Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN BELAJAR 4:

KURBAN DAN AKIKAH

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan:


Menguasi ketentuan hukum Islam tentang kurban dan akikah

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan:


1.Menjelaskan pengertian dan hukum kurban dan akikah
2.Menjelaskan ketentuan penyembelihan kurban dan akikah
3.Mengidentifikasi hikmah kurban dan akikah
4.Menjelaskan hal-hal lain yang disyariatkan terkait akikah
5.Menganalisis perbedaan kurban dan akikah

Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian dan hukum kurban
2. Ketentuan penyembelihan kurban
3. Pengertian dan hukum akikah
4. Ketentuan-ketentuan berkaitan dengan akikah
5. Hal-hal lain yang disyariatkan terkait akikah
6. Hikmah disyariatkan kurban dan akikah

1
Uraian Materi

A. Pengertian dan Hukum Kurban


Menurut bahasa, kata kurban berasal dari kata qaraba yang berarti mendekatkan
diri. Kurban berarti pendekatan diri atau mendekatkan diri. Istilah lain yang biasa di
gunakan adalah nahr (sembelihan), dan udliyyah (sembelihan atau hewan sembelih-
an). Sedangkan dalam pengertian syariat, kurban ialah menyembelih binatang ternak
yang memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Raya (selepas salat hari raya
idul adha) dan hari-hari tasyrik yaitu, 11, 12, dan 13 Zulhijjah semata-mata untuk
beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Kurban dilaksanakan atas dasar
ketakwaan dan keasabaran dalam melaksanakan perintah Allah swt. dan rasul-Nya.
Firman Allah swt. menyatakan:
‫ك َس هخَرَها لَ حك ْم لِتح َكِِّبحوا ه‬
‫اَّللَ َعلَى َما َه َدا حك ْم‬ ِ ِ
َ ‫وم َها َوََل د َم حاؤَها َولَكِن يَنَالحهح الته ْق َوى ِمن حك ْم َك َذل‬
‫اَّللَ حُلح ح‬
‫ال ه‬ َ َ‫لَن يَن‬
ِِ ِ
-٣٧- ‫ني‬ َ ‫َوبَ ِش ِر الْ حم ْحسن‬
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS
al-Hajj/22: 37).
Ajaran berkurban bagi muslim merupakan syariat yang ditetapkan Allah swt.
Kalau kita telusuri, sejak Nabi Adam a.s. sudah ada syariat kurban. Hal ini dapat
dipahami dari kisah Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam a.s. yang bertengkar karena
kurban salah satunya tidak diterima. Kemudian pada masa Nabi Ibrahim a.s. dan
putranya yang bernama Ismail a.s. juga diperintah Tuhan untuk melakukan ibadah
kurban. Keduanya merupakan hamba Allah yang taat dan sangat pantas untuk
diteladani, karena dengan keikhlasannya dalam mengabdikan dirinya kepada Allah
swt. Syariat kurban ini bagi muslim adalah mengikuti syariat yang diajarkan Nabi
Ibrahim a.s. Di dalam al-Qur’an telah terdokumentasikan secara nyata ketika Nabi
Ibrahim a.s bermimpi menyembelih putranya yang bernama Ismail a.s. sebagai
persembahan kepada Allah swt. Mimpi itu kemudian diceritakan kepada Ismail a.s.
dan setelah mendengar cerita itu ia langsung meminta agar sang ayah melaksanakan
sesuai mimpi itu karena diyakini benar-benar datang dari Allah swt. Kisah terebut
diceritakan dalam QS al-Saffat: 102:
ِ ‫ال َي أَب‬
‫ت افْ َع ْل َما تح ْؤَم حر‬ َ َ َ َ‫ك فَانظحْر َماذَا تَ َرى ق‬ ِِ‫َن إِِِّن أ ََرى ِِف الْ َمنَ ِام أ‬
َ ‫َّن أَ ْذ ََبح‬ ‫ال ََي بحَه‬
َ َ‫فَلَ هما بَلَ َغ َم َعهح ال هس ْع َي ق‬
ِ ‫اَّلل ِمن ال ه‬ ِ ِ
-١٠٢- ‫ين‬ َ ‫صاب ِر‬ َ ‫َستَج حدِّن إن َشاء هح‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS al-Saffat/37: 102).

