suatu pelanggaran
atas Peraturan 101 hanya untuk kepentingan tidak langsung. Materialistis harus
dilihat dalam hubungannya dengan kesejahteraan dan pendapatan seorang
anggota. Sebagai contoh, jika seorang anggota yang terlibat memiliki sejumlah
besar iinvestasi dalam dana bersama dan dana itu mempunyai posisi kepemilikan
yang besar pada perusahaan klien, mungkin telah terjadi pelanggaran atas Kode
Etik.
d. Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan
 Mantan Praktisi. Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para
mantan partner atau pemegnag saham yang meinggalkan perusahaan dengan
cara seperti mengundurkan diri atau menjual kepemilikan sahamnya untuk
memiliki hubungan dengan klien perusahaan, yang lazimnya merupakan jenis
kepemilikan yang melanggar Peraturan 101, tanpa mempengaruhi independensi
KAP.
 Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal. Umumnya, tidak
diperkenankan adanya perjanjian kredit antara KAP atau para karyawannya
dengan klien audit karena hal itu merupakan hubungan keuangan.
 Kepentingan Keuangan dan penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Terdekat. Kepentingan keunagn dari anggota keluarga inti yang
didefinisikan sebagai pasangan suami-istri, anak-anak, atau anggota keluarga
lain yang ditanggung oleh seorang anggota perusahaan, umumnya diperlakukan
seolah-olah merupakan kepentingan keungan dari anggota itu sendiri.
 Investasi Bersama dengan Klien Direktur, Pejabat, Manajemen, atau Karyawan
Perusahaan. Jika seorang akuntan public adalah anggota dari dewan direksi atau
pejabat perusahaan klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang
independen atas kewajaran penyajian laporan keuangan akan terpengaruh.
 Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan Mantan Praktisi. Dalam
sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para mantan partner atau
pemegnag saham yang meinggalkan perusahaan dengan cara seperti
mengundurkan diri atau menjual kepemilikan sahamnya untuk memiliki
hubungan dengan klien perusahaan, yang lazimnya merupakan jenis
kepemilikan yang melanggar Peraturan 101, tanpa mempengaruhi independensi
KAP.
 Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal. Umumnya, tidak
diperkenankan adanya perjanjian kredit antara KAP atau para karyawannya
dengan klien audit karena hal itu merupakan hubungan keuangan.
 Kepentingan Keuangan dan penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Terdekat. Kepentingan keunagn dari anggota keluarga inti yang
didefinisikan sebagai pasangan suami-istri, anak-anak, atau anggota keluarga
lain yang ditanggung oleh seorang anggota perusahaan, umumnya diperlakukan
seolah-olah merupakan kepentingan keungan dari anggota itu sendiri.
 Investasi Bersama dengan Klien Direktur, Pejabat, Manajemen, atau Karyawan
Perusahaan. Jika seorang akuntan public adalah anggota dari dewan direksi atau
pejabat perusahaan klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang
independen atas kewajaran penyajian laporan keuangan akan
terpengaruh.Perkara Hukum antara Kantor Akuntan dan Klien
e. Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya
Ada tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum dapat diterima
untuk memberikan jasa pembukuan dan audit kepada klien:
1) Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan
2) Akuntan public tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen
yang mengoperasikan perusahaan
3) Akuntan public, dalam melaksanakan audit atas laporan keuanagn yang
disusun dari pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau
sebagian olek akuntan public, harus sesuai dengan GAAS.
Konsultasi dan Jaa Nonaudit Lainnya. KAP nawarkan banyak jasa lainnya
untuk membantu klien yang secara potensial dapat menganggu independensi.
Aktivitas semacam itu dapat diizinkan sepanjang anggotanya tidak menjalankan
fungsi manajemen atau membuat keputusan manajemen,
f. Fee yang Belum Dibayar
Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya, independensi dianggap
terganggu bila fee yang ditagih atau belum ditagih atas jasa professional yang
diberikan masih belum dibayar lebih daari q tahun sebelumnya tanggal laporan.
Fee yang belum dibayar ini dianggap sebagai pinjaman dari auditor kepada klien
dan karenanya melanggar Peraturan 101.
g. Jaringan Kerja Kantor Akuntan
Kantor akuntan sering bergabung dengan kelompok atau asosiasi kantor akuntan
lain yang lebih besar demi meningkatkan kemampuannya untuk memberikan jasa
professional.
h. Kerangka Kerja Konseptual tentang Independen
1) Mengidentifikasi dan mengevaluasi situasi yang mungkin mengancam
independensi
2) Menentukan apakah pengamanan/perlindungan sudah diberlakukan atau
dapat diimplementasikan yang akan mengeliminasi atau cukup
mengurangi ancaman.
3) Menyimpulkan bahwa independensi terganggu jika tidak tersedia
perlindungan untuk mengeliminasi ancaman yang tidak dapat diterima atau
menguranginya hingga tingkat yang dapat diterima.

