Anda di halaman 1dari 8

KONSEP HUKUM

A. Pengertian hukum

Pengertian hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah peraturan
atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah. Menurut Immanuel Kant dalam buku Inleading Tot De Rechtswetsnlhap,
hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang
satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain. Ada-pun Ridwan
Halim dalam bukunya yang berjudul Pengantar Tata Hukum Indonesia, mengatakan bahwa
hukum merupakan peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup
manusia.

Secara umum, hukum adalah suatu sistem-sistem peraturan yang dijadikan alat untuk
mengatur masyarakat dan untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan-
kebutuhan konkret dalam masyarakat. Hukum adalah peraturan tingkah laku manusia, yang
diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib, yang bersifat memaksa, harus dipatuhi,
dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar peraturan terse-but (sanksi itu pasti dan dapat
dirasakan nyata bagi yang bersangkutan) (Warjiyati, 2018).

Lemaire dalam bukunya Hukum di Indonesia mengatakan bahwa “Hukum yang banyak
seginya serta meliputi segala lapisan itu menyebabkannya tidak mungkin membuat suatu
definisi apa hukum itu sebenarnya”. Prof. Sudiman menyatakan hukum adalah
pikiran/anggapan orang tentang adil dan tak adil menge-nai hubungan antarmanusia.
Grotius menyatakan bahwa hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang
menjamin keadilan. Prof. Mr. E.M. Meyers menyatakan hukum ialah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam
menjalankan tugasnya.

Berdasarkan defisinisi dari para ahli maka hukum dapat dikemukakan bahwa: “Hukum
adalah segala peraturan-peraturan baik tertulis atau tidak tertulis yang berisi perintah dan
larangan yang berlakunya dapat dipaksakan dan biasanya disertai dengan sanksi bagi yang
membuatnya”.
B. Tujuan dan Fungsi Hukum

Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan.
Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada kepastian
hukum dan kemanfaatan. Gustav Radbruch pun akhirnya meralat teorinya tersebut diatas
dengan menempatkan tujuan keadilan menempati posisi diatas tujuan hukum yang lain.
kenyataannya sering kali antara kepastian hukum terjadi benturan dengan kemanfaatan,
atau antara keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan terjadi benturan dengan
kemanfaatan. Perundangan-undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan yaitu:

1. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup).


2. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah).
3. To provide security (untuk memberikan perlindungan).
4. To attain equity (untuk mencapai kebersamaan) (Teguh Prasetyo: 2012 :111-112).

Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan (kepastian) dan


ketertiban (PANAMEAN H, 2016). Tanpa keteraturan dan ketertiban kehidupan manusia
yang wajar memang tidak mungkin, seseorang tidak dapat mengembangkan bakatnya tanpa
adanya kepastian dan keteraturan. Memandang hukum secara abstrak atau formal memang
demikian benarnya. (Mochtar Kumaatmadja: 2000: 49).

Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan hukum adalah suatu sarana yang diciptakan
oleh pejabat yang berwenang (legislatif) untuk membuat peraturan yang memberikan
kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

C. Macam-macam Hukum

Suatu perundang-undangan menghasilkan peraturan yang memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:

- Bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian merupakan kebalikan


dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas.
- Bersifat universal, ini diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiewa yang
akan dating yang belum jelas bentuk kongkritnya. Oleh karena itu ia tidak dapat
dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja.
- Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Adalah lasim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan klausul yang memuat
kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali (Theresia Ngutra, 2016)

D. Sumber sumber Hukum

Sumber hukum pada umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan
hukum serta tempat diketemukannya aturan hukum. Sumber hukum bisa dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya atau dilihat dari bentuknya. Sumber hukum yaitu sumber
hukum materiil dan formil. Sumber hukum materil meliputi faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, sedangkan sumber hukum formil
adalah berbagai bentuk aturan hukum yang ada. (S.F. Marbun: 2006: 21).

