Anda di halaman 1dari 4

David Erlangga

Ringkasan Dars 3

Lanjutan penjelasan bait keempat

An nadzhim memaksudkan (labibu) yang pertama gak pake alif lam = asy syarih yaitu doctor labib

Al labibu yang kedua pake alif lam = penuntut ilmu yang cerdasa

Bait ke 5

Pembelajar pemula dalam bidang qowaid fiqih madzhab kita yang punya keutamaan dan faidah faidah

Syarah

Beliau memaksudkan bahwasanya nadzhom ini mubtadi bisa mengambil manfaat yang mempelajari
bidang ini qowaid fiqhiyyah sehingga nadzhom ini untuk pemula, karena inilah tujuan dibuat madzumah
ini dan juga penulisan syarah ini dimaksudkan untuk mubtadi penuntut ilmu yang mempelajari kaedah
fiqih madzhab syafii

Perkatan nadzhim dalam bait ke 5 ialah sifat al labib di bait keempat yaitu penuntut ilmu

Dalam madzhab imam kita imam syafii rahimahullah yang mulia senang terhormat dengan
menyandarkan kepada madzhab beliau

Madzhab beliau menggabungkan 2 madrasah yaitu ahlu royi yaitu madrasah imam abu hanifah dan ahlu
hadist yaitu imam malik karena beliau berguru pada imam malik muassis ahlul hadist dan murid dari
muassis madzhab abu hanifah yaitu Muhammad bin hasan as syaibani sehingga terkumpul 2
pemahaman dan beliau bisa menggabungkan keduanya

Beliau hidup di 2 negeri yaitu di Iraq dan di mesir , kemudian beliau imam syafii Menyusun kitab kitab
dari 2 dalam madzhab yaitu Qadim dan jadid . inilah yang menjadi keistimewaan nilai tersendiri dari
imam syafii karena beliau dibandingkan imam imam yang lain sehingga semoga Allah memberikan
kedudukan dan ketinggian di negeri dunia dan akhirat

Jadi keistimewaanya

1) mengumpulkan 2 madrasah

2) ada qaulul Qadim dan qaulul jadi dan nasabnya bersambung sampai ke qurays yang mana yang paling
bagus
Bait 6 dan 7

Nadzhim katakan : tidak ada permintaan dariku atau iltimas maksudnya tidak bisa mengelak dari apa
yang kamu minta karena engkau mempunyai isyrah persahabatan dan kasih saying

Dan juga punya kedudukan dalam fiqih dan ilmu ilmu syariat yang lain.maksudnya yang meminta punya
kedudukan tersendiri. Maka kita mulai mewujudkan apa yang diminta

Syarah :

Al buddu dia adalah tempat menjauh , artinya nadzhim tidak bisa menghindar ketika diminta membuat
ini, tidak diketahui penggunaan al budu kecuali digadengkan dengan nafi seperti la budda min kadza
artinya tidak ada tempat menghindar darinya

An nadzhim menginginkan untuk menjelaskan memenuhi permintaan karena persahabatan dan kasih
saying dan yang keduanya ini menghubungkan an nadzhim dan asy syarih

Lalu syarih mengatakan : padahal beliau lebih tinggi kedudukan dan lebih tinggi kedudukannya karena
kata nadzhim syarih kedudukannya tinggi,

Pengijabahan pemenuhan permintaanku bagusnya tabiat dan mulianya atsar beliau , orang yang punya
dasar yang bagus, betapa bagusnya indahnya imam syafii ketika mengatakan : orang yang merdeka itu
yang menjaga riddad kasih saying walaupun itu sedikit dan menisbahkan kepada orang yang
memberikan faidah meskipun hanya 1 lafadz. Hendaknya seorang menjaga rasa kasih sayang dengan
yang lainnya meskipun sedikit dan seseorang menyandarkan apa yang ia dapatkan pada orang yang
memberi dia

Bait 8 dan 9

Sampainya waktu untuk memulai apa yang dimaksudkan dengan perkataan beliau kita mulai melakukan
apa yang diminta yaitu dengan

1) al umuru maqashid semua prbuatan sesuai dengan maksudnya

2) al dhoror yuzal semua bahaya dihilangkan

3) al adatu muhkamah menetapkan hukum berdasar adah bisa dilakukan

4) masyaqqatu tajlibut taisir = sesuatu yang sulit bisa mendatangkan kemudahan

5) al yaqinu la yajulu bis syak = yaqin tidak bisa hilang karena keragu raguan

Nadzhim menyebutkan 5 kaedah besar pada 2 bait ini


Kaedah pertama

Setiap perkara tergantung dari niatnya

Al umur jamak dari amr perkara maksudnya mencakup perkataan perbuatan ataupun keadaan kondisi
sesuatu

Maqashid jamak dari maqsud mashdar mimi

Bahwasanya hukum hukum dan hasil hasil yang keluar dari seseorang perbuatan atau perkataan
berbeda beda seiring dengan maksud atau tujuan atau niat Tindakan tersebut baik tindakannya berupa
perbuatan atau perkataan

Barang siapa mandi dengan niat untuk bersih atau menyegarkan diri berdingin dingin karena panas
maka dia tidak sama hukumnya dengan orng yang mandi besar mengangkat janabah karena berbeda
niat. Contoh lain jika suami yang berkata pada istrinya : pulanglah ke keluargamu dengan niat maksud
memberikan izin untuk istri pulang ke rumah orang tuanya karena suatu sebab maka seperti ini
hukumnya tidak sama dengan orang yang mengatakan kalimat yang sama tapi dia maksudkan untuk
menjatuhkan talak. Hukumnya beda padahal bentuknya mirip dikarenakan maksudnya berbeda
sedangkan hukum hukum itu dibangun berdasarkan maksudnya.

