Lidya Yosephine - C1C019066 - Resume Pert 5
Lidya Yosephine - C1C019066 - Resume Pert 5
NIM : C1C019066
Resume Ch 4 Etika Profesional
Etika (ethis) secara garis besar dapat diidentifikasikan sebagai serangkaian prinsip
atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu meskipun kita
memperhatikan atau tidak memperhatikanya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi
keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nilai moral
ini dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip nilai atau nilai norma yang telah
ditentukan adalah UU dan peraturan doktrin gereja, kode etik bisnis bagi kelompok profesi
seperti akuntan publik,bl serta kode perilaku dalam organisasi.
Prinsip nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip tersebut bagi mereka pasti
berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan pengalaman hidup,
kesuksesan dan kegagalan yang dialami serta pengaruh dari orang tua,guru dan teman.
1. Kebutuhan akan Etika
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak nilai
etika yang umum yang dimasukan kedalam undang-undang. Dan berikut ini
merupakan enam nilai etis mengenai perilaku etis, menurut josephon institute.
a. Dapat dipercaya (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas
dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan
kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan
kesadaran yang tinggi didalam situasi apapun. Reliabilitas melakukan semua
yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung
jawab untuk melindungi berbagai kepentingan masyarakat ataupun organisasi.
b. Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan (civility) kesopan
santunan (courtesy), kehormatan toleransi dan penerimaan.
c. Pertanggung jawaban (responsibility) bertanggung jawab atas tindakan
seseorang serta menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha
sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh mencakup juga
ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.
d. Kelayakan (fairness) mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap
tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan dan keseksamaan. Perlakuan
yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang
konsisten.
e. Perhatian (caring) sunguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain
dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingam sesama serta
memperlihatkan perbuatan baik.
f. Kewargaanegaran (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannnya sebagai warga negara agar proses dalam
masyarakat berjalan dengan baik.
Dilema Etika
Dilema etika (ethical dilema) adalah situasi yang dihadapkan oleh seseorang dimana
dia harus mengambil keputusam tentang perilaku yang tepat. Contoh sederhananya adalah
penemuan cincin berlian, dimana seseorang harus menentukan apalah akan berusaha
mencari pemilik cincin tersebut atau akan menyimpannya. Para auditor, akuntan serta
pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnisnya
Prinsip perilaku profesional terdiri dari dua bagian utama; enam prinsip etis.
1. Tanggung Jawab, dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional para
anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam
semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan Publik, para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik.
3. Integritas untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik para anggota
harus melaksanakan seluruh tanggung jawabnya.
4. Objektivitas dan Independensi, anggota harua objektiv dan bebas dari konflik
kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab.
5. Keseksamaan, anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus
berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikan serta
melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai kemampuan terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa, anggot yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip kode perilaku profesional dalam menentukan lingkup
dan sifat jasa yang akan disediakannya.
Prinsip keenam ini hanya diberlakukan pada ruang lingkup dan sifat jasa yang hanya
diterapkan pada para anggota yang bekerja bagi publik.
1. Peraturan perilaku
Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh
setiap akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegang
sertifikat akuntan public tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harus
mematuhi sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Karena bagian
tentang peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya bagian kode etik yang dapat
diberlakukan, maka peraturan perilaku ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih
spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Karena sifatnya
yang dapat diberlakukan, banyak praktisi merujuk peraturan ini sebagai Kode
Perilaku Profesional AICPA. Berikut ini merupakan gambar perbedaan antara
standar perilaku yang tersusun dalam prinsip-prinsip dengan yangtersusun dalam
peraturan perilaku.
2. Interpretasi Peraturan Perilaku
Kebutuhan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbul ketika
terdapat beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik.
Komite Eksekutif Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi
berdasarkan consensus komite yangterdiri dari para praktisi akuntan public. Sebelum
disahkan, interpretasi itu dikirimkan kepada sejumlah besar orang-orang penting
dalam profesi untuk diminta masukannya.