Dari pendapat di atas, yang umum dipakai adalah pembagian yang terakhir, yaitu
sumber hukum materiil dan sumber hukum formil (Rahman Syamsuddin dan Ismail
Aris, 2014). Berikut penjelasan singkatnya:

1. Sumber Hukum Materiil


Sumber hukum materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis,
tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminologi,
lalu lintas), perkembangan internasional, keadaan geografi. Dalam literatur lain
dijelaskan bahwa sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber berasalnya
substansi hukum. Salmond dan Bodenheimer merujuk kepada hukum yang tidak
dibuat oleh organ negara merupakan sumber-sumber hukum dalam arti materiil.
Sumber-sumber dalam arti materiil berupa kebiasaan, perjanjian, dan lain-lain.
Berbeda tapi memiliki makna yang sama, literatur lain lagi menjelaskan bahwa
sumber hukum materiil adalah beberapa faktor yang dianggap dapat menentukan
isi hukum. Faktor yang dimaksud di sini adalah faktor idiil dan faktor riil. Faktor
idiil adalah beberapa patokan yang tetap tentang keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk hukum. Sedangkan faktor riil adalah hal-hal yang benar-benar
hidup dalam mayarakat dan merupakan petunjuk hidup bagi masyarakat yang
bersangkutan. Utrecht berpendapat bahwa sumber-sumber hukum materiil adalah
perasaan hukum atau keyakinan hukum individu dan pendapat umum (public
opinion), yang menjadi faktor penentu dari isi hukum (determinant materiil).
2. Sumber Hukum Formil/Formal
Sumber hukum formal adalah sumber hukum ditinjau dari segi pembentukannya.
Dalam sumber hukum formal ini terdapat rumusan berbagai aturan yang merupakan
dasar kekuatan mengikatnya peraturan agar ditaati masyarakat dan penegak hukum.
Atau dapat juga dikatakan bahwa sumber hukum formal merupakan causa efficient
dari hukum. Utrecht berpendapat sumber hukum formal adalah yang menjadi
determinan formal membentuk hukum (formele determinanten van de
rechtsvorming), menentukan berlakunya hukum. Sumber hukum formil merupakan
tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini
berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal
berlaku. Pendapat lain mengatakan bahwa sumber hukum dalam arti formal sebagai
sumber berasalnya kekuatan mengikat dan validitas. Hukum yang dibuat oleh
negara sumber-sumber hukum dalam arti formal. Sumber-sumber yang tersedia
dalam formulasiformulasi tekstual yang berupa dokumen-dokumen resmi adalah
sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti formal ini secara umum
dapat dibedakan menjadi:
- Undang-undang (statute)
- Kebiasaan dan adat (custom)
- Traktat (treaty) atau perjanjian atau konvensi internasional.
- Yurisprudensi (case law, judge made law)
- Pendapat ahli hukum terkenal (doctrine)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bawa sumber hukum adalah segala
sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga
apabila aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi
pelanggarnya.

E. Sistem Hukum

Sistem hukum menurut M. Bakri adalah satu kesatuan yang di dalamnya terdiri dari
bagian/komponen yang saling berhubungan, mempengaruhi, melengkapi untuk mencapai
tujuan dan merupakan tatanan yang di dalamnya terdapat bermacam-macam hukum yang
satu sama lain berhubungan, terjalin dengan baik, dan tidak saling konflik. Komponen
Hukum yang diciptakan oleh:

- Lembaga pemerintah yang berwenang


- Putusan peradilan atau hakim
- Kebiasaan / adat

Dapat disimpulkan bahwa hukum sebagai suatu sistem adalah suatu susunan atau
tatanan teratur dari aturan-aturan hidup, dimana keseluruhan bagian atau komponennya
berkaitan satu dengan lainnya

