Anda di halaman 1dari 3

Mengulas Masalah RUU PKS Menjadi RUU TPKS

Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual ( RUU PKS) sebenarnya sudah


masuk Prolegnas sejak 2014 lalu. Namun, pembahasannya kerap kali mengalami tarik-ulur
dan juga mangkrak di Komisi VIII. Padahal, angka pada kasus kekerasan seksual di
Indonesia sangat memprihatinkan dan harus segera ditanggulangi dengan cepat agar tidak
terus melonjak disetiap tahunnya.
Dalam Rapat Kerja Badan Legislasi DPR RI, Pemerintah,, dan Panitia Perancang Undang-
Undang (PPUU) telah menyepakati perubahan daftar rancangan undang-undang yang masuk
kedalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Menjadi Prioritas 2021 dan Prolegnas
2020-2024.
Komnas Perempuan mengidentifikasi terdapat 15 jenis kekerasan seksual yang terjadi dalam
berbagai konteks. Dari 15 jenis kasus kekerasan seksual yang terjadi, hanya 9 jenis kekerasan
seksual yang dapat dikategorikan dalam tindak pidana. Enam jenis lainnya tidak terdapat
unsur subyektif dan obyektif, sebagaimana yang disyaratkan dalam pengaturan kriminalisasi
hukum pidana.
Ada 11 pasal yang menjadi krusial sehingga menyebabkan terjadinya pro dan kontra dalam
pengesahan RUU PKS ini. Berikut beberapa pasal yang krusial versi Komnas Perempuan
dilansir dari draf RUU PKS, yaitu :
1. Pasal 12 ayat (1)
Pasal ini mengatur definisi pelecehan seksual adalah kekerasan seksual yang
dilakukan dalam bentuk tindakan fisik atau non-fisik kepada orang lain, yang
berhubungan dengan bagian tubuh seseorang dan terkait hasrat seksual, sehingga
mengakibatkan orang lain terintimidasi, terhina, direndahkan, atau dipermalukan.
2. Pasal 13
Mengatur definisi eksploitasi seksual sebagai kekerasan seksual yang dilakukan
dalam bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, tipu daya, rangkaian kebohongan,
nama atau identitas atau martabat palsu, atau penyalahgunaan kepercayaan, agar
seseorang melakukan hubungan seksual dengannya atau orang lain dan/atau
perbuatan yang memanfaatkan tubuh orang tersebut yang terkait hasrat seksual,
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
3. Pasal 14
Mengatur definisi pemaksaan kontrasepsi, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan
dalam bentuk mengatur, menghentikan dan/atau merusak organ, fungsi dan/atau
sistem reproduksi biologis orang lain, dengan kekerasan, ancaman kekerasan, tipu
muslihat, rangkaian kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan, sehingga orang
tersebut kehilangan kontrol terhadap organ, fungsi dan/atau sistem reproduksinya
yang mengakibatkan korban tidak dapat memiliki keturunan.
4. Pasal 15
Mengatur definisi pemaksaan aborsi, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan dalam
bentuk memaksa orang lain untuk melakukan aborsi dengan kekerasan, ancaman
kekerasan,tipu muslihat, rangkaian kebohongan, penyalahgunaan kekuasaan, atau
menggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan.
5. Pasal 16
Mengatur definisi perkosaan, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk
kekerasan, ancaman kekerasan, atau tipu muslihat, atau menggunakan kondisi
seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan untuk melakukan hubungan
seksual.
6. Pasal 17
Mengatur definisi pemaksaan perkawinan, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan
dalam bentuk menyalahgunakan kekuasaan dengan kekerasan, ancaman kekerasan,
tipu muslihat, rangkaian kebohongan, atau tekanan psikis lainnya sehingga
seseorang tidak dapat memberikan persetujuan yang sesungguhnya untuk
melakukan perkawinan.
7. Pasal 18
Pasal ini mengatur definisi pemaksaan pelacuran sebagai kekerasan seksual yang
dilakukan dalam bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, rangkaian kebohongan,
nama, identitas, atau martabat palsu, atau penyalahgunaan kepercayaan, melacurkan
seseorang dengan maksud menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain.
8. Pasal 19
Pasal ini mengatur definisi perbudakan seksual sebagai kekerasan seksual yang
dilakukan dalam bentuk membatasi ruang gerak atau mencabut kebebasan
seseorang, dengan tujuan menempatkan orang tersebut melayani kebutuhan seksual
dirinya sendiri atau orang lain dalam jangka waktu tertentu.
9. Pasal 20
Mengatur definisi penyiksaan seksual, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan
dalam bentuk menyiksa korban.
10. Pasal 44
RUU PKS mengatur pembuktian yang memberikan kemudahan bagi korban untuk
mendapatkan akses keadilan. Pada ayat (2), alat bukti lain yang diatur meliputi surat
keterangan psikolog dan/atau psikiater, rekam medis dan/atau hasil pemeriksaan
forensik, rekaman pemeriksaan dalam proses penyidikan, informasi yang diucapkan,
dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa
dengan itu, dokumen, dan hasil pemeriksaan rekening bank.
11. Pasal 45 (1)
Pasal ini menyebut bahwa keterangan seorang korban sudah cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah apabila disertai dengan satu alat bukti
lainnya.
Sehingga membuat RUU PKS ini sangat menjadi pertimbangan untuk disahkan. Yang
kemudian berganti nama menjadi Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual (RUU TPKS),Perubahan ini juga tidak surut dari pro dan kontra. Alasan Badan
Legislasi (Baleg) melakukan pergantian nama RUU PKS menjadi RUU TPKS yaitu biar
lebih membumi dan memudahkan para penegak hukum. Dan juga dinilai akan menjadi
rancangan undang-undang yangberpihak kepada korban. Dalam diskusi pergantian nama ini
pun melibatkan berbagai elemen masyarakat. Dari para pakar,Komnas Perempuan, hingga
MUI.
Dalam draf awal RUU TPKS kini berisi 11 bab yang terdiri atas 40 pasal yang dimana pada
Bab I berisi Ketentuan Umum dan Soal Tindak Pidana Kekerasan Seksual diatur pada Bab II.
Terdapat 4 bentuk kekerasan seksual yang diatur dalam naskah terbaru RUU TPKS, yaitu
pelecehan seksual (fisik dan nonfisik), pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan hubungan seksual,
dan eksploitasi seksual.
Saat ini pembahasan RUU TPKS masih dalam tahap penyusunan naskah. Pada akhir bulan
ini, tepatnya 25 November 2021 Badan legislasi (Baleg) akan memutuskan nasib dari
Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS).

Daftar Pustaka
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211109221130-32-718902/dpr-putuskan-nasib-
ruu-tpks-akhir-november
https://nasional.tempo.co/read/1440656/masuk-prolegnas-2021-ini-11-pasal-krusial-di-ruu-
pks
https://news.detik.com/berita/d-5716006/alasan-baleg-ubah-nama-ruu-penghapusan-
kekerasan-seksual-biar-membumi

Anda mungkin juga menyukai