G. PERATURAN PERILAKU LAINNYA


1) Integritas dan objektivitas
Menurut peraturan 201 – Integritas dan Objektivitas dalam pelaksannaannya
setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan
integritas, harus bebas dari konflik kepentingan tanpa evaluasi dan tidak boleh dengan
sengaja membuat kesalahan penyajian atas fakta atau menyerahkan penilaiannya
kepada orang lain. Untuk menggambarkan arti integritas dan objektivitas, asumsikan
auditor percaya bahwa piutang usaha mungkin tidak dapat ditagih tetapi menerima
pendapat manajemen tanpa evaluasi independen atau kolektibilitas atau ketertagihan
piuang itu.
Contohnya, tidak tepat bagi auditor yang juga pengacara untuk mewakili klien
dalam masalah hukum. Pengacara adalah seornag penasihat bagi klien, sedangkan
auditor harus tidak memihak. Ini berarti bebas dari konflik kepentingan berarti tidak
ada hubungan yang dapat mencampuri objektivitas dan integritas. Interprestasi atas
Peraturan 102 menyatakan bahwa konflik kepentingan yang terlihat mungkin tidak
melanggar peraturan perilaku jika informasinya diungkapkan kepada klien anggota
atau yang mempekerjakan.

2) Standar Teknisi
1. Menurut peraturan 201- Standar Umum, seorang anggota harus mematuhi
standar berikut dan interprestasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Dewan.
a. Kompetensi profesional. Hanya mengerjakan jasa profesional dimana anggota
atau kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional
b. Kesesamaan profesional. Menggunakan kemahiran profesional dalam
melaksanakan jasa profesional
c. Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa profesional
d. Data relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
sebagai dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau rekomendasi dalam
hubungannya dengan jasa profesional yang dilaksanakan.
2. Peraturan 202- Ketaatan pada Standar seorang anggota yang melaksanakan
jasa audit, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa
profesional lainnya dalam mematuhi standar yang diterapkan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh dewan.
3. Peraturan 203 - Prinsip – Prinsip Akuntansi. Seorang anggota tidak boleh (1)
memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lainnya milik satu entitas telah disajikan sesuai dengan prinsi-
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak
menyadari adanya modofikasi yang material yang harus dibuat pada laporan atau
data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu,
yang mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang diambil secara
menyeluruh.
3) Kerahasiaan
Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari
setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan spesifik dari peraturan
301 yang berkaitan dengan informasi klien.
Peraturan 301--Informasi Rahasia Klien Seorang anggota dalam praktik publik
tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia klien tanpa persetujuan klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan (1) untuk membebaskan seseorang anggota dari
kewajiban profesionalnya menurut peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi
dengan cara apapun kewajiban anggota memenuhi panggilan pengadilan yang dibuat
secara sah dan dapat diberlakukan, (3) untuk menghambat review atas praktik
profesional anggota menurut AICPA atau perkumpulan akuntan publik negara bagian
atau otorasi Dewan Akutansi, atau (4) untuk menghalangi seorang anggota
mengajukan keluhan dengan, atau menanggapi suatu penyelidikan yang dilakukan
oleh, divisi etika profesional atau dewan pengadilan institut atau badan investigatif
atau displiner dari perkumpulan akuntan publik negara bagian atau Dewan Akutansi.
Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam butir (4) dan anggota yang
terlibat dengan review praktik profesional yang diidentifikasi dalam butir (3) tidak
boleh menggunakan keunggulan posisinya atau mengungkapkan setiap informasi
rahasia klien milik anggota manapun yang datang kepada mereka dalam menjalankan
aktivitas tersebut. Larangan ini tidak akan membatasi pertukaran informasi para
anggota yang berhubungan dengan hasil investigatif atau displiner yang dijelaskan
dalam butir (4), atau review praktik profesional yang dijelaskan dalam butir (3)

Kebutuhan akan kerahasiaan Seperti yang dinyatakan dalam paragraf kedua


Peraturan 301, ada empat pengecualian atas persyaratan kerahasian. Keempat
pengeculian itu berkenaan dengan tanggung jawab yang paling penting ketimbang
mempertahanka hubungan rahasia klien.
1. Kewajiban yang berhubungan dengan sandar teknis
2. Panggilan pengadilan dan ketatatan pada hukum serta peraturan
3. Peer review
4. Respon terhadap devisi etika

4) Fee Kontinjen
Digunakan untuk membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam
melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkan fee kontinjen
diperlihatkan berikut.
Peraturan 302 -- Fee Kontinjen Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh

1) Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontinjen, atau menerima fee
semacam itu, dari klien dimana anggota kantor akuntan anggota melaukan;
a) audit atau review atas laporan keuangan, atau
b) kompilasi laporan keuangan ketika anggota meduga, atau secara wajar dapat
menduga, bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan itu dan
laporan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya independesi; atau
c) pemerikasaan atas informasi keuangan prospektif;

atau,
2) Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaiki atau klaim atas
restitusi pajak agar mendapaktan fee kontinjen dari klien.

Larangan (1) di atas berlaku selama periode di mana anggota atau kantor anggota
ditugaskan untuk memberikan salah satu jasa di atas, dan periode yang dicakup
oleh setiap laporan keuangan historis yang terlibat pada salah satu jasa di atas.
Kecuali seperti dinyatakan dalam kalimat berikut, fee kontinjen adalah fee yang
diperoleh dari pelaksanaan suatu jasa sesuai dengan perjanjian di mana tidak ada
fee yang dibebankan kecuali temuan atau hasil spesifik dicapai, atau jumlah fee
bergantung pada temuan atau hasil dari jasa seperti itu. Hanya untuk tujuan
peraturan ini, fee tidak dianggap sebagai kontinjen bila ditetapkan oleh pengadilan
atau otoritas publik lainnya, atau, dalam masalah pajak, bila ditentikan
berdasarkan hasil dari proses hukum atau temuan unstansi pemerintahan. Fee
anggota dapat bervariasi tergantung pada, misalnya, kerumitan jasa yang
diberikan. Sebagai contoh, bukan merupakan pelanggaran bagi akuntan publik
untuk membebankan fee sebagai saksi ahli yang ditentukan oleh jumlah yang
diberikan kepada pengugat atau mendasarkan fee konsultasi pada presentase
obligasi yang diterbitkan jika kantor akuntan publik tidak juga melakukan audit
atau atestasi lain pada klien yang sama.

Tindakan yang bisa didiskreditkan


Peraturan 501-- Tindakan yang Dapat Didiskreditakn Seorang anggota tidak
boleh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesinya
Sebagai pedoman atas apa yang dianggap sebagai tindakan yang dapat
didiskreditkan, anggaran rumah tangga AICPA memberikan pedoman yang lebih jelas
ketimbang Kode Perilaku Profesional AICPA. Dalam anggaran rumah tangga itu
dinyatakan bahwa keanggotaan pada AICPA dapat dihentikan tanpa
mempertimbangkan sanksi atas salah satu dari empat kejahatan berikut: (1) kejahatan
yang bisa dihukum penjara lebih dari 1 tahun; (2) kelalaian yang disengaja dalam
menyerahkan SPT pajak penghasilan dimana akuntan publik, sebagai wajib pajak
perorangan, diwajibkan menurut hukum untuk menyerahkannya; (3) menyerahkan
SPT pajak penghasilan yang salah atau curang atas nama akuntan publik itu atau atas
nama kliennya; atau (4) sengaja membantu klien dalam menyiapkan dan menyajikan
SPT pajak penghasilan yang salah atau curang. Amatilah bahwa tiga diantaranya
berhubungan dengan masalah pajak penghasilan dari anggota atau klien.