2
Hari berikutnya, Ismail a.s. dengan segala keikhlasan hati menyerahkan diri
untuk disembelih oleh ayahandanya sebagai persembahan kepada Allah swt. dan
sebagai bukti ketaatan Nabi Ibrahim as. Kepada Allah swt., mimpi itu dilaksanakan.
Acara penyembelihan segera dilaksanakan ketika tanpa disadari yang di tangannya ada
seekor domba. Firman Allah swt:
ِ ‫ال َي أَب‬
‫ت افْ َع ْل َما‬ َ َ َ َ‫ك فَانظحْر َماذَا تَ َرى ق‬ ِِ‫َن إِِِّن أ ََرى ِِف الْ َمنَ ِام أ‬
َ ‫َّن أَ ْذ ََبح‬ ‫ال ََي بحَه‬
َ َ‫فَلَ هما بَلَ َغ َم َعهح ال هس ْع َي ق‬
ِ ِ‫َسلَما وتَلههح لِلْ َجب‬ ِ ‫اَّلل ِمن ال ه‬ ِ ِ
‫ َو ََن َديْنَاهح أَ ْن ََي‬-١٠٣- ‫ني‬ َ َ ْ ‫ فَلَ هما أ‬-١٠٢- ‫ين‬ َ ‫صاب ِر‬ َ ‫تح ْؤَم حر َستَج حدِّن إن َشاء هح‬
ِِ ِ ِ ِ
- ‫ني‬ ‫ إِ هن َه َذا ََلحَو الْبَ ََلء الْ حمبِ ح‬-١٠٥- ‫ني‬ َ ‫ك ََْن ِزي الْ حم ْحسن‬ َ ‫الرْؤََي إِ هَن َك َذل‬
ُّ ‫ت‬ َ ْ‫ص هدق‬
َ ‫ قَ ْد‬-١٠٤- ‫يم‬ ‫إبْ َراه ح‬
-١٠٧- ‫ َوفَ َديْنَاهح بِ ِذبْ ٍح َع ِظي ٍم‬-١٠٦
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya); 104. Dan Kami panggillah dia:
"Hai Ibrahim; 105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesung-
guhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik; 106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata; 107. Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS al-Saffat/37: 103-107)
Perintah berkurban ini berlaku bagi setiap muslim yang mampu dan dilaksana-
kan satu kali dalam setahun, yaitu pada hari raya Idul Adha. Kurban hukumnya sunah
muakad atas orang yang memenuhi yaitu syarat-syarat yaitu Islam, merdeka (bukan
hamba), baligh lagi berakal, mampu untuk berqurban, kecuali kurban sebagai bentuk
nadzar maka itu wajib sebagaimana ibadah-ibadah keta’atan lainnya. Orang yang telah
mampu tetapi tidak melaksanakan kurban, tercela dalam pandangan Islam. Mereka
beralasan dengan firman Allah swt.;
ِ َ‫ ف‬-1- ‫اَن اعطنناك الكوثر‬
َ َ‫ إِ هن َشانِئ‬-٢- ‫ك َو ْاْنَْر‬
-٣- ‫ك حه َو ْاْلَبََْتح‬ َ ِِ‫ص ِِل لَرب‬
َ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-
orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al-Kautsar: 1-3).
Sabda Nabi saw. pada salah satu hadis:
ِ َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬ ِ ٍ ِ ِ
» ‫ب َعلَْي حك ْم‬
ْ َ‫هح حر َوََل يحكْت‬
ْ ‫ب َعلَ هى الن‬
َ ‫ال « حكت‬ ِِ ِ‫َعن ابْن َعبهاس َعن الن‬
Rasulullah saw. Telah bersabda “aku diperintahkan menyembelih kurban dan
kurban itu sunah bagimu” (HR. Ahmad).
Dalam sabda Rasulullah saw. yang lainnya disebutkan:
‫صلى هللا عليه‬- ِ‫اَّلل‬
‫ول ه‬ ‫ض هحى َر حس ح‬ َ َ‫هح َاَي أ ََو ِاجبَةٌ ِه َى ق‬
َ ‫ال‬ َ ‫ت ابْ َن عح َمَر َع ِن الض‬
‫ال َسأَلْ ح‬
َ َ‫ين ق‬ ِِ ِ
َ ‫َع ْن حُمَ همد بْ ِن سري‬
ُّ ‫ت بِِه‬
.‫السنهةح‬ ِِ ِ ِ
ْ ‫ َوالْ حم ْسل حمو َن م ْن بَ ْعده َو َجَر‬-‫وسلم‬
Dari Muhammad bin Sirrin berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang
kurban apakah dia wajib. Dia menjawab: Rasulullah saw telah berkurban dan
kaum muslim setelah beliau berlaku hukum sunnah. (HR. Ibnu Majah).

3
Namun demikian, bagi mereka yang mempunyai kemampuan untuk melaksana-
kan kurban tetapi tidak berkurban, mereka mendapat kecaman keras dari Rasulullah
saw. Hal ini disebutkan dalam hadis berikut:
‫ من وجد سعة وَل يضح فَل يقربنا ِف مساجدَن‬: ‫عن أيب هريرة أنه قال‬
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang memiliki kemampuan, tetapi tidak
berkurban, maka janganlah dia menghampiri tempat salat kami” (HR. al-
Daraquthniy)
Tempat salat kami dalam hadis di atas maksudnya masjid. Berdasarkan hadis ini,
orang yang telah mampu berkurban tetapi tidak melaksanakannya tidak boleh mende-
kati masjid. Ini menunjukkan bahwa berkurban bagi yang telah mampu sangat
dianjurkan. Mampu tidaknya untuk berkurban yang lebih tahu adalah diri kita masing-
masing. Hal ini pun menunjukkan sampai sejauh mana tingkat keimanan yang dimiliki
seseorang.
Orang yang memiliki keimanan kuat, tentu akan berikhtiar sekuat tenaga untuk
berkurban. Adapun orang yang lemah imannya, tidak akan berkurban walaupun sebe-
narnya dirinya mampu. Mereka akan mengeluarkan berbagai alasan agar dapat dinya-
takan tidak layak untuk berkurban. Namun, Allah lebih tahu apa yang sebenarnya. Para
ulama sepakat bahwa kurban nazhar hukumnya wajib dan Imam Syafi’i mengatakan
bahwa apabila kurban itu wajib, maka yang berkurban tidak boleh memakan daging-
nya, namun apabila ia sunnah ia boleh memakan dagingnya.

