Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai makhluk jasmani

dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi, kedua macam insan itu mempunyai persamaan

yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk berkembang.

Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan system nilai. Hal

ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan tekhnologi barat bersama

dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini manfaat yang diambil cukup besar, tetapi

disamping itu terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan antara kebudayaan tradisional

dan barat.

Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan permasalahan social

yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita dalam menangani masalah ini sangat

diharapkan karena hal ini sesuai dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988.

Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan

keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi muda, terutama anak

dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.

Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan komoditas bahkan

dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah kehidupan. Hal tersebut yang mendasari

bahwa wanita adalah rendah, lemah dan paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan

dengan status kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada

pemerkosaan.
B.  Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini Secara terperinci, penulis merumuskannya

sebagai berikut:

1. Apa saja Status Sosial Wanita?

2. Apakah Nilai wanita?

3. Apa Saja Peran Wanita ?

4. Apa saja permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial wanita dan upaya

mengatasinya?

C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dimensi sosial wanita dan

permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Adapun tujuan khususnya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Status Sosial Wanita

2. Untuk mengetahui Nilai wanita

3. Untuk mengetahui Peran Wanita

4. Untuk mengetahui apa saja permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial wanita dan

upaya mengatasinya

D.  Manfaat penelitian

Secara teoritis, manfaat penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai

dimensi sosial wanita dan permasalahannya. Secara praktisnya, bahwa dimensi sosial wanita dan

permasalahannya dalam aktivitas hidup kita sehari-hari sangat penting diketahui dan dipahami

oleh diri kita sebagai wanita dan calon bidan. Kedua unsur standar kompetensi tersebut
dititikberatkan  pada permasalahan sosial wanita khususnya perkosaan, dalam hal ini motivasi

perkosaan, pencegahan, penanganan dan yang berkaitan dengan masalah perkosaan. Oleh karena

itu, hasil penelitian kajian kasus ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses kegiatan

pembelajaran bidang kesehatan khususnya di akademi ini. 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Sosial Wanita

1. Pengertian

Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat. Jadi status social

wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang wanita

diperlakukan, bagaimana dia dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2001 status adalah keadaan atau kedudukan

orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan masyarakat. Status social wanita berarti

kedudukan wanita dalam masyarakat.

Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat

seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan

pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Sosial Wanita

a. Rendahnya kedudukan wanita dari pria

Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita namun sampai abad yang lalu

dunia seni, politik, ekonomi, perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita hidupnya

bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut seperti bayangan dibelakang

panggung pria dan tidak berarti.


Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum laki-laki, khususnya dibidang

politik, pemerintah adalah pemerintahan pria dan Negara adalah Negara pria. Terutama dibidang

politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena

dianggap kurang mampu dan dilihat sebagai saingan kaum pria.

b. Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria

Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai pendidikan anaknya umumnya

kaum laki-laki yang mendapat prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk

bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik, sedangkan wanita kurang perlu

mendapat pendidikan tinggi karena nantinya juga harus bertugas menjadi ibu rumah tangga,

kembali mengurus keluarga.

Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap kurang penting memperoleh

pendidikan yang tinggi sehingga mengakibatkan banyak wanita tetap terpuruk dalam kebodohan

karena tingkat pendidikan yang rendah.

c. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda wanita sebagai ibu

rumah tangga dan pencari nafkah

Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi hak milik atau mencari

penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak boleh merawat anaknya lagi atau hak miliknya.

Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak akan mengijinkan untuk

mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi keluarga yang kurang baik,

meningkatkan wanita untuk berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah.

Status wanita mencakup dua aspek yaitu :

a. Aspek otonomi wanita. Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol

ekonomi atas dirinya disbanding dengan pria.


b. Aspek kekuasaan social. Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita

terhadapa orang lain diluar rumah tangganya.