F. Pembagian Hukum
1. Hukum Menurut Fungsinya
- Hukum Materiil (substantive law), terdiri dari peraturan-peraturan yang
memberi hak dan membebani dengan kewajiban-kewajiban.
- Hukum Formil (adjective law), peraturan hukum yang fungsinya
melaksanakan atau menegakkan hukum materiil atau menentukan bagaimana
caranya melaksanakan hukum materiil, bagaimana caranya mewujudkan hak
dan kewajiban dalam hal ada pelanggaran hukum atau sengketa.
2. Hukum Menurut Saat Berlakunya
- Ius Constitutum, hukum yang telah ditetapkan atau hukum yang berlaku
sekarang atau lazim disebut hukum positif.
- Ius Constituendum, hukum yang masih harus ditetapkan, hukum yang akan
datang atau hukum yang dicita-citakan.
3. Hukum Menurut Daya Kerjanya
- Hukum yang bersifat memaksa (imperatif), kaidah hukum yang dalam
keadaan apa pun harus ditaati dan bersifat mutlak daya ikatnya.
- Hukum yang bersifat melengkapi (fakultatif), kaidah hukum yang dapat
dikesampingkan oleh para pihak dengan jalan membuat ketentuan khusus
dalam perjanjian yang mereka adakan.
4. Hukum Menurut Bentuknya
- Hukum Tertulis, kaidah-kaidah hukum yang dicantumkan atau tertuang dalam
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan.
- Hukum Tidak Tertulis, kaidah hukum yang tidak tertulis itu tumbuh di dalam
dan bersama masyarakat secara spontan dan mudah menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.
5. Hukum Menurut Wilayah Berlakunya
- Hukum Nasional, hukum yang berlaku dalam suatu negara.
- Hukum Internasional, hukum yang berlaku melintasi batas wilayah suatu
negara. Dalam literatur lain disebutkan bahwa hukum menurut wilayah/
tempat berlakunya dibagi menjadi hukum nasional, hukum internasional,
hukum asing (hukum yang berlaku dalam negara lain), dan hukum gereja
(hukum yang ditetapkan gereja untuk para anggotanya). Hans Kelsen juga
memberikan pendapat bahwa keberlakuan hukum meliputi 4 macam
lingkungan, yaitu: a). waktu berlakunya (mulai dan berakhir), b). daerah
berlakunya, c). terhadap siapa berlakunya, dan d). soal-soal apa yang
diaturnya.
6. Hukum Menurut Isinya
- Lex Generalis, hukum yang berlaku umum dan merupakan dasar, misalnya
hukum perdata.
- Lex Specialis, hukum yang berlaku khusus, misalnya hukum dagang. Selain
itu, dari segi isinya, hukum dapat juga dibagi menjadi: a. Hukum Privat,
hukum yang berkaitan dengan kepentingan individu seperti hukum bisnis,
hukum perdata, hukum acara perdata. b. Hukum Publik, hukum yang berkaitan
dengan fungsi negara seperti HTN, HAN, hukum pidana, hukum acara pidana.
7. Hukum Menurut Sumbernya
- Hukum Undang-Undang, hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan.
- Hukum Adat, hukum yang diambil dari peraturan-peraturan adat.
- Hukum Yurisprudensi, hukum yang terbentuk dari putusan pengadilan.
- Hukum Traktat, hukum yang ditetapkan oleh hukum internasional melalui
perjanjian internasional.
- Hukum Doktrin, hukum yang berasal dari pendapat para ahli.
8. Hukum Menurut Wujudnya
- Hukum Objektif, kaidah hukum dalam suatu negara yag berlaku umum dan
tidak dimaksudkan untuk mengatur sikap tindak orang tertentu saja.
- Hukum Subjektif, hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang tertentu.
Referensi

PANAMEAN H, L. L. (2016). KAJIAN YURIDIS PERBEDAAN SANKSI UNDANG–


UNDANG HAK CIPTA DENGAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
MENGENAI PLAGIARISME KARYA TULIS. UAJY.

Rahman Syamsuddin dan Ismail Aris. (2014). Merajut Hukum di Indonesia. Mitra Wacana
Media, 33.

Theresia Ngutra. (2016). Hukum Dan Sumber-Sumber Hukum. Jurnal Supremasi, XI(2), 193.

Warjiyati, S. (2018). Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum.
PRENADAMEDIA GROUP.

Anda mungkin juga menyukai