B. Ketentuan Penyembelihan Hewan Kurban


1. Jenis dan Persyaratan Hewan Kurban
Hewan kurban hanya boleh dari kalangan bahiimatul al-an`aam yaitu hewan
yang diternakkan untuk diperah susunya dan dikonsumsi dagingnya yaitu, onta, sapi,
kerbau, domba atau kambing. Hewan kurban yang dpilih adalah yang paling baik,
gemuk, sehat, dan tidak cacat, seperti pincang, atau matanya buta, badannya tidak
kurus kering, tidak sedang hamil atau habis melahirkan anak, dan kuping/daun telinga
tidak terpotong.
Firman Allah swt. Menyatakan
َِ ‫ضواْ فِ ِيه و ْاعلَمواْ أَ هن اَّلل غَ َِن‬
-٢٦٧- ‫َحي ٌد‬ ِِِ ِ ِ ِ‫وَلَ تَي هممواْ ا ْْلب‬
‫يث منْهح تحنف حقو َن َولَ ْستحم ِِبخذيه إَِله أَن تحغْ ِم ح‬
َ َ ‫َ َ ح‬
ٌّ َِ ‫َ ح‬
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. (QS al-Baqarah/2: 267).
Berdasarkan firman Allah di atas, dapat kita pahami bahwa hewan yang cacat
tidak boleh dipakai untuk berkurban. Bahkan, Nabi secara tegas menyatakan 4 cacat
hewan yang tidak boleh digunakan untuk kurban:
.» ‫ض َها َوالْ َع ْج َفاءح الهِِت َلَ تحْن ِقى‬ ‫يضةح الْبَِِ ح‬
‫ني َم َر ح‬ ‫ني ظَلْعح َها َوالْ َع ْوَراءح الْبَِِ ح‬
َ ‫ني َع َوحرَها َوالْ َم ِر‬ ‫« الْ َع ْر َجاءح الْبَِِ ح‬

4
Dari al-Bara bin Azib ia berkata: “Nabi saw. berdiri di antara kami dan bersabda:
“Empat macam yang tidak boleh dipakai (digunakan) kurban; buta sebelah yang
nyata butanya dan yang sakit nyata sakitnya dan yang pincang nyata pincangnya
serta yang tua yang tidak mempunyai sumsum.” (HR. Ahmad)
Jika hewan yang sudah kita niatkan untuk berkurban, tetapi mengalami kecela-
kaan sehingga hewan itu cacat maka hewan itu boleh dipakai berkurban. Hal ini sesuai
dengan sabda Nabi saw.
‫وها‬
َ ‫َص َاَبَا بَ ْع َد َما ا ْش ََتَيْتح حم‬ َ ‫الزبَِْري َرأَى َه َد َاَي لَهح فِ َيها ََنقَةٌ َع ْوَراءح فَ َق‬
َ ‫ال إِ ْن َكا َن أ‬ ُّ ‫ أَ هن ابْ َن‬: ‫ني‬ ٍ‫ص‬ ِ ‫عن أ َِِب ح‬
َ َْ
ِ
‫وها‬
َ ‫وها فَأَبْدلح‬ َ ‫وها َوإِ ْن َكا َن أ‬
َ ‫َص َاَبَا قَ ْب َل أَ ْن تَ ْش ََتح‬ َ‫ض‬ ‫فَأ َْم ح‬
Dari Abi Hasin bahwa Ibnu Zubair bahwa ia diberi hadiah unta yang buta
sebelah, maka ia berkata: Jika cacat tersebut terjadi setelah anda membelinya
maka lanjutkan untuk menyembelihnya, dan jika cacat tersebut terjadi sebelum
anda membelinya maka gantilah dengan hewan lain”. (HR. al-Baihaqiy)
Selain persyaratan tersebut kita juga harus memperhatikan usia dan keberlakuan-
nya.

Tabel Hewan dan Ketentuan Kurban


No Jenis Hewan Umur Hewan Berlaku Untuk
1 Unta 5 tahun ke atas 10 orang
2 Sapi 2 tahun ke atas 7 orang
3 Kambing 1 tahun ke atas 1 orang
4 Domba 1 tahun ke atas 1 orang

Usia dan keberlakuan hewan kurban tersebut berdasarkan beberapa dalil berikut
ini:
a. Dalil-dalil usia hewan kurban antara lain sebagai berikut
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya:
ِ ِ ِ َ ‫َ َلت‬:‫ قال رسو حل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن جابِ ٍر قال‬
‫ذعة‬ ْ ‫ذَبح ْوا إهَل حمسنهة اهَلَ أن يه ْع حسَر َع ْلي‬
َ ‫كم فَتَ ْذ ََبح ْوا َج‬ َ ْ‫َ ح‬ َ َْ
ِ
)‫ضأْن (رواه اجلماعة اَل البخاري‬ ‫ِم َن ال ه‬
Dari Jabir ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu
menyembelih (hewan kurban), kecuali yang musinnah sekiranya tidak susah atas
kamu (dan jika susah) sembelihlah kambing. (HR. Abu Dawud)
Apakah yang dimaksud dengan musinnah? Untuk itu, perhatikan pendapat
ulama berikut. Menurut Ibn Malik, musinnah itu ialah yang telah cukup umur. Kalau
unta yang telah berumur lima tahun masuk tahun keenam, sapi yang telah berumur 2
tahun masuk tahun ketiga, domba atau kambing yang telah berumur 1 tahun.
b. Dalil-dalil keberlakuan setiap ekor hewan kurban, antara lain sebagai berikut:
‫ كنا مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ِف سفر فحضر النحر فاشَتكنا ِف البعري‬: ‫عن بن عباس قال‬

5
‫عن عشرة والبقرة عن سبعة‬
Dari Ibn Abbas, ia berkata: “Dahulu Kami pernah bersama Rasulullah
dalam perjalanan, maka tiba waktu Idul Adha, lalu kami patungan menyembelih
unta untuk sepuluh orang dan sapi untuk tujuh orang dan. (HR. al-Nasai).
Hadis di atas menunjukkan bahwa satu ekor unta dapat dikurbankan untuk
sepuluh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang. Dalam hadis yang lain disebutkan
bahwa satu ekor kambing boleh untuk satu orang dan anggota keluarganya:
َ ‫ فَ َق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
‫ال َكا َن‬ ‫ول ه‬ ِ ‫ت الضهحاَي َعلَى َع ْه ِد رس‬ ِ َ‫ى َكيف َكان‬
َ ْ ‫صا ِر ه‬ ‫َسأَلْ ح‬
‫َح‬ ََ َ ْ‫وب اْلَن‬
َ ُّ‫ت أ َََب أَي‬
ِ ِِ ِ ِ ‫الهرجل ي‬
‫ت َك َما تَ َرى‬
ْ ‫ص َار‬
َ َ‫هاس ف‬ َ َ‫ض ِحى َِبلشهاة َعْنهح َو َع ْن أ َْه ِل بَْيته فَيَأْ حكلحو َن َويحطْع حمو َن َح هِت تَب‬
‫اهى الن ح‬ َ‫ححح‬
Dari Atha bin Yasar, ia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari:
“Bagaimana keadaan kurban di zaman Rasulullah saw.?” Ia menjawab: “Ada
seorang laki-laki di zaman Rasulullah saw. berkurban dengan seekor kambing
untuk dirinya dan keluarganya, lalu mereka memakannya dan membagikannya
sehingga orang-orang merasa bangga, dan demikianlah berlangsung sebagai-
mana yang kamu lihat sekarang.” (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan hadis tersebut sebagian ulama memahami bahwa satu ekor kambing
atau domba cukup untuk satu orang. Tetapi mayoritas ulama berpandangan bahwa
makna dari hadis tersebut bahwa kurban satu ekor kambing hanya untuk seorang.
Hanya saja pahalanya bisa dibagi kepada orang lain. Jadi, dua hal ini harus dipisahkan,
antara kurban dan pahala. Dari sini pula kita dapat memahami bahwa hadis adakalanya
dapat langsung dipahami secara tekstual. Tetapi adakalanya pemahaman sebuah hadis
tertunda karena menuntut analisa dan kajian lebih mendalam, tidak sekadar tekstual.
2. Waktu dan Tempat Penyembelihan Hewan Kurban
a. Waktu yang syah untuk menyembelih hewan kurban adalah
1) Pada hari raya idul adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat idul Adha.
Ketentuan ini berdasarkan riwayat dari Al-Barra’ bin ‘Asib ra., ia berkata:
‫عن الّباء بن عازب رضي هللا عنهما قال خطبنا النيب صلى هللا عليه و سلم يوم اإلضحى بعد الصَلة‬
‫ ( من صلى صَلتنا ونسك نسكنا فقد أصاب النسك ومن نسك قبل الصَلة فإنه قبل الصَلة‬: ‫فقال‬
) ‫وَل نسك له‬
Rasulullah saw. berkhutbah kepada kami pada yaumun nahr (hari raya kurban)
setelah salat, beliau bersabda : “Barangsiapa yang salat seumpama kami salat
dan menyembelih seumpama kami menyembelih (yaitu setelah salat), maka
sungguh ia telah benar, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum salat maka
itu daging kambing biasa, dan tidak ada kurban ntuknya”. (HR. al-Bukhari).
2) Pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi saw:
‫يم ِة ْاْلَنْ َع ِام فَ حكلحوا ِمْن َها َوأَطْعِ حموا‬ِ ِ ٍ ‫اَّللِ ِِف أ هََيٍم همعلح‬ ِ ِ
َ ‫ومات َعلَى َما َرَزقَ حهم ِمن ََب‬
َ ْ ‫اس َم ه‬
ْ ‫ليَ ْش َه حدوا َمنَاف َع ََلحْم َويَ ْذ حك حروا‬
-٢٨- ‫س الْ َف ِق َري‬ ِ
َ ‫الْبَائ‬

6
Supaya orang-orang yang beribadah haji dapat menyaksikan berbagai macam
kebaikan bagi mereka. Agar mereka juga menyebut nama Allah pada hari-hari
yang telah ditentukan. Kemudian mereka menyembelih hewan kurban berupa
ternak dari rezeki yang Allah berikan kepada mereka. (QS al-Hajj/22: 28)
Hari-hari yang telah ditentukan menurut penafsiran Ibnu Abbas adalah hari raya
penyembelihan (Idul Adha) dan tiga hari setelahnya. Hal berdasarkan sabda Rasulullah
saw.
َ َ‫ فَ َذ َكَر ِمثْ لَهح َوق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬
» ‫ال « حك ُّل أ هََيِم الته ْش ِر ِيق ذَبْ ٌح‬ ِ ٍِ ِ ِ
ِِ ِ‫َع ْن حجبَ ْري بْن حمطْعم َعن الن‬
Dari Jubair bin Muth’im berkata. Bersabda Nabi saw. seluruh hari Tasyriq
merupakan waktu penyembelihan. (HR. Ahmad)
Adapun bagi orang yang menyembelih hewan kurban sebelum salat Idul Adha
dinilai sebagai sembelihan biasa. Dengan kala lain, penyembelihan itu dinyatakan
bukan sebagai kurban. Untuk itu, orang tersebet hendaknya mengulangi menyembelih
hewan lagi setelah salat Idul Adha.
b. Tempat menyembelih sebaiknya dekat dengan tempat pelaksanaan salat Idul Adha.
Hal ini sebagai sarana untuk syi’ar Islam. Sabda Rasulullah saw.
‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يذبح وينحر‬: ‫عن َنفع أن ابن عمر رضي هللا عنهما أخّبه قال‬
‫َبملصلى‬
Nabi saw. Biasa menyembelih kurban di tempat pelaksanaan salat Id. (HR. al-
Bukhari).
3. Sunah Sewaktu Menyembelih Hewan Kurban
a. Disunnahkan, hewan kurban disembelih sendiri jika mudlahi (orang yang berkur-
ban) itu laki-laki dan mampu menyembelih, sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. dalam hadis:
‫ ضحى النيب صلى هللا عليه و سلم بكبشني أملحني أقرنني ذَبهما بيده ومسى وكّب‬: ‫عن أنس قال‬
‫ووضع رجله على صفاحهما‬
Dari Anas ra ia berkata bahwa Nabi saw. berkurban dengan dua kambing kibasy
berwarna putih lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan
beliau sendiri yang mulia seraya membaca basmalah, bertakbir, dan meletakkan
kaki beliau yang berkah di atas leher keduanya. (HR. al-Bukhari).
Apabila pemilik kurban tidak bisa menyembelih sendiri sebaiknya dia ikut
datang meyaksikan penyembelihannya sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Hajj/22:
28.

b. Disyariatkan bagi orang yang berkurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah untuk
tidak mengambil/memotong rambut dan kukunya hingga hewan qurbannya
disembelih. Dalam hadits riwayat dari dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia
berkata: Rasulullah saw. bersabda:

7
‫ض ِِح َى فََلَ َيََ ه‬
‫س‬ َ ‫ال « إِذَا َد َخ َل الْ َع ْش حر َوأ ََر َاد أ‬
َ ‫َح حد حك ْم أَ ْن يح‬ َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬ ‫َع ْن أِِحم َسلَ َمةَ أَ هن النِ ه‬
» ‫ِم ْن َش َع ِرهِ َوَلَ بَ َش ِرهِ َشْي ئًا‬
Dari Ummu salamah bahwasanya Rasul Saw. bersabda, Apabila telah masuk 10
hari pertama (Dzulhijjah) dan salah seorang di antara kalian hendak berkurban,
maka janganlah mengambil rambutnya dan jangan pula mengambil kulit
(kuku)nya. (HR. Ibnu Majah).
c. Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin masih mentahan, dengan
ketentuan sebagai berikut: 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 1/3 untuk
fakir miskin, dan 1/3 untuk hadiah kepada masyarakat sekitar atau disimpan agar
sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Tujuan pembagian ini untuk mengikat tali
silaturahim, dan sebagian untuk dirinya sendiri (yang berkurban). Pandangan
tersebut juga dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi dan menambahkan bahwa sean-
dainya yang bersangkutan (pengurban) menyedekahkan seluruh daging kurbannya,
tentu hal itu lebih utama dan lebih baik lagi, dengan syarat ia harus mengambil
berkah, seperti makan hatinya atau lainnya. Rasul saw. bersabda:
‫صبِ َح هن بَ ْع َد اثلَ ِثة‬
ْ ‫كمَ فَل يح‬
ِ
ْ ْ‫ض هحى من‬َ ‫ َم ْن‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫لمة ب ِن اْلَ ْك َوِع قال‬ َ ‫َع ْن َس‬
‫ حك ْلوا َوأطعِ حم ْوا‬:‫الع َام الْ َماض قال‬ ِ ِ ‫الع ح‬ ِ ِ ِ ِ‫و‬
َ ‫كما فَ َعلْنَا‬
َ ‫ ََي َر حس ْول هللا نَ ْف َع حل‬: ‫ام املحْقب حل قاح ْلوا‬َ ‫ِف بَْيته منْهح َش ْيٌ َ فَل هما َكان‬
َْ
)‫ت أن تحعِْي نح ْوا فِْي َها (متفق عليه‬ ‫هاس َج ْه ٌد فَ َأرْد ح‬ ِ ‫الع َام َكان َِبلن‬
َ ْ‫ك‬
ِ ِ
َ ‫َوأ هد ِخ حرْواَ فأ هنَ ذل‬
Dari Salamah Ibn al-Akwa’ berkata: Nabi saw. bersabda barang siapa di antara
kamu sekalian berkurban maka janganlah menyimpan sesuatu pun (dari daging
kurban) setelah tiga hari. Kemudian pada tahun berikutnya para sahabat
bertanya: Wahai Rasulullah apakah kami melakukan seperti tahun lalu?
Rasulullah bersabda, ”Makanlah (dari kurban mu), dan berilah orang-orang, dan
simpanlah, sesungguhnya pada tahun yang lalu itu orang-orang mendapat
kesusahan, maka aku ingin kamu menolong mereka”. (Muttafaq ‘Alah).
d. Penyembelih hewan kurban atau pengurus kurban boleh saja menerima daging
kurban sebagai, tetapi bukan upah sebagai upah menyembeli atau mengurus. Dalam
suatu hadits riwayat Ali bin Abu Thalib yang berbunyi:
‫هق بِلَ ْح ِم َها َو حجلح ْوِد َها‬ ِِ
َ َ‫ َأمَرِّن رسو ل هللا صلى هللا عليه وسلم أنَ أقح ْوَم َعلى ب ْدنه َوأ ْنَ أت‬: ‫عن علي قال‬
َ ‫صد‬
)‫“ْن حن نح ْع ِطْي ِه ِم ْن عِْن ِد ََن ” (متفق عليه‬ ِ
َْ : ‫َواجلَتِ َها َوأ ْن ََلأ ْحع ِطي ا ْجلَهز َار ِمْن َها قَال‬
Dari Ali r.a. berkata, “Rasulullah saw. menyuruhku untuk menangani unta
kurban dan membagikan kulit dan penutup tubuhnya (kain yang dipakaikan pada
hewan kurban), serta melarangku memberikan kepada si penjagal sesuatu dari
padanya. Beliau berkata “kita memberi dia upah dari kita sendiri”. (HR.
Muttafaq ’alaih).
e. Demikian pula dilarang menjual daging kurban, sebagaimana dengan sabda Nabi
saw:

8
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اح ِى فَ حكلحوا وتَص هدقحوا و‬
ِ ‫« وَلَ تَبِيعوا حُلوم ا َْل ْد ِى واْل‬
‫استَ ْمتعحوا ِبحلحود َها َوإِ ْن أحطْع ْمتح ْم م ْن حُلحوم َها َشْيئاً فَ حكلحوهح‬
ْ َ َ َ ِ ‫َض‬ َ َ َ َ‫َ ح ح‬
.» ‫إِ ْن ِشْئ تح ْم‬
Janganlah engkau menjual daging denda haji dan kurban. Makanlah dan
sedekhakanlah serta ambillah manfaat dari kulitnya. Janganlah engkau
menjualnya (HR. Ahmad).

4. Cara Penyembelihan Hewan Kurban


a. Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan
posisi mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa
“Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Ya Tuhan kami,
terimalah kiranya kurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui).
b. Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu
tidak menggerak-gerakkan kepalanya atau meronta.
c. Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : “Bismillaahi Allaahu
akbar.” (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). Dapat pula ditambah bacaan
salawat atas Nabi saw. Para penonton pun dapat turut memeriahkan dengan gema
takbir “Allahu akbar!”
d. Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya kurban diterima Allah)
yaitu : “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min …” (sebut nama
orang yang berkurban). (Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-
Mu. Ya Allah, terimalah dari…. )
5. Fungsi Kurban
Ibadah kurban selain bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
memperoleh keridaan-Nya, juga sebagai ibadah sosial dengan menyantuni kaum
lemah. Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin. Fungsi Kurban antara
lain:
1. Pengamalan dan pelaksanaan perintah Allah swt.
2. Mendidik jiwa kearah taqwa dan mendekatkan diri kepada Alah swt.
3. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mau membelanjakan
hartanya dijalan Allah swt.
4. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan
berada dengan golongan yang kurang bernasib baik
5. Sebagai mediator untuk persahabatan dan wujud kesetiakawanan sosial.
6. Ikut meningkatkan gizi masyarakat.

C. Pengertian dan Dasar Hukum Akikah


Setiap orang tua tentu mendambakan putera dan puteri yang saleh dan salehah,
berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Akikah adalah salah
satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai rohaniah kepada anak yang masih
suci. Dengan akikah diharapkan sang bayi memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan

9
batin. Lahir dan batinnya tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai Ilahiah. Dengan
akikah juga diharapkan sang bayi kelak menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada
kedua orang tuanya. Jika acara ini dilaksanakan dengan tulus ikhlas dan dijiwai nilai-
nilai rohaniah oleh kedua orang tuanya, tentu akan berpengaruh terhadap perkem-
bangan jiwa dan rohani sang bayi.
Akikah dalam bahasa Arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak yang baru
lahir ‘bayi’. Sedangkan menurut istilah, akikah berarti menyembelih binatang ternak
berkenaan dengan kelahiran anak sebagai bukti rasa syukur kepada Allah swt. dengan
niat dan syarat-syarat tertentu.
Sabda Rasulullah saw:
‫ال « حك ُّل غحَلٍَم حم ْرََتَ ٌن بِ َع ِقي َقتِ ِه تح ْذبَ حح َعْنهح يَ ْوَم ال هسابِ ِع َوحُْيلَ حق‬ ِ
ِِ ِ‫َع ْن َمسحَرةَ َعن الن‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬
.» ‫َرأْ حسهح َويح َس همى‬
Dari Samurah dari Nabi saw. bersabda, “Setiap Anak yang baru lahir masih
tergadai sampai ia diakikah yang sembelihkan untuknya pada hari yang ketujuh
dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya, dan diberi
nama” (HR. Ibnu Majah).
Yang di maksud dengan tergadai ialah sebagaimana jaminan yang harus ditebus
dengan membayar utang, begitu juga si anak ditebus dengan akikah. Atha’ dan Imam
Ahmad berpendapat bahwa maksud tergadai ialah terhalang untuk memberikan
syafa’at kepada kedua orang tuanya, jika ia meninggal di waktu masih kecil, namum
belum diakikahi.
Hukum akikah itu adalah sama dengan ibadah kurban yaitu sunah muakad
kecuali dinazarkan menjadi wajib. Ini adalah pendapat Jumhur ulama’ dari kalangan
sahabat, tabi’in, dan para ahli fikih. Ini juga merupakan pendapat para ulama’ penganut
mazhab Syafi’i, Maliki, dan merupakan pendapat terkuat dalam mazhab Hambali. Di
antara dalil yang menunjukkan diperintahkannya akikah adalah hadis dari Amru bin
Syuaib.
‫ قال من أحب منكم أن ينسك عن ولده فليفعل عن الغَلم‬:‫عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال‬
‫شااتن مكافأاتن وعن اجلارية شاة‬
Dari Amru bin Syuaib dari bapaknya, dari kakeknya berkata: Rasul saw. bersabda,
Barang siapa di antara kalian yang ingin beribadat tentang anaknya kendaklah
dilakukannya, untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama umurnya dan
untuk anak perempuan seekor kambing. (HR. Ahmad).
Yahya bin Sa’id Al-Anshari (guru Imam Malik) berkata; “Aku berjumpa dengan
generasi (para sahabat). Mereka tidak pernah meninggalkan akikah, baik untuk anak
laki-laki maupun anak perempuan.”
Disyariatkan akikah lebih merupakan perwujudan dari rasa syukur akan
kehadiran seorang anak. Sejauh ini dapat ditelusuri, bahwa yang pertama dilaksanakan
akikah adalah dua orang saudara kembar, cucu Nabi Muhammad saw. dari perkawinan
Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, yang bernama Hasan dan Husein. Peristiwa ini
terekam dalam hadits di bawah ini,

10
ِ ْ ‫ َع هق َع ِن ا ُْلَس ِن وا ُْلحس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
.‫ني َكْب ًشا َكْب ًشا‬ ‫ول ه‬ ٍ ‫َع ِن ابْ ِن َعبه‬
َ ‫اس أَ هن َر حس‬
َ َ َ
Dari Ibnu Abbas r.a., sesungguhnya Nabi saw berakikah untuk Hasan dan
Husein, masing-masing seekor kambing kibas. (HR. Abu Dawud).
Kalau kita telusuri lebih jauh ternyata akikah ini juga disyariatkan pada umat-
umat terdahulu. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw.
bersabda:
‫عن أِب هريرة رضى هللا عنه أن النيب صلى هللا عليه وسلم قال ان اليهود تعق عن الغَلم وَل تعق‬
‫عن اجلارية فعقوا عن الغَلم شانني وعن اجلارية شاة‬
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya orang-
orang Yahudi mengakikah anak-anak laki-laki tetapi tidak mengakikahi anak-
anak perempuan. Akikahilah anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak
perempuan seekor kambing.” (HR. Baihaqi).

D. Ketentuan-Ketentuan Berkaitan dengan Akikah


1. Pihak yang Dibebani Akikah
Pihak yang berkewajiban melakukan akikah adalah ayah yang dilahirkan bagi-
nya seorang anak atau orang yang menanggung nafkah anak yang dilahirkan tersebut.
Apabila ada pihak lain yang ingin mengakikahi atau membantu biaya akikah anak
tersebut sedangkan ayah anak tersebut masih ada, maka harus dengan seizin ayahnya
sebagaimana sabda Rasulullah saw.;
‫ك‬
ْ ‫ك َعْنهح فَلْيَ ْن حس‬ ِ
َ ‫ب أَ ْن يَْن حس‬
‫َح ه‬
َ ‫« َم ْن حول َد لَهح َولَ ٌد فَأ‬
Barangsiapa dilahirkan anak baginya, maka jika ia ingin menyembelih (kambing
untuk anaknya), maka hendaknya ia menyembelih.” (HR. Abu Dawud)
Adapun dalil diperbolehkannya pihak lain yang ingin mengakikahi atau mem-
bantu biaya akikah anak tersebut adalah karena Rasulullah saw. dahulu pernah
mengakikahi kedua cucunya, yaitu Hasan dan Husain. Sebagaimana hadis yang diri-
wayatkan dari Ibnu Abbas:
ِ ْ ‫ َع هق َع ِن ا ُْلَس ِن وا ُْلحس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
.‫ني َكْب ًشا َكْب ًشا‬ ‫ول ه‬ ٍ ‫َع ِن ابْ ِن َعبه‬
َ ‫اس أَ هن َر حس‬
َ َ َ
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah saw. pernah mengakikahi al-Hasan
dan al-Husain, masing-masing satu ekor domba.” (HR. Abu Daud).
2. Waktu Pelaksanaan Akikah
Disunahkan menyembelih akikah pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Jika
hari ketujuh terlewatkan, maka pada hari keempat belas dari kelahiran, jika terlewat-
kan, maka pada hari kedua puluh satu. Jika masih tidak memungkinkan maka pada
kapan saja atau kapan pun.
‫ال « حك ُّل غحَلٍَم حم ْرََتَ ٌن بِ َع ِقي َقتِ ِه تح ْذبَ حح َعنْهح يَ ْوَم ال هسابِ ِع َوحُْيلَ حق‬ ِ
ِِ ِ‫َع ْن َمسحَرةَ َعن الن‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هب‬
.» ‫َرأْ حسهح َويح َس همى‬

