Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS HUKUM – BANDUNG

Tugas Pancasila

N.P.M : 6051901367 MATA KULIAH : Pendidikan Pancasila


KODE MK MKU-180250
NAMA : Trias Tanriyan KELAS : ID
DOSEN : 20180161 Topik Mulyana

1. Apabila kita menitik kepada apa yang menjadi aspek sejarah pembentukan Pancasila,
sebenarnya telah terbentuk sebagai suatu filosofische grondslag atau yang secara umum
kita kenal sebagai landasan kefilsafatan. Ini ialah suatu permintaan awal yang diutarakan
oleh Ketua Badan BPUPKI yaitu Radjiman Wediodiningrat yang merasa perlunya
mengadakan stock-piling tentang apa yang terkandung dalam hati sanubari para
anggotanya mengenai Negara Indonesia Merdeka yang didirikan kelak. Untuk memenuhi
hal tersebut Bung Karno sang pelopor kemerdekaan mewedarkan apa yang menjadi isi
hati beliau, dan apa yang beliau wedarkan ialah sebagai suatu “dasar”. Inti dari dasar ini
belum sampai ada tahap rumusan Pancasila yang terpampang bahkan di-ideologikan oleh
seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Sedangkan inti dari dasar ini menurut ucapan
Bung Karno adalah negara semua buat semua. Bukanlah negara satu orang, bukan buat
satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya tetapi semua buat
semua. Dan kemudian Bung Karno mengupas dasar pikiran itu maka sampailah kepada 5
dasar. Dasar pertama adalah kebangsaan suatu dasar yang selalu mengandrungi jiwanya
sejak dahulu. Dasar kedua adalah internasionalisme, dasar ini dikemukakan karena kita
bukan saja harus mendirikan negara Indonesia tetapi menuju pula kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa. Dasar ketiga ialah mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Ini
bertalian dengan Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu
negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi negara semua buat semua,
satu buat semua, semua buat satu”. Dasar keempat ialah Prinsip, mengenai prinsip
kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Dasar
kelima yang dikemukakan adalah dasar Ketuhanan yakni menyusun Indonesia Merdeka
dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan saja Bangsa Indonesia ber-Tuhan
Tuhannya sendiri. Demikian ini yang menjadi lima dasar untuk memenuhi permintaan
Badan Penyelidik tentang landasan kefilsafatan bagi negara Indonesia Merdeka.Untuk
lima dasar ini ditolak dengan memakai nama “Darma” yakni mnama Panca Darma,
melainkan dipilih nama Pancasila karena sila artinya asas atau dasar. Dengan demikian
maka Bung Karno, selain beliau melahirkan beliau lah menjadi bidannya lima dasar yang
diatasnya kita mendirikan Negara Indonesia kekal abadi, beliau juga yang memberikan
nama kepada lima dasar yaitu Pancasila. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Pancasila
adalah sebuah landasan yang dimana bahkan bukan dari ide Bung Karno tetapi ia
hanyalah seorang perumus dari perasaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam
kalbu rakyat Indonesia. Pancasila itu sendiri telah lama tergurat dalam jiwa Bangsa
Indonesia dan menjadi corak karakternya Bangsa Indonesia. Bukan Cuma-cuma ideologi
satu pihak yang diyakini kemudian menjadi sebuah asas Negara Indonesia.

Seiring pada perkembangannya tidak ada satu suara pun yang secara nyata menolak
Pancasila. Semua aliran tidak pandang golongan agama atau pengelompokan lain.
Seluruh Bangsa Indonesia tampaknya menerima pancasila ini. Dan memang demikianlah
hendaknya, satu langkah pertama ke arah dan satu pertanda adanya kehendak untuk
kembali ke kepribadian Indonesia. Justru karena itulah hal ini menjadi cita-cita dari
kalbu Bangsa kita bagi seluruh jagad rakyat Indonesia. Sehingga saat ini landasan
kefilsafatan Pancasila telah menjadi pegangan yang perlu diselami benar-benar apa
sesungguhnya, di mana, dan bagaimana ke-agungan Pancasila kita ini. Justru karena
Pancasila ini sekian lamanya terpendam dalam penjajahan asing. Bung Karno
memberikan contoh yang baik bahwa sebagai bangsa kiata wajib menggali kembali
Pancasila dari kalbu kita dan bahkan mengwujudkan kehendak bangsa ini sebagai bagian
dari penghidupan masyarakat.

2. Maraknya tindakan persekusi merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai


sila kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Persekusi ialah tindakan
perburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti.
Persekusi adalah perlakuan buruk atau penganiayaan secara sistematis oleh individu atau
kelompok terhadap individi atau kelompok lain khususnya dikarenakan oleh SARA.
Pengamalan sila kedua dilaksanakan tentunya dengan tidak melakukan praktik
diskriminasi dan kekerasan terhadap sesama manusia, tentu harus memberi peluang yang
sama bagi warga masyarakat negara untuk maju dan berkembang. Selain bertentangan
dengan hukum, tindakan dari persekusi dilarang dan sangat bertentangan dengan
Pancasila. Salah satunya yang paling konkret jika kita berbicara terhadap rasisme karena
melanggar nilai kemanusiaan dan keadaban.

Sebaliknya sebagai bentuk tindakan yang bersesuaian dengan Pancasila jika memakai
argumentum a contrario tentunya adalah dengan tidak membeda-bedakan manusia
berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan.
Tentu kita juga harus sadar sebagai warga negara Indonesia, kita mempunyai hak dan
kewajiban yang sama terutama dilindungi dan melindungi. Bahkan sesimpel membayar
pajak sebagai warga negara kita telah mengamalkan Pancasila sila ke lima. Ini ialah
perwujudan keadilan legalis, yaitu ketaatan warga negara dalam melaksanakan hukum
yang berlaku, dalam hal ini ketentuan hukum membayar pajak bagi yang mampu.

Anda mungkin juga menyukai