Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA GASTROENTERITIS

OLEH :

I MADE SUKARIANA, S.Kep


NIM.20089142169

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare
sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah
satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orangtua mengenai
kesehatan dan perawatan anak dan  bayi di rumah.Namun dalam menjalankannya
seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan,
pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian,
perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang
menderita penyakit tersebut.

1.2 Tujuan
1 Mengetahui tentang penyakit Diare.
2 Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.
3 Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.
4 Menjelaskan cara mengatasi Diare.
5 Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare .
BAB II
KAJIAN TEORI

A. DEFINISI
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam atau beberapa hari
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air
besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu
diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

B. ETIOLOGI
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela,
E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan
psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis

Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:


1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C,
Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio
parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter)
jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis,
Coccidiosis.
2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N.
americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan
T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien
dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut
terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14 %).

C. PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari
luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung, empedu dan
sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan
diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain.
Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan terangsangnya
usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan
waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air
dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme kompensasi dengan
larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut:

Dinding Epitel

Lumen Usus Entero toksin Sel Epitel Usus

AMP Siklik

Cl diiringi H2O, K+, Na+,


Cl
HCO3
(H2O, K+, Na+, HCO3)
Glukosa diiringi H2O, Na+,
Glukosa
K+, Cl-, HCO3

Na+ Na+ diiringi H2O, K+, Cl-,


HCO3

Glukosa
H2O
HCO3
Cl-
Na+
K+
Vaskuler

Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah
faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang
terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti
keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap
infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan
gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran
imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi
pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada
binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora
usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk
koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg
% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
D. PATHWAY

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulit


berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan


Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang
faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik


merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia


Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun
cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung
cepat dan lemah

(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002


E. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan
berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat
badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

H. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma,
cengeng atau syok
Kekenyalan kulit Normal Apatis, ngantuk Sangat kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar Normal Sedikit cekung Kering & sianosis
Mulut Kuat <120 Kering Lemas >40
Denyut Sedang (120-
nadi/mata 140)

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis

I. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK


Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,
lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila
terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis
keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam Cairan/Kg
BB/24 jam
3 hari 3.0 250-300 80-100
10 hari 3.2 400-500 125-150
3 bulan 5.4 750-850 140-160
6bulan 7.3 950-1100 130-155
9 bulan 8.6 1100-1250 125-165
1 tahun 9.5 1150-1300 120-135
2 tahun 11.8 1350-1500 115-125
4 tahun 16.2 1600-1800 100-1100
6 tahun 20.0 1800-2000 90-100
10 tahun 28.7 2000-2500 70-85
14 tahun 45.0 2000-2700 50-60
18 tahun 54.0 2200-2700 40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono,
Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan
bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak
di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah
dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah =1
* BP sistolik 60-90 mmHg =1
* BP sistolik <60 mmHg =2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt =1
* Kesadaran apatis =1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma =2
* Frekuensi napas >30 x/mnt =1
* Facies cholerica =2
* Vox cholerica =2
* Turgor kulit menurun =1
* Washer women’s hand =1
* Ekstremitas dingin =1
* Sianosis =2
* Usia 50-60 tahun =1
* Usia >60 tahun =2
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15

3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan


Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali
dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap
liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah
rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
4) Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan
dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan
cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan
lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.


Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis
diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai
dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan
darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu,
Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan
khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat
hasil pemeriksaan penyaring.
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang
darah.
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi
klnis diare.

3. Memberikan terapi simtomatik


Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya.
Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh
bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus
yang seyogyanya cepat dieliminasi.

4. Memberikan terapi definitif.


Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
2) V. parahaemolyticus,
3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
4) C. perfringens, spesifik
5) A. aureus : Kloramfenikol
6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti
Siprofloksasin
7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
8) Helicobacter: Eritromisin
9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
11) Balantidiasis: Tetrasiklin
12) Candidiasis: Mycostatin
13) Virus: simtomatik dan suportif

1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6
bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan
gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari
( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA,
ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta
diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-
ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

10. Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

PENATALAKSANAAN DIARE
Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO 3, KCl dan Glukosa) seperti orali,
pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare
usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :


1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun
terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40
x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj
urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan


frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal
dengan baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi
iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku KeperawatanPediatik, Jakarta, EGC
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.
Jakarta.
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F.
Jakarta, EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK A.S DENGAN GE DI RUANG RAWAT INAP
UPTD. PUSKESMAS TEGALLALANG I
TANGGAL 09 – 11 AGUSTUS 2021

OLEH :

I MADE SUKARIANA, S.Kep


NIM.20089142169

SEKOLAH ILMU TINGGI KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020/2021

Asuhan Keperawatan Pada Anak A.S Dengan GE


Di Ruang Rawat Inap UPTD Puskesmas Tegallalang I
Tanggal 09 – 11 Agustus 2021

Tanggal Pengambilan Data : 09-08-2021 Jam : 02.04 Wita


Ruang rawat/kelas : Puskesmas No. Rekam Medik: 000211

IDENTITAS ANAK IDENTITAS ORANG TUA


Nama : An A.S Nama Ayah : Wy Patra
Tanggal Lahir : 17-10-2017 Nama Ibu : Wy Masih
Jenis kelamin :L Pekerjaan ayah/ibu : Karyawan Swasta
Tanggal MRS : 09-08-2021 Pendidikan ayah/ibu:SMA
Alamat : Br. Sapat, Tegallalang, Agama : Hindu
Gianyar
Diagnosa Medis : GE + Obs Vomiting Suku/bangsa : Indonesia
Sumber informasi : Ortu Alamat :Br. Sapat,
Tegallalang,
Gianyar

