Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI MENSTRUASI

(DISMENOREA)

COVER
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas berkat
dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada dosen (ISI NAMA DOSEN) yang turut yang telah membimbing sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman
kelas yang turut andil dalam terselesainya makalah ini.
Makalah ini penulis buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Nyeri Menstruasi, dengan harapan agar para
mahasiswa bisa lebih memperdalam, pengetahuan tentang dunia keilmuan (KEILMUAN APA).
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah (ISI NAMA MATKUL).
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya
guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya, penulis ucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya.
(ISI NAMA KOTA), 18 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Pengertian Dismenorea............................................................................6
2.2 Pengertian Aktivitas Fisik........................................................................7
2.3 Mekanisme Terjadinya Dismenorea.........................................................8
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dismenorea.................................................9
2.5 Gejala Dismenorea.................................................................................11
2.6 Tingkatan Nyeri Menstruasi...................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut [ CITATION Wat171 \l 14345 ], remaja (remaja) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Dengan kata lain, PBB menyebut pemuda sebagai mereka yang berusia antara 15 dan 24 tahun yang
kemudian dibakukan dalam istilah pemuda (youth) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu,
BKKBN menyebutkan remaja berusia 10-24 tahun. Di dunia diperkirakan kelompok pemuda berjumlah
1,2 miliar atau 18% dari total penduduk (WHO, 2014). Penduduk usia 10-19 tahun di Indonesia
menurut sensus tahun 2016 adalah 43 juta jiwa atau 16,9% dari total penduduk.
Pubertas adalah suatu tahap perkembangan fisik, meliputi pematangan organ reproduksi dan
pencapaian kapasitas reproduksi, yang ditandai dengan munculnya siklus menstruasi pertama
(menstruasi). Menstruasi merupakan tanda kematangan organ pada remaja. Proses pematangan ini
mempengaruhi aktivitas fisik dan psikologis, pekerjaan dan hubungan sosial remaja putri. Oleh karena
itu siklus menstruasi harus dipahami dan ditanggapi dengan serius [ CITATION Ros181 \l 14345 ].
Gangguan menstruasi yang dilaporkan seringkali berupa nyeri sebelum dan sesudah menstruasi. Nyeri
saat menstruasi sering disebut sebagai dismenore. Rasa nyeri tersebut timbul karena adanya hormon
prostaglandin yang membuat rahim berkontraksi [ CITATION Har18 \l 14345 ].
Prostaglandin dibuat oleh lapisan dalam rahim sebelum menstruasi terjadi, dan zat ini
meningkat [ CITATION Les182 \l 14345 ]. Pada penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Put14 \l 14345 ]
bahwa kejadian dismenore akan meningkat dengan berkurangnya aktivitas fisik, sehingga ketika
dismenore terjadi, oksigen tidak dapat diarahkan ke pembuluh darah di alat kelamin yang saat ini
menyebabkan vasokonstriksi yang menyebabkan nyeri tetapi jika terjadi dismenore. Seseorang
melakukan aktivitas secara teratur, kemudian dapat memberikan oksigen kurang lebih dua kali per
menit sehingga oksigen terkirim ke pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi.
Hampir semua wanita khususnya mahasiswi mengalami rasa tidak nyaman pada perut bagian
bawah sebelum dan saat menstruasi disertai mual, sehingga penderita tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dan membutuhkan waktu untuk istirahat. Rasa sakit di perut bagian bawah biasanya terjadi
pada hari pertama hingga kedua setelah pendarahan. Tingkat nyeri berkurang setelah pendarahan hebat.
Nyeri haid bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala yang timbul akibat adanya kelainan pada
organ panggul. Maka dari itu dalam penelitian ini akan membahas terkait dengan hubungan aktivitas
fisik dengan nyeri saat menstruasi.
Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas terkait dengan hubungan aktivitas fisik
dengan nyeri saat menstruasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu dismenorea?
2. Apa itu aktivitas fisik?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya dismenorea?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi dismenorea?
5. Apa saja gejala dismenorea?
6. Apa saja tingkatan nyeri menstruasi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis memiliki tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Penulis dapat mengetahui apa itu dismenorea.
2. Penulis dapat mengetahui apa itu aktivitas fisik.
3. Penulis dapat mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya dismenorea.
4. Penulis dapat mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi dismenorea.