3. Kaidah Etika
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika
professional tentang situasi faktual khusus. Sejumlah besar kaidah etika
dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.
Berikut adalah contoh (Peraturan 101−Independensi; Kaidah No.14).
Pertanyaan−Seseoran anggota bertindak sebagai direktur atau pejabat United
Way atau organisasi pencari dana serupa. Lembaga amal local tertentu
menerima dan adari organisasi itu, apakah independensi dianggap akan
terganggu berkaitan dengan lembaga amal semacam itu?
Jawaban−Independensi dianggap terganggu jika setiap partner atau karyawan
professional perusahaan bertindak sebagai direktur atau pejabat organisasi dan
organisasi itu melakukan pengendalian manajerial terhadap lembaga amal
lokal.
4. Aplikabilitas Peraturan Perilaku
Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Profesioanl AICPA diterapkan
pada semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut
berpraktik atau tidak berpraktik sebagai akuntan public, kecuali dinyatakan secara
khusus dalam kode etik tersebut. Table 4-1 menunjukkan apakah peraturan tersebut
berlaku bagi semua anggota atau hanya bagi para anggota yang berpraktik bagi
publik.
Independensi
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi public atas independensi auditor. Alas an
bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publikadalah ekspektasinya atas
sudut pandang yang tidak bias. Kode Perilaku Profesional AICPA dan Kode Etik bagi
Perilaku Profesional AICPA mendefinisikan independensi sebagai hal yang terdiri dari dua
komponen: independensi dalam berpikir dan independensi dalam penampilan.
Independensi dalam berpikir (independence in mind) mencerminkan pikiran auditor
yang memungkinkann audit dilaksanakan dengan sikap yangtidak bias. I dalam berpikir
mencerminkan persyaratan lama bahwa anggota harus independen dalam fakta. Independensi
dalam penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas
independensi ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka
menjadi penasihat untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.
Berikut berbagai peraturan independensi SEC dan PCAOB:
A. Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan SEC yang Membahas Independensi Auditor.
SEC mengesahkan aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor pada bulan
Januari 2003 sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act. Selanjutnya peraturan SEC
membatasi ketentuan jasa nonaudit untuk klien audit, dan mencakup juga pembatasan
atas pengangatan karyawan dari mantan karyawan kantor akuntan oleh klien dan rotasi
partner audit guna mempertinggi independensi. PCAOB juga menerbitkan aturan
independensi tambahan yang berkaitan dengan ketentuan jasa perpajakan tertentu.
a. Jasa Nonaudit.
Sarbanes-Oxley ACT dan peraturan SEC membatasi, tetapi tidak benar-benar
menghilangkan, jenis jasa nonaudit yang dapat diberikan kepada klien audit yang
merupakan perusahaan terbuka. Berikut adalah Sembilan jasa yang tidak
diperkenankan:
• Jasa pembukuan dan akuntansi lain
• Perancangan dan implementasi system informasi keuangan
• Jasa penaksiran atau penilaian
• Outsourcing audit internal
• Fungsi manajemen dan SDM
• Jasa pialanag atau dealer atau penasihat investasi atau banker investasi
•
Perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan, dalam laporan proksinya atau
pengajuan tahunan ke SEC, jumlah total pembayaran fee audit dan nonaudit kepada
KAP untuk dua tahun terakhir. Empat kategori fee harus dilaporkan:
(1) fee audit, (2) fee yang berkaitan dengan audit, (3) fee perpajakan, dan (4) semua
fee lainnya. Fee yang berkaitan dengan audit adalah untuk jasa-jasa seperti comfort
letter dan review atas pengajuan ke SEC yang hanya dapat diberikan oleh kantor
akuntan public.
b. Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang yanggung
jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.
Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak
tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
c. Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia
Menurut peraturan SEC yang dikeluarkan sebelum Sarbanes-Oxley Act dan masih
berlaku hingga kini, KAP dianggap tidak independen berkenaan dengan klien audit
jika mantan partner, principal, pemegang saham, atau karyawan professional dari
kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan mempunyai kepentingan keuanagn
yang berkelanjutan dalam kantor akuntan bersangkutan atau dalam posisi atau dalam
mempengaruhi kebijakan operasi atau keuanagn kantor akuntan tersebut.
d. Rotasi Partner
SEC mewajibkan “time out” selama 5 tahun bagi pemimpin dan partner audit
sesudah rotasi sebelum mereka dapat kembali ke klien audit yang sama. Partner audit
lainnya yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi
sesudah tujuh tahun dan terkena periode time-out selama dua tahun.
e. Kepentingan Kepemilikan
Aturan Sec tentang hubungan keuangan berfokus pada perspektif penugasan dan
melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat mempengaruhi
audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang yang terlibat dalam
audit dan keluarga dekat mereka, termasuk (a) anggota tim penugasan audit, (b)
mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai momando
perusahaan, (c) partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa
nonaudit kepada klien, dan (d) partner dalam kantor partner yang terutama
bertanggung jawab atas penugasan audit.
1. Belanja Prinsip Akuntansi
Standar auditing menetapkan empat persyaratan yang harus diikuti ketika sebuah
KAP diminta untuk memberikan pendapat secara tertulis atau lisan menyangkut
penerapan prinsip akuntansi atau jenis pendapat audit yang akan sikeluarkan atas
transaksi khusus atau hipotesisi dari klien audit kantor akuntan public lain. Tujuan
dari persyaratan ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan manajemen mengikuti
praktik yang umumnya disebut belanja pendapat (opinion shopping) dan ancaman
potensial atas independensi. Di antara persyaratan tersebut yang terpenting adalah
bahwa KAP yang diminati nasihat harus berkomunikasi dengan auditor entitas yang
ada untuk memastikan semua fakta yang relevan tersedia untuk membentuk
pertimbangan professional atas masalah yang diminta untuk dilaporkan.
2. Penugasan KAP oleh Komite Audit dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen
Sebagai alternative atas penugasan KAP oleh komite audit dan pembayaran fee audit oleh
manajemen adalah penggunaan auditor pemerintah atau semi-pemerintah. Dengan
memperhatikan semua hal, dapat dipertanyakan apakah fungsi audit akan dilaksanakan
dengan lebih baik atau lebih murah oleh sektor public.
2) Standar Teknisi
1. Menurut peraturan 201- Standar Umum, seorang anggota harus mematuhi
standar berikut dan interprestasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Dewan.
a. Kompetensi profesional. Hanya mengerjakan jasa profesional dimana anggota
atau kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional
b. Kesesamaan profesional. Menggunakan kemahiran profesional dalam
melaksanakan jasa profesional
c. Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa profesional
d. Data relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
sebagai dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau rekomendasi dalam
hubungannya dengan jasa profesional yang dilaksanakan.
2. Peraturan 202- Ketaatan pada Standar seorang anggota yang melaksanakan
jasa audit, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa
profesional lainnya dalam mematuhi standar yang diterapkan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh dewan.
3. Peraturan 203 - Prinsip – Prinsip Akuntansi. Seorang anggota tidak boleh (1)
memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lainnya milik satu entitas telah disajikan sesuai dengan prinsi-
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak
menyadari adanya modofikasi yang material yang harus dibuat pada laporan atau
data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu,
yang mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang diambil secara
menyeluruh.
3) Kerahasiaan
Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari
setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan spesifik dari peraturan
301 yang berkaitan dengan informasi klien.
Peraturan 301--Informasi Rahasia Klien Seorang anggota dalam praktik publik
tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia klien tanpa persetujuan klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan (1) untuk membebaskan seseorang anggota dari
kewajiban profesionalnya menurut peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi
dengan cara apapun kewajiban anggota memenuhi panggilan pengadilan yang dibuat
secara sah dan dapat diberlakukan, (3) untuk menghambat review atas praktik
profesional anggota menurut AICPA atau perkumpulan akuntan publik negara bagian
atau otorasi Dewan Akutansi, atau (4) untuk menghalangi seorang anggota
mengajukan keluhan dengan, atau menanggapi suatu penyelidikan yang dilakukan
oleh, divisi etika profesional atau dewan pengadilan institut atau badan investigatif
atau displiner dari perkumpulan akuntan publik negara bagian atau Dewan Akutansi.
Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam butir (4) dan anggota yang
terlibat dengan review praktik profesional yang diidentifikasi dalam butir (3) tidak
boleh menggunakan keunggulan posisinya atau mengungkapkan setiap informasi
rahasia klien milik anggota manapun yang datang kepada mereka dalam menjalankan
aktivitas tersebut. Larangan ini tidak akan membatasi pertukaran informasi para
anggota yang berhubungan dengan hasil investigatif atau displiner yang dijelaskan
dalam butir (4), atau review praktik profesional yang dijelaskan dalam butir (3)
4) Fee Kontinjen
Digunakan untuk membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam
melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkan fee kontinjen
diperlihatkan berikut.
Peraturan 302 -- Fee Kontinjen Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh
1) Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontinjen, atau menerima fee
semacam itu, dari klien dimana anggota kantor akuntan anggota melaukan;
a) audit atau review atas laporan keuangan, atau
b) kompilasi laporan keuangan ketika anggota meduga, atau secara wajar dapat
menduga, bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan itu dan
laporan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya independesi; atau
c) pemerikasaan atas informasi keuangan prospektif;
atau,
2) Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaiki atau klaim atas
restitusi pajak agar mendapaktan fee kontinjen dari klien.
Larangan (1) di atas berlaku selama periode di mana anggota atau kantor anggota
ditugaskan untuk memberikan salah satu jasa di atas, dan periode yang dicakup
oleh setiap laporan keuangan historis yang terlibat pada salah satu jasa di atas.
Kecuali seperti dinyatakan dalam kalimat berikut, fee kontinjen adalah fee yang
diperoleh dari pelaksanaan suatu jasa sesuai dengan perjanjian di mana tidak ada
fee yang dibebankan kecuali temuan atau hasil spesifik dicapai, atau jumlah fee
bergantung pada temuan atau hasil dari jasa seperti itu. Hanya untuk tujuan
peraturan ini, fee tidak dianggap sebagai kontinjen bila ditetapkan oleh pengadilan
atau otoritas publik lainnya, atau, dalam masalah pajak, bila ditentikan
berdasarkan hasil dari proses hukum atau temuan unstansi pemerintahan. Fee
anggota dapat bervariasi tergantung pada, misalnya, kerumitan jasa yang
diberikan. Sebagai contoh, bukan merupakan pelanggaran bagi akuntan publik
untuk membebankan fee sebagai saksi ahli yang ditentukan oleh jumlah yang
diberikan kepada pengugat atau mendasarkan fee konsultasi pada presentase
obligasi yang diterbitkan jika kantor akuntan publik tidak juga melakukan audit
atau atestasi lain pada klien yang sama.
Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik sekarang diizinkan
menurut kondisi berikut :
• Akuntan publik harus mempunyai mayoritas kepentingan keuangan dan hak
pengambilan suara pada kantor itu
• Seorang akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua
atestasi laporan keuangan, kompilasi, dan jasa lain yang diberikan oleh kantor
itu yang diatur oleh Statments on Auditing Standars atau Statments on
Standards for Accounting and Review Services
• Pemilik harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri
• Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang bukan akutan publik
1. Mereka secara aktif harus memberikan jasa kepada klien kantor akuntan
sebagai pekerjaan utamanya.
2. Mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai akuntan publik tetapi dapat
menggunakan gelar yang diizinkan oleh hukum negara bagian seperti ketua,
pemilik, pejabat, anggota, atau pemegang saham.
3. Mereka tidak dapat memikul tanggung jawab akhir setiap atestasi laporan
keuangan atau penugasa kompilasi.
4. Mereka tidak memenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi harus
mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA.