Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan dimaksudkan untuk mengikat dua insan dalam mewujudkan

ketenangan dan keseimbangan hidup berumah tangga baik secara sosial, biologis

maupun psikologis guna menciptakan rasa kasih sayang dan rasa aman bagi

pihak-pihak yang terkait. Perkawinan pada masyarakat Indonesia, dalam hal ini

tidak terkecuali masyarakat Tolaki menganggap perkawinan merupakan salah satu

peristiwa adat yang sangat sakral. Hubungan itu tidak hanya melibatkan dua

individu saja atau hubungan pribadi, namun lebih merupakan terjalinnya

hubungan antara dua keluarga besar antara dua belah pihak.

Perkawinan merupakan kegiatan kebudayaan dalam masyarakat, dimana

kebudayaan mengenai perkawinan berbeda antara masyarakat satu dengan

masyarakat lainnya. Kebudayaan itu sendiri adalah seluruh cara kehidupan dari

masyarakat yang manapun tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup yaitu

bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih diinginkan. Karena itu bagi seorang

ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan.

Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan dan setiap manusia adalah mahluk

berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan (Ihromi

2006:18).

Adat istiadat menurut Koentjaraningrat terdapat tiga tingkatan. Pertama

sistem nilai budaya yang merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari

adat istiadat. Nilai – nilai budaya merupakan konsep – konsep mengenai apa yang

1
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sebagian suatu masyarakat

mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup,

sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi

kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. Kedua pandangan hidup,

pandangan hidup merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-

golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.

Ketiga ideologi, ideologi merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita – cita,

yang ingin sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat, tetapi yang

lebih khusus sifatnya daripada sistem nilai budaya ( Koentjaraningrat, 2000).

Adat istiadat perkawinan tidak hanya menyangkut pihak laki – laki dan

perempuan saja, tetapi antar kedua pihak saling terkait dalam mewujudkan

kehidupan yang lebih baik. Peranan perempuan dan laki – laki dalam kehidupan

sosial tidak bisa terlepas dari konsep gender yang berlaku dalam masyarakat.

Gender adalah suatu sifat yang menempel dalam kehidupan sosial pada kaum laki-

laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural.

Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau

keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari

sifat itu sendiri merupakan sifat – sifat yang dapat dipertukarkan. Namun

pertukaran sifat antara laki – laki dan perempuan mengakibatkan pandangan yang

tidak lazim bagi sebagian masyarakat. Artinya ada laki – laki yang emosional,

lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional,

perkasa. Perubahan ciri dari sifat itu dapat terjadi dari waktu kewaktu dan dari

tempat ketempat yang lain. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat

2
perempuan dan laki – laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda

dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang

lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender (Fakih, 2012).

Segala aktivitas masyarakat tidak terlepas dari peran dan fungsi antar

laki- laki dan perempuan. Peran dan fungsi laki-laki dan perempuan tercipta dari

tradisi- tradisi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu tradisi yang ada

dalam masyarakat yaitu tentang tradisi dalam perkawinan yang di dalamnya

memuat tentang relasi gender mengenai peran dan fungsi antara laki-laki dan

perempuan dalam rumah tangga. Salah satu tradisi dalam perkawinan yang di

dalamnya terkait dengan relasi gender terdapat pada masyarakat Mendikonu.

Desa Mendikonu adalah desa yang termasuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Masyarakat Desa Mendikonu mempunyai sebuah tradisi perkawinan yang

digunakan oleh masyarakat suku Tolaki. Tradisi ini hanya berlaku apabila yang

menikah salah satu pengantinnya berasal dari masyarakat Desa Mendikonu yang

beretnis Tolaki. Masyarakat Desa Mendikonu menyebutnya dengan tradisi

kalosara. Tradisi ini biasanya dilakukan saat pasangan pengantin tersebut

disahkan secara hukum dan agama, maksudnya apabila pasangan ini telah

melakukan pernikahan dan menjadi sepasang suami istri yang sah dengan bukti

adanya keterangan suami istri pada pemuka adat atau buku nikah.

Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat Pada prosesi pernikahan yang dilakukan

melalui taradisi etnis Tolaki, Perempuan digunakan untuk menjadi mediator

3
(Pabitara) dikalangan pihak perempuan dalam keluarga yang akan

melangsungkan pernikahan anak-ankanya. Dalam konteks inilah, eksistensi peran

perempuan dalam prosesi adat pernikahan suku Tolaki perlu dipertanyakan karena

terkesan hanya sebagai alat penghubung komunikasi dua keluarga besar.

Perempuan dengan wawasan yang luas dan tingkat pendidikan yang tinggi dalam

bidang kebudayaan khususnya kebudayaan Tolaki tentu berpengaruh positif untuk

kemajuan sebuah masyarakat. Mereka juga tentu lebih mampu dan siap untuk

menjadikan proses pernikahan putra-putrinya agar menjadi generasi yang lebih

baik dari generasi sebelumnya.

Berdasarkan dari uraian penelitian terdahulu dan fenomena lapangan

tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Peran

Perempuan Pada Adat Pernikahan Masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu

Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe?.

2. Apa kendala dalam pelaksanaan peran perempuan pada adat pernikahan

masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten

Konawe?.

4
3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala pelaksanaan

peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe?.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan peran peran perempuan pada adat pernikahan

masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten

Konawe.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dalam pelaksanaan peran perempuan pada

adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecamatan

Amonggedo Kabupaten Konawe.

3. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala

pelaksanaan peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari pelaksanaan

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan

wacana keilmuan di bidang sosial dalam rangka melakukan penguatan literasi

antropologi.

5
2. Manfaat Praktis

1) Memberi masukan kepada masyarakat Tolaki dalam meningkatkan peran

peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

2) Memberi gambaran mengenai penguatan literasi adat pernikahan yang

terjadi pada peran perempuan dalam adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda dan untuk

terarahnya penelitian ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yakni

untuk menjelaskan peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

Anda mungkin juga menyukai