5. Penulis dapat mengetahui apa saja gejala dismenorea.
6. Penulis dapat mengetahui apa saja tingkatan nyeri menstruasi?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dismenorea
Dismenore (dismenore) berasal dari bahasa Yunani, dimana “dys” berarti sulit, nyeri dan tidak
normal, “meno” berarti bulan, dan “orrhea” berarti mengalir [ CITATION Fam171 \l 14345 ]. Dismenore
adalah suatu kondisi medis yang terjadi pada saat menstruasi atau menstruasi dan ditandai dengan nyeri
atau nyeri tekan pada perut dan panggul yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan memerlukan
pengobatan. Ketidaknyamanan sebelum dan selama menstruasi adalah hal yang biasa terjadi pada
hampir semua wanita. Ketidaknyamanan tersebut seringkali berupa nyeri pada punggung bawah dan
perut yang menjalar hingga kaki. Jadi istilah dismenore hanya digunakan jika seseorang mengalami
nyeri haid dan memerlukan pengobatan seperti istirahat dan meninggalkan aktivitas selama beberapa
jam atau hari.
Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dan dapat menyerang
lebih dari 50% wanita yang menyebabkan mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari selama 1
sampai 3 hari setiap bulannya. Ketidakhadiran remaja di sekolah merupakan konsekuensi dari
dismenore primer, yang berjumlah sekitar 25%. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kontraksi rahim dan terjadi saat menstruasi. Dismenore merupakan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman
pada perut bagian bawah saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari yang sering
dijumpai pada remaja putri dan wanita reproduksi [ CITATION Mah17 \l 14345 ].
Dismenore merupakan keluhan paling umum yang membuat remaja putri pergi ke dokter untuk
mendapatkan saran dan pengobatan. Dismenore disebabkan oleh adanya prostaglandin F2α, suatu
stimulan yang kuat dari otot rahim dan perbedaan efektivitas yoga dan Hypno Eft (Emotional Freedom
Technique). Selalu ada peningkatan kadar prostaglandin pada wanita dengan dismenore dan tentunya
erat kaitannya dengan derajat nyeri yang ditimbulkan oleh hal tersebut. Peningkatan kadar ini bisa
sampai 3 kali lipat dari tahap reproduksi hingga tahap luteal, bahkan meningkat saat menstruasi.
Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang meningkatkan tonus otot rahim dan kontraksi
rahim yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan vasokonstriksi dan oleh karena itu mengurangi
aliran darah ke rahim, dan seiring waktu akan menyebabkan keadaan iskemik dan dengan demikian
menurunkan ambang nyeri rahim. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior,
vasopresin, berkontribusi untuk mengurangi aliran menstruasi dan menyebabkan dismenore. Selain itu,
diperkirakan faktor psikologis dan pola tidur juga mempengaruhi timbulnya dismenore.`
2.2 Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran energi (pembakaran
kalori) yang meliputi aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga, sedangkan menurut [8], aktivitas fisik
didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan minimal selama 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik
dibagi menjadi tiga tingkatan: aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah gerakan
tubuh yang menyebabkan banyak energi yang dikeluarkan, dengan kata lain, gerakan yang
menyebabkan pernapasan sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah
gerakannya. tubuh yang menghasilkan energi. Cukup (kalori yang terbakar) sehingga pernapasan jauh
lebih cepat dari biasanya.
Cara paling sederhana untuk meningkatkan kekebalan adalah dengan melakukan latihan fisik
atau olahraga dan istirahat dan tidur yang cukup. Bahkan latihan fisik ringan, seperti 30 menit latihan
aerobik, dapat mengaktifkan sel darah putih, yang merupakan komponen utama kekebalan dalam
sistem peredaran darah. Idealnya, lakukan olahraga aerobik selama 30 menit. Menurut [9], jenis
aktivitas fisik untuk orang dewasa dibagi menjadi 5, antara lain :
1. Aktivitas kerja
Aktivitas kerja adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu dan
dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
2. Transportasi
Transportasi adalah perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Kegiatan pekerjaan rumah
Pekerjaan yang tidak menghasilkan imbalan atau nikmat, kegiatan pekerjaan rumah dapat
dilakukan dengan tujuan agar rumah dan sekitarnya tampak bersih dan rapi, misalnya mencuci pakaian,
mengepel lantai, menyiram tempat, dan lain-lain.
4. Olahraga
Olahraga merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. Sebelum
berolahraga, disarankan untuk melakukan pemanasan agar tidak terjadi cedera, seperti jalan kaki di
pagi hari, bersepeda, berenang, senam dan lain-lain.
5. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang ketika memiliki waktu luang untuk
menyegarkan pikiran dan tubuh, atau untuk bersenang-senang setelah melalui rutinitas yang
membosankan.