Dalil dari kaedah ini :

Hadist pertama hadist arbain (innamal a’malu bin niyat…)

Ibnu hajar al haitami berkata : hadist penukilannya mutawatir dari para imam dgn pengagungan
kedudukannya, tempatnya dan banyak faidahnya dan ini menjadi dasar mulia yang besar dari dasar
dasar agama. Oleh karena itu, nabi berkhotbah : wahai manusia sesungguhnya amalan itu tergantung
dari niatnya kemudia umar bin khatab berkhotbah di mimbah rasulullah : oleh karena itu abu Ubaid
mengatakan tidak ada di hadist hadist lebih lengkap mengumpulkan mencukupkan dan lebih banyak
faidahnya dari hadist innamal amalu bin niyat

Sehingga abu daud mengatakan hadist ini separuh dari ilmu

Penerapan kaedah ini

1. Orang yang memberikan harta kepada orang lain maka ada kemungkinan maksudnya zakat, hutang ,
hibah, teranggap yang mana, tiap tiap dari tdi punya hukum hukum syariat khusus, tujuan atau niatlah
yang menentukan atau membatasi akad mana yang dimaksud

2) Barang siapa menuntut ilmu tujuannya untuk menandingi ulama dan memalingkan pandangan
manusia kepadanya , ini perkara samar sehingga seharus berhati hati, maka tidak sama pada orang yang
menuntut ilmu dengan tujuan menghilangkan kebodohan pada dirinya dan orang lain, maka yang
pertama tercela

3) Bahwasanya orang yang makan dan minum meniatkan untuk istianah bisa membantu ketaatan atau
dia tidur untuk membantu ketaatan atau nikah untuk menjaga kehormatan diri dan orang lain karena
kalau tdk nikah khawatir terjerumus dalam zina, maka dia diberi pahala beda dengan yang lainnya yang
tidak niat meskipun perbuatan ini kebiasaan asalnya bukan ibadah tpi dengan niat yang benar maka bisa
menjadi ibadah oleh karena itu niat dan maksud bisa menjadikan yang kebiasaan menjadi ibadah,
adapun lalai dari niat bisa menjadikan suatu ibadah jadi kebiasaan karena lalai dari niat

Maka niat ada perubah yang mengagungkan akan tetapi niat itu bukan mengubah suatu benda ke benda
lain akan tetapi niat itu mengubah amal yang kebiasaan menjadi ibadah atau amal yang kekal yang tidak
berakhir saat itu saja . Semua kegiatan seperti makan minum bila cuma kebiasaan saja setelah selesai
maka hilang tpi bila diniatkan untuk ketaatan maka bisa bermanfaat bagi dirinya seperti dijauhkan zina
dan diberi pahala dan amal yang tetap ada . berkata Rasul : jika seseorang menginfakkan harta kepada
keluarganya dalam rangka mengharap pahala maka terhitung sedekah, infak membelanjakan harta
dengan niat pahala bisa berubah shadaqah yang pahalanya bisa diberikan kepada dia

Perkara ada 2 : ada yang dikerjakan dan ada yang ditinggalkan

1) yang dikerjakan

Maka niat menjadi syarat untuk sahnya dan diterimanya dan didapatkan pahala seperti wudhu zakat
puasa, dan terkadang menjadi syarat untuk mendapat pahala meskipun perbuatan itu teranggap sah
tanpa niat seperti membelanjakan harta untuk keluarganya

2) yang ditinggalkan

Niat menjadi syarat untuk mendapat pahala bukan menjadi syarat sah seperti menghilangkan najis dan
mengembalikan hutang kepada yang berhak. Kalau najis dihilangkan tanpa niat sah tpi tidak dapat
pahala

Dan diantara yang layak untuk diperhatikan lafadz yang sharih pada bab masing masing tidak perlu
melihat niatnya atau tidak perlu memaksudkan makna akan tetapi yang dibutuhkan hanya untuk niat
talafudz makna tidak perlu. Ini berkaitan dengan qaul sharih dan kinayah, kalau qaul sharih tidak perlu
niat memaksudkan maknanya tpi niat talafudz seperti kamu saya talak maka jatuh talak sama saja
memaksudkan untuk menjatuhkan talak atau tidak, tapi dia memaksudkan untuk ngomong.kalau tidak
ada qashdu talafudz seperti keceplosan ngomong. Berbeda dengan orang yang pingsan atau mengigau
mengatakan kamu saya talak maka tidak jatuh talak karena dia tidak memaksudkan untuk ngomong .
Kalau kinayah baru perlu niat memaksudkan

Diantara pengecualian tidak disyaratkan niat untuk ibadah yang disitu tidak ada bentuk adatnya jadi
tidak iltibas ,seperti dzikir membaca alquran iman kepada allah, karena sudah terbedakan sehingga
sudah teranggap

Diantara pengecualian yaitu hal hal yang diperintahkan untuk ditinggalkan maka tidak butuh niat, tapi
untuk dapat pahala perlu diniatkan

Pr : bacalah apa yang disebutkan fuqaha syafiiyah seperti al alamah as syirbini di al iqna seperti
pembahasan apa yang diharamkan muhdist punya hadast kecil , junub dan haid berdasarkan kaedah ini.
Ada tidak pembahasan berkaitan dengan niat. Yang berdasarkan kaedah ini

Tanya Jawab : kalau kondisi sadarnya umumnya memaksudkan lafadznya jadi marah teranggap

Anda mungkin juga menyukai