5) Iklan dan permohonan


Untuk mendorong akuntan publik berperilaku secara profesional, peraturan ini juga
melarang iklan atau permohonan yang palsu, menyesatkan, atau menipu.
Peraturan 502 Iklan dan permohonan bentuk lainnya- seorang anggota dalam
praktek publik tidak boleh berusaha memperoleh klien dengan atau bentuk
permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatkan, atau menipu. Permohonan
dengan menggunakan paksaan, melampau batas, atau menganggu sangat dilarang.
Permohonan terdiri dari berbagai cara yang digunakan kantor akuntan publik
untuk mendapatkan klien baru selain klien yang meminta sendiri. Contohnya
mencakup mengajak calon klien untuk makan siang dan menjelaskan jasa-jasa
akuntan publik, menawarkan seminar tentang perubahan hukum pajak baru kepada
klien potensial, dan iklan di Halaman Kuning buku telepon. Contoh terakhir adalah
iklan, yang hanya merupakan salah satu bentuk dari permohonan.

6) Komisi dan Fee Referal


Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk merekomendasikan atau
mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga kepada klien atau merekomendasikan
atau mereferensikan produk atau jasa klien kepada pihak ketiga. Pembatasan atas
komisi serupa dengan peraturan tentang fee kontinjen. Akuntan publik dilarang
menerima komisi dari klien yang menerima jasa atestasi dari kantor akuntan publik
tersebut. Komisi diizinkan untuk klien lain, tetapi harus diungkapkan. Fee referal
untuk merekomendasikan atau mereferensikan jasa akuntan publik lain tidak dianggap
sebagai komisi dan tidak dibatasi. Namun, setiap fee referal jasa akuntan publik juga
harus diungkapkan.
Peraturan 503-- Komisi dan Fee Referal
A. Komisi yang dilarang. Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh
menerima komisi untuk merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa
kepada klien, atau menerima komisi untuk merekomendasikan atau mereferensikan
suatu produk atau jasa yang dipasok oleh klien, atau menerima komisi, apabila
anggota atau kantor anggota tersebut juga melakukan untuk klien tersebut:
(a) audit atau review atas laporan keuangan; atau
(b) kompilasi laporan keuangan bila anggota itu menduga, atau bila secara wajar dapat
diduga, bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan uty dan laporan
kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya independesi; atau
(c) pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif
Larangan ini berlaku selama periode dimana anggota ditugaskan untuk melaksanakan
setiap jasa di atas dan periode yang tercakup oleh lapran keuangan historis yang
terlibat dalam jasa tersebut di atas.
B. Pengungkapan komisi yang diizinkan. Amggota dala, praktik publik yang tidak
dilarang oleh peraturan ini untuk melaksanakan jasa atau menerima komisi dan
bayaran, atau berharap mendapat komisi, harus mengungkapkan fakta tersebut kepada
orang atau entitas di mana anggota itu merekomendasikan atau mereferensikan suatu
produk atau jasa yang berkaitan dengan komisi ini.
C. Fee referal. Setiap anggota yang menerima fee referal untuk merekomendasikan
atau mereferensikan jasa akuntan publik kepada orang atau entitas atau yang
membayar fee referal untuk memperoleh klien harus mengungkapkan penerimaan
atau pembayaran semacam itu kepada klien.

Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik sekarang diizinkan
menurut kondisi berikut :
• Akuntan publik harus mempunyai mayoritas kepentingan keuangan dan hak
pengambilan suara pada kantor itu
• Seorang akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua
atestasi laporan keuangan, kompilasi, dan jasa lain yang diberikan oleh kantor
itu yang diatur oleh Statments on Auditing Standars atau Statments on
Standards for Accounting and Review Services
• Pemilik harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri
• Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang bukan akutan publik
1. Mereka secara aktif harus memberikan jasa kepada klien kantor akuntan
sebagai pekerjaan utamanya.
2. Mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai akuntan publik tetapi dapat
menggunakan gelar yang diizinkan oleh hukum negara bagian seperti ketua,
pemilik, pejabat, anggota, atau pemegang saham.
3. Mereka tidak dapat memikul tanggung jawab akhir setiap atestasi laporan
keuangan atau penugasa kompilasi.
4. Mereka tidak memenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi harus
mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA.

Anda mungkin juga menyukai