Status social wanita meliputi:

a. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini mengisyaratkan bila

seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status sosialnya dianggap rendah disbanding

wanita yang bis mempunyai anak.

b. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah. Santrock (2002)

mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan harga diri. Wanita yang bekerja

mempunyai status yang lebih tinggi disbanding dengan wanita yang tidak ikut kerja.

B. Nilai Wanita

Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu, kadar, sifat-sifat

yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.

Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru dunia dalam

sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco wingking dan

sejenisnya dimana hak dan kewajiban, terlebih lagi peradabannya diatur dan ditentukan oleh

laki-laki. Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, mereka menyatakan bahwa perempuan

tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan tercipta hanya untuk melayani laki-

laki semata-mata.

Di zaman peradaban Yunani Kuno pada kalangan kerajaan, mereka menempatkan

perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana. Kalangan dibawahnya menjadikan

perempuan bebas diperdagangkan. Saat perempuan sudah menikah, suami berhak melakukan apa

saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan kedudukannya dibawah kekuasaan
sang ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada suami. Kekuasaan yang dimiliki sangat

mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir, menganiaya bahkan sampai membunuh.

Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi para dewa oleh

masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang bersuami tergantung hidup mati

suaminya. Jika suaminya meninggal, maka istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat

suaminya dibakar.

Gambaran ilustrasi peradaban diatas menyiratkan bagi kita, nilai perempuan yang sangat

rendah dibanding laki-laki. Pada zaman sekarang nilai wanita juga masih dianggap rendah, tidak

setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam keluarga anak

lebih takut atau lebih patuh pada ayah disbanding pada ibu. Dikehidupan masyarakat, laki-laki

lebih diutamakan daripada perempuan.

N ilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegangsedemikian oleh

seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.

Nilai bersifat pribadi, membentuk dasar perilaku seseorang, diperlihatkan

melalui pola perilaku yang konsisten, komponen intelektual 

d a n emosional.Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai

kedudukan khusus didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki 

k a r e n a sebenarnya dimata Tuhan tidak ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena

posisinya seorang wanita dapat menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai

tujuan.

n g k a p a n   d a l a m   m a s y a r a k a t   b a h w a   6 o r a n g   h i l a n g   k e h o r m a t a n karena

wanita, awal dari permusuhan adalah

wanita.7K e d u d u k a n   d a n   n i l a i   w a n i t a   d a l a m   6 4 g a m a 7   y a i t u   8 s l a m
membolehkan poligami yang bukan berarti 8slam melecehkan hak

d a n martabat wanita, karena poligami yang diperbolehkan jika laki-laki itumampu

berbuat adil. 8slam mengharamkan per9inahan

karena merupakan perilaku pelecehan terhadap wanita dan perilaku yang tidak bertanggung ja

wab. !ernikahan dianggap oleh masyarakat dan orang tua sebagai puncak kesuksesan sebagai ora

ng tua dan puncak kebahagiaan bagi anak  perempuan. :ika anak gadis sampai usia tertentu

belum menikah dianggapsuatu aib bagi keluarga dan orang tua dianggap gagal dalam mengurus

danmembesarkan anak.'ata nilai sosial)$ . # o r m a   k e m u r n i a n   d a n   k e s u c i a n . + . # o r m a

kesucian pikiran.3 . B u d a y a perkawinan.5.Budaya

reproduksi.;.Homoseksualitas

b.     Peran Wanita
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001peran berarti tingkah
laku yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan kedudukan dimasyarakat.

Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis kehidupan


(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peranan.

Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:


1.      peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga
a.       Ibu rumah tangga penerus generasi. Perempuan berperan aktif dalam peningkatan
kualitas generasi penerus sejak dalam kandungan.
b.      Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami merupakan relasi dalam
hubungan yang setara sehingga dapat tercapai kasih saying dan kelanggengan perkawinan.
c.       Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam kandungan. Memberikan
contoh berperilaku yang baik karena anak belajar berperilaku dari keluarga. Ibu dapat
memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti, pendidikan masalah reproduksi.
d.      Pengatur  rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara, mengatur rumah tangga,
menciptakan ketenangan keluarga. Istri mengatur ekonomi keluarga, pemelihara kesehatan
keluarga, menyiapkan makanan bergizi tiap hari, menumbuhkan rasa memiliki dan
bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga juga menciptakan pola hidup sehat
jasmani, rohani dan sosial.

2.      Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai mahluk sosial
yang berpartisipasi aktif.
Wanita berpatisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Wanita
berperan aktiv dalam pembangunan dalam berbagai bidang seperti dalam pendidikan,
kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk memajukan bangsa dan Negara.
3.     Masalah Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial

1.      Kekerasan
Mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara yang tidak sah
misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menepak,
menendang dsb. Segala perlakuan keras yang mengancam aspek psikis, fisik, ekonomi, dan
seksual wanita. (Pasal 89 KUHP)

Penyebab terjadinya kekerasan :


a.       Perselisihan tentang ekonomi.
b.      Cemburu  pada pasangan atau pasangan mempunyai selingkuhan.
c.       Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
d.      Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.

2.      Pemerkosaan
Setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain ke dalam vagina/alat
tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.

Motivasi pelaku perkosaan :


a.       Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban dengan cara
mengancam (dengan senjata secara, fisik menyakiti perempuan, verbal dengan mengertak)
dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
b.      Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaan bagi orang lain.

Cara mencegah tindak perkosaan :


a.       Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.
b.      Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang diri.
c.       Tidak keluar malam sendirian/ berduaan bersama teman lelaki.
c.       Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan bertanya
ke orang tersebut dengan nada keras, dan tegas. apa maksud dia.
d.      Berteriak bila diserang.

Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:


a.       Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b.      Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya mengobati
cidera, pemberian kontrasepsi darurat
c.       Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d.      Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e.       Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f.        Membantu memberitahukan pada keluarga.

Upaya promotif :
a.       Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak perkosaan
untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan bila ingin melapor ke
polisi.
b.      Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c.       Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja.
d.      Sosialisasi hukum yang terkait.

3.      Pelecehan Seksual
Segala bentuk perilaku maupun perkataan bermakna seksual yang berefek
merendahkan martabat orang yang menjadi sasaran.
Upaya promotif :
a.       Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak pelecehan
seksual untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan bila ingin
melapor ke polisi.
a.       Sosialisasi hukum yang terkait.

4.      Single Parent
Keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya ayah atau ibu saja.
Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga
yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.

Penanganan single parent :


a.       Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat mendukung
anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara positif antara lain dengan penyaluran.
hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.
b.      Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga, lain yang
harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur orang tua yang tidak
diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c.       Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggal
dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bemasib sama
sehingga tidak merasa sendirian.

Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent:
a.       Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b.      Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam segi
psikologis, ke-aangan, spiritual.
c.       Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d.      Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e.       Peningkatan spiritual dalam keluarga.

5.      Pernikahan Usia Muda


Kelebihannya ialah terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual
terpenuhi; menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil. Kekurangannya
ialah meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat;
Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesakitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi; Tingkat peceraian tinggi.

Penanganan Perkawinan Usia Muda:


a.       Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga kehamilan pada
waktu usia reproduksi sehat.
b.      Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan
kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c.       Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga muda baik
clukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga, sehingga
lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.
d.      Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi
istri yang mengalami kurang gizi.

6.      Pernikahan Usia Tua


Kelebihannya ialah kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan
membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang. Kekurangannya ialah Meningkatkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi; Meningkatnya resiko kelainan congenital pada
bayi.

Penanganan Perkawinan Usia Tua


a.       Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
b.      Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi
istri yang mengalami kurang gizi.

Pencegahan:
a.       Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi sehat.
b.      Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c.       Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

Anda mungkin juga menyukai