2.3 Mekanisme Terjadinya Dismenorea


Mekanisme dismenore diawali dengan peningkatan kadar prostaglandin, khususnya PGF2 dan
PGE2. Pada fase proliferasi, konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah, tetapi pada fase sekretorik
konsentrasi PGF2 lebih tinggi daripada PGE2. Selama siklus menstruasi, konsentrasi PGF2 akan terus
meningkat dan kemudian menurun selama masa implantasi. Pada beberapa kondisi patologis,
konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada remaja putri dengan keluhan menoragia secara signifikan
dibandingkan dengan prostaglandin pada remaja putri yang tidak mengalami gangguan menstruasi.
Oleh karena itu, baik dalam kondisi patologis maupun normal, prostaglandin memegang peranan
penting selama siklus menstruasi [10].
Diketahui bahwa beberapa reseptor FP yaitu PGF2 terletak di miometrium. Adanya PGF2 akan
menimbulkan efek vasokonstriktor dan meningkatkan kontraktilitas otot rahim. Sehingga dengan
adanya efek kontraksi otot rahim yang dikombinasikan dengan efek vasokonstriksi akan menurunkan
aliran darah ke otot rahim sehingga menyebabkan iskemia rahim dan akhirnya menimbulkan nyeri.
Pemberian nyeri pada penghambatan prostaglandin juga telah terbukti dapat mengurangi rasa PMS saat
menstruasi. Begitu juga dengan PGF2 dimana dilaporkan dalam suatu penelitian bahwa penambahan
PGF2 dan PGE2 akan meningkatkan derajat nyeri saat menstruasi [11].
Peningkatan produksi dan nyeri prostaglandin (khususnya PGF2a) dari endometrium selama
menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur. Saat menstruasi,
remaja dengan dismenore memiliki tekanan intrauterin yang lebih tinggi dan kadar prostaglandin dua
kali lipat dalam darah menstruasinya dibandingkan remaja tanpa nyeri. Akibat peningkatan aktivitas
uterus yang abnormal ini, aliran darah menurun, mengakibatkan iskemia uterus atau hipoksia yang
menyebabkan nyeri. Mekanisme lain dari dismenorea disebabkan oleh serat prostaglandin (PGE2) dan
hormon lain yang membuat serat saraf sensorik dalam rahim hipersensitif terhadap aksi beadikinin dan
merangsang rasa sakit fisik dan kimia lainnya [12].