11
Dari Samurah, dari Nabi saw., beliau bersabda, “Setiap anak tergadai dengan
akikahnya, yang disembelih untuknya pada hari ke-7, dicukur rambutnya, dan
diberi nama”. (HR. Ibnu Majah)
3. Jumlah Kambing yang Disembelih
Diakikahkan untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sepadan (umurnya)
dan untuk anak perempuan seekor kambing. Disebutkan dalam sabda Rasulullah saw.
ِ َ‫اات ِن م َكافِئَ ت‬ ِ ِ ‫اَّللِ صلهى ه‬ َ ‫َو َع ْن َعائِ َشةَ { أَ هن َر حس‬
، ‫ان‬ ‫اَّللح َعلَْيه َو َسله َم أ ََم َرحه ْم أَ ْن يح َع هق َع ْن الْغح ََلم َش َ ح‬ َ ‫ول ه‬
‫ص هح َحهح‬ ُّ ‫الَتِم ِذ‬
َ ‫ي َو‬
ِ ِ
ْ ِ ‫َو َع ْن ا ْجلَا ِريَة َشاةٌ } َرَواهح‬
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. memerintahkan mereka agar berakikah
dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan
seekor kambing untuk bayi perempuan.” (Hadits shahih riwayat Tirmidzi.)
4. Pemanfaatan Daging Akikah
Hendaknya daging akikah tersebut dibagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk
keluarga, satu bagian untuk disedekahkan kepada fakir miskin, dan satu bagian untuk
dibagi-bagikan kepada para tetangga. Berkata Ibnu Hazm; “Dikonsumsi, dibagikan,
dan disedekahkan, semua ini hukumnya sunah, bukan wajib.”
Daging akikah sama dengan daging kurban tidak boleh dijual walaupun kulitnya.
Disunahkan daging akikah dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan, atau
mengundang langsung untuk datang menyantap daging yang sudah dimasak. Orang
yang melaksanakan akikah boleh memakan dan menyimpan sedikit dari daging
tersebut, kecuali akikah karena nazar.

E. Hal-hal Lain yang Disyariatkan Terkait Akikah


1. Disyariatkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang baik pada hari
yang ketujuh sebagaimana hadis di atas atau pada saat dilahirkan langsung,
karena Rasulullah saw. telah menamai putranya yang baru lahir dengan nama
Ibrahim. Beliau bersabda: “Tadi malam telah dilahirkan anak laki-laki bagi ku
maka saya menamainya dengan nama bapakku Ibrahim”. (HR.Muslim)
2. Mencukur (menggundul) semua rambutnya tanpa tersisa, berdasarkan hadis di
bawah, bukan sebagian saja. Dan bersedekah perak seberat rambut yang
digundul itu, berdasarkan hadis:
‫وزنت فاطمة بنت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم شعر حسن‬: ‫عن ُممد بن علي بن اُلسني انه قال‬
‫وحسني فتصدقت بزنته فضة‬

Dari Muhammad bin Ali bin al-Husain berkata: Fatimah Binti Rasulullah SAW
(setelah melahirkan hasan da husain) mencukur rambut Hasan dan Husain
kemudian ia bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya.” (HR.
Imam Malik dan Imam Ahmad).

12
3. Men-tahnik-nya, (yaitu mengunyah kurma sampai lembut lalu meletakkanya
pada rongga mulut bagian atas si bayi seraya mengoles-ngolesnya), berdasarkan
hadis al-Bukhari dan Muslim, dan sebaiknya yang melakukan adalah orang yang
saleh.
‫ ولد يل غَلم فأتيت به النيب صلى هللا عليه و سلم فسماه إبراهيم‬: ‫عن أيب موسى رضي هللا عنه قال‬
‫فحنكه بتمرة ودعا له َبلّبكة‬
Dari Abu Musa r.a. berkata, “Aku melahirkan seorang anak laki-laki, lalu aku
bawa kepada Nabi saw., beliau menamainya dengan nama 'Ibrahim' & beliau
mengunyahkan kurma untuknya, dan mendoakan baginya berkah untuknya.”
(HR. al-Bukhari).
4. Mengolesi kepala si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa yang
dilakukan oleh orang-orang jahiliyah yang mengolesi kepala si bayi dengan
darah hewan akikah. Kebiasaan mereka ini tidaklah benar, sehingga syariat
Islam meluruskannya dengan cara mengoleskannya minyak wangi di kepalanya.

F. Hikmah Disyariatkan Akikah


1. Merupakan bentuk taqarub (pendekatan diri) kepada Allah swt. sekaligus seba-
gai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugrahkan Allah swt. dengan
lahirnya sang anak.
2. Menambah kecintaan anak pada orang tua.
3. Mewujudkan hubungan yang, baik sesama tetangga maupun saudara dengan ikut
merasakan kegembiraan atas kelahiran seorang anak
4. Akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syetan yang dapat mengganggu
anak yang terlahir itu.
5. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan safaat bagi kedua
orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengata-
kan: “Tergadai dari memberikan safaat dari kedua orang tuanya (dengan
akikahnya).”
6. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat
Islam dan bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat
Rasulullah saw. pada hari kiamat.
7. Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat terutama
antara yang kaya dengan yang fakir.

13

Anda mungkin juga menyukai