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dismenorea


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore menurut [13] adalah sebagai berikut :
1. Umur
Ada hubungan antara usia menstruasi dengan terjadinya dismenore karena ketika menstruasi
terjadi lebih awal dari biasanya, alat kelamin belum siap untuk mengalami perubahan dan terjadi
penyempitan serviks, maka akan timbul nyeri. terjadi saat menstruasi. Wanita pada usia berisiko
menstruasi (12 tahun) perlu lebih memperhatikan kesehatannya, terutama terjadinya dismenore. Haid
sangat dini pada usia 12 tahun memiliki efek jangka pendek yaitu terjadinya dismenore, sedangkan
untuk efek jangka panjang dapat menyebabkan kanker serviks, kanker payudara dan miom.
2. BMI
Kelebihan berat badan menyebabkan dismenore karena di dalam tubuh seseorang yang
kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak berlebih yang dapat menyebabkan hipertrofi vaskular
(mendorong pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah
mengalir selama kehamilan. Siklus menstruasi, gangguan menstruasi dan dismenore. Ada hubungan
antara obesitas dengan terjadinya dismenore. Menurut Jeffcott, orang dengan indeks massa tubuh yang
lebih tinggi dari normal menunjukkan peningkatan kadar prostaglandin (PG) yang berlebihan, yang
menyebabkan kontraksi miometrium karena zat dalam darah menstruasi, mirip dengan lemak normal
yang dapat ditemukan di otot. uterus Riwayat keluarga Ada riwayat keluarga dan faktor genetik yang
berhubungan dengan dismenore akut.
3. Sejarah
Keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore
primer. Dua dari tiga wanita dengan dismenore primer memiliki riwayat keluarga dengan dismenore
primer. Dismenore hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulasi. Karena setelah ovulasi, sel-sel
folikel tua setelah ovulasi akan membentuk corpus luteum, ketika corpus luteum memburuk karena
kegagalan fertilisasi dan implantasi, kadar estrogen dan progesteron yang bersirkulasi akan turun
drastis. Penarikan kedua hormon steroid ini menyebabkan lapisan endometrium yang kaya nutrisi dan
pembuluh darah berhenti memberikan dukungan hormonal. Rendahnya kadar hormon ovarium juga
merangsang produksi prostaglandin di rahim, yang mempersempit pembuluh darah di lapisan rahim
dan menyebabkan kontraksi rahim. Kadar prostaglandin yang berlebihan akan menyebabkan
dismenore.
4. Kadar Malondialdehid (MDA)
MDA sebagai biomarker stres oksidatif karena beberapa alasan, yaitu: Pembentukan MDA
meningkat sesuai dengan stres oksidatif, kadarnya dapat diukur secara akurat dengan berbagai metode
yang tersedia, stabil dalam sampel cairan tubuh yang terisolasi, pengukurannya tidak terpengaruh oleh
perubahan harian dan tidak dipengaruhi oleh kandungan lemak. dari makanan, Ini adalah produk
spesifik dari oksidasi lipid, dan hadir dalam jumlah yang dapat dideteksi di semua jaringan tubuh dan
cairan biologis, sehingga memungkinkan untuk menetapkan periode referensi.

2.5 Gejala Dismenorea


Faktanya, menurut [14], gejala dismenore dapat bervariasi dari wanita ke wanita. Namun secara
umum, tanda dan gejala dismenore yang paling umum adalah :
1. Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bawah dan paha bagian
dalam
2. Nyeri haid muncul satu atau dua hari sebelum haid atau di awal haid
3. Rasa sakitnya parah atau persisten
Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami banyak gejala lain yang muncul bersamaan
sebelum atau selama periode mereka. Berikut ini adalah gejala penyerta lain yang sering dikeluhkan
wanita saat menstruasi :
1. Perut kembung Diare Mual dan muntah
2. Sakit kepala pusing
3. Lemah, lesu dan kurang energi

2.6 Tingkatan Nyeri Menstruasi


Menurut [15], tingkatan nyeri haid dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Nyeri haid normal biasanya berlangsung paling lama tiga sampai empat hari
Saat masa menstruasi mendekat, lapisan rahim, atau dinding rahim, akan mengalami penebalan.
Ini digunakan untuk mempersiapkan perlekatan telur yang telah dibuahi dengan sukses. Ketika sel telur
tidak dibuahi, jaringan endometrium menumpahkan darah. Pada saat yang sama, bahan kimia yang
disebut prostaglandin dilepaskan dan menyebabkan peradangan. Kondisi ini kemudian menyebabkan
kejang otot, yang juga dikenal sebagai kram perut. Kram perut yang normal biasanya berlangsung dua
hingga tiga hari per siklus menstruasi. Artinya sakit perut dan kram yang berlangsung lebih dari 3 hari
bisa digolongkan sebagai nyeri haid tidak normal.
2. Nyeri haid normal mudah diatasi
Biasanya, kram menstruasi yang teratur dapat diobati dengan bantal pemanas, botol air panas,
atau obat antiinflamasi sederhana seperti ibuprofen. Selain itu, dokter mungkin akan
merekomendasikan pil KB dengan berbagai pertimbangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
suplemen yang mengandung kalsium, magnesium, dan vitamin D dapat membantu mengurangi gejala
PMS. Namun, selalu pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat sesuai
dengan gejala yang dirasakan. Bagi yang gemar berolahraga, sebaiknya lanjutkan kebiasaan sehat ini.
Pasalnya, pelepasan endorfin saat berolahraga dapat meningkatkan suplai oksigen ke rahim dan
memperkuat panggul. Ketika oksigen yang cukup diberikan, kram perut dan gejala PMS lainnya dapat
dikelola dengan baik.
3. Nyeri haid yang tidak normal cenderung mengganggu aktivitas
Nyeri haid dikatakan tidak normal jika nyerinya cenderung cukup parah hingga mengganggu
aktivitas. Faktanya, sekitar 20 persen wanita mengalami hal ini. Wanita yang mengalami kram perut
parah biasanya menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur dan mengalami sakit perut. Tidak
hanya penyakit fisik, kebanyakan wanita juga mengalami ketidaknyamanan psikologis. Untuk alasan
ini, wanita cenderung mudah dalam suasana hati yang buruk selama periode menstruasi mereka.
4. Nyeri haid yang tidak normal tidak dapat diobati dengan obat yang dijual bebas
Pada dasarnya, nyeri haid dapat diobati dengan obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti
parasetamol atau ibuprofen. Jika nyeri haid tidak kunjung hilang meski sudah mengonsumsi obat-
obatan tersebut, bisa dikatakan hal tersebut tidak normal dan sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Jika kita berpikir bahwa mengonsumsi terlalu banyak obat penghilang rasa sakit dapat menyembuhkan
kram perut yang parah, kita salah besar. Hati-hati, mengonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan
justru bisa berdampak berbahaya. Jika rasa sakit tidak mereda, segera temui dokter. Karena
dikhawatirkan hal tersebut merupakan pertanda adanya penyakit pada area genital wanita, seperti
endometriosis, fibroid rahim, dll.
5. Nyeri haid yang tidak normal terjadi secara tidak teratur setiap bulannya
Bagi mereka yang mengalami kram perut sejak awal menstruasi, ini disebut sebagai dismenore
primer. Kabar baiknya adalah, ini cenderung normal sebagai respons terhadap sensitivitas tubuh
terhadap hormon-hormon siklus menstruasi. Namun, jika kram perut yang parah tidak terjadi sejak
awal menstruasi dan tidak selalu setiap bulan, ini disebut dismenore sekunder dan dismenore jenis ini
harus diwaspadai.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan semua yang diuraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa penyebab dismenore
dapat dilihat dari faktor usia, faktor IMT pada remaja obesitas, faktor riwayat keluarga mengalami
dismenore, dan ovulasi (teratur) menstruasi. Faktor siklus dan kadar Malondialdehida di bawah 2, 14
mol/mL.

3.2 Saran
Penulis menyarankan agar pembaca melakukan penelitian dengan mengkorelasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi dan faktor antioksidan dalam tubuh dan melakukan penelitian pada hari
atau dua hari menstruasi. Saran bagi siswa untuk menjaga pola makan sehat (4 sehat 5 ideal), olahraga
teratur, dan pola hidup sehat. Jika dismenore terjadi, cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
antara lain: dengan melakukan relaksasi (yoga), akupunktur (melakukan pijat aromaterapi),
mendengarkan musik, hipnoterapi (mengubah pola pikir dari negatif menjadi positif), dan penggunaan
suplemen gizi ( minyak ikan, vitamin E, ramuan Cina).
DAFTAR PUSTAKA

[1] L. R. A. M. D. &. P. F. Wati, "Hubungan Aktifitas Fisik dengan Derajat Dysmenorrhea Primer pada Remaja,"
Journal of Issues in Midwifery, pp. 1(2), 1-8, 2017.

[2] N. C. W. L. &. P. D. R. Rosvita, "Hubungan tingkat konsumsi kalsium, magnesium, status gizi (IMT/U), dan
aktivitas fisik dengan kram perut saat menstruasi primer pada remaja putri (studi di Sekolah Menengah
Atas Kesatrian 2 Kota Semarang tahun 2017).," Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), pp. 6(1), 519-525.,
2018.

[3] P. H. &. B. S. W. Harmoni, "Hubungan Antara IMT Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Dismenore Di SMA
Batik 1 Surakarta," (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta), 2018.

[4]
D. R. C. M. &. H. N. Lestari, "Hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan dismenorea pada
mahasiswi FK UPN “Veteran” Jakarta," Majalah Kedokteran Andalas, pp. 41(2), 48-58, 2018.
[5]
R. P. D. P. &. M. A. Putri, "Hubungan antara derajat sindrom pramenstruasi dan aktivitas fisik
dengan perilaku makan pada remaja putri," (Doctoral dissertation, Diponegoro University), 2014.
[6]
F. M. A. &. F. D. Y. Famimah, "Hubungan Konsumsi Asam Lemak Omega-3, Aktivitas Fisik Dan
Persen Lemak Tubuh Dengan Tingkat Dismenore Pada Remaja," Journal of Nutrition College, pp.
6(4), 268-276, 2017.
[7]
A. Mahitala, "Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Gangguan Menstruasi Wanita Pasangan Usia
Subur Di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun 2015," Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), pp. 3(3), 74-80, 2017.

Khairunnisa, K., & Maulina, N. (2018). HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI
HAID (DISMENOREA) PADA SANTRIWATI MADRASAH ALIYAH SWASTA
ULUMUDDIN UTEUNKOT CUNDA KOTA LHOKSEUMAWE. AVERROUS: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 3(1), 10-20.

Sari, S. E., Kartasurya, M. I., & Pangestuti, D. R. (2018). Anemia dan aktivitas fisik yang ringan
mempengaruhi faktor risiko dismenore pada remaja putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 6(5), 437-444.

Ramadani, M. (2012). Premenstrual syndrome (PMS). Jurnal Kesehatan Masyarakat


Andalas, 7(1), 21-25.
Ramadani, M. (2012). Premenstrual syndrome (PMS). Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 7(1), 21-25.

Sugiyanto, S., & Luli, N. A. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Dismenore pada
Siswi Kelas XII SMK Negeri 2 Godean Sleman Yogyakarta. Proceeding of The URECOL, 7-15.

Saguni, F. C. A., Madianung, A., & Masi, G. (2013). Hubungan dismenore dengan aktivitas
belajar remaja putri di SMA Kristen I Tomohon. Jurnal Keperawatan, 1(1).

Sugiharti, R. K., & Sumarni, T. (2018). HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAAN OLAHRAGA


DENGAN KEJADIAN NYERI HAID PRIMER PADA REMAJA. Bidan Prada: Jurnal
Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 9(1).

Surmiasih, S. (2016). Aktivitas Fisik dengan Sindrom Premenstruasi Pada Siswa SMP. Jurnal
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), Hal-71.

Darusman, D., & Rafsanjani, T. M. (2018). Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Status
Gizi Terhadap Menstruasi Pertama (Studi Kasus Pada Remaja Putri Kelas 1 SMP). Majalah
Kesehatan Masyarakat Aceh (MaKMA), 1(1), 20-26.

Anda mungkin juga menyukai