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Penyakit sekarang

a. Keluhan Utama :
Mencret dari kemarin 3X cair +
b. Riwayat penyakit saat ini :
Pasien datang dengan keluhan lemas, mencret dari kemarin 3X cair+, muntah setiap
makan dan minum, dan demam

2. Riwayat Penyakit sebelumnya :

a. Riwayat Kehamilan dan persalinan:


 G0P3
 Penyakit Yang pernah diderita selama kehamilan : -
DM Toxoplasma TBC Alergi Lain-lain
 Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan :
Jamu Obat-obatan,jenis.................. V Tidak ada
b. Riwayat Persalinan
 Gestasi : Prematur Postmatur V Cukup Bulan
 Partus : V Spontan SC Memakai bantuan alat.,jenis......
 BB Lahir: 3.500 gr Panjang Badan: 50 Cm Apgar Score: 8-9
 Kelainan Kongenital : V Tidak ada Ada,Jenis................
 Penolong Persalinan : Dukun Dokter V Bidan

c. Riwayat Penyakit
 Penyakit yang pernah diderita :
Demam Kejang Batuk/pilek Mimisan Lain-lain : -
 Operasi : V Tidak Ya, Jenis………………….Tahun :
 Alergi : Makanan Obat Udara Debu
lainnya, sebutkan –

d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :


 BB : 12,8 Kg, TB : 93 cm, LK : 50 cm, LD : 33 cm, LLA : 16 cm
 Mengangkat kepala usia 3 bln Duduk usia 6 bln Merangkak usia 8 bln
Berjalan usia 14 bln Bicara usia 11 bln Tumbuh gigi usia 7 bln
 Tahap perkembangan psikososial :
Keluarga mengatakan anaknya melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri seperti:
makan, mandi, dan memakai pakaian.
 Tahap perkembangan psikoseksual : Keluarga mengatakan anaknya sudah dapat
membedakan jenis dan alat kelamin laki-laki dan perempuan.

e. Imunisasi : V BCG V Polio 3X P I,P II,P III V DPT 3X DPT I,DPT II,DPT III
Campak VHepatitis 3X BV I, B II, B III

f. Dampak hospitalisasi
anak Px terlihat takut saat akan dilakukan pemasangan infus.
Keluarga Orang tua tampak cemas melihat anaknya akan dipasang infus
Masalah keperawatan : Cemas ( Ansietas )

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga : -
b. Lingkungan rumah dan komunitas: keluarga mengatakan tidak ada orang disekitar rumah
yang menderita diare
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan: keluarga mengatakan anaknya mengkonsumsi
makanan yang berbumbu sebelum diare
d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak: keluarga percaya terhadap tindakan dan terapi
secara medis dapat menyembuhkan anaknya

4. Riwayat nutrisi
 Pola makan : 3X/hr, jenis : Nasi,lauk,dan sayur.
 Minum : Jenis air putih jumlah : 1200cc/hari
 Pantangan makanan : Ya V Tidak

5.Genogram ( 3 generasi ) :
KET:
------ ------------ Laki-laki
Perempuan
---------------------------- Garis Keturunan
Garis Pernikahan
--------------------------------------------- X Meninggal
Pasien
---- Tinggal Satu Rumah

POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI


1. Kebutuhan Dasar
 Nutrisi : Px melakukan aktivitas makan minum secara
mandiri
 Istirahat Tidur : Px terbiasa tidur jam 21.00 – 07.00 ( 10 jam )
 Kebersihan Diri : Px mandi secara mandiri, BAB dan BAK
pada jamban
keluarga tetapi butuh bantuan untuk membersihkannya.
 Eliminasi : BAB : Px mengendalikan rangsangan BAB
kadang tidak
terkendali
BAK : Px mengendalikan keinginan berkemih secara
mandiri
 Pola Aktifitas / Bermain: Px terbiasa bermain bersama teman-teman di sekitar
rumah

PEMERIKSAAN FISIK (BODY SISTEM)


Keadaan umum :
T/D : -/- mmHg. S: 36,8 0C, N : 100 x/menit, RR : 20 x/menit SPO2 : 99%
1. PERNAPASAN

a. Bentuk dada : VNormal Tidak, jenis……………….


b. Pola napas : Dispnea Orthopnea Kusmaul Biot
Cheyne stokes V Teratur Tidak teratur ,
Frekuensi : 20 X/menit
Bunyi napas : V Vesikuler Ronchi Wheezing Friction rub
c. Retraksi otot bantu nafas : V Tidak ada Ada ICS.......
Supraclavikula Suprasternal Cuping hidung
d. Perkusi thorax: Sonor Hipersonor Redup/pekak
e. Alat bantu pernapasan : V Tidak Ya:.......liter/menit
Masker Respirator Nasal
f. Batuk V Tidak Ya
g. Sputum V Tidak ada Ada,
Warna :……..... Jumlah ……konsistensi…
h. Lain - lain :…………………………………………
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah pada sistem pernafasan

2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada : V Tidak Ya Menjalar ke.........
b. Irama jantung: V Reguler Ireguler, HR : 100x/mt
c. Bunyi jantung : V S1,S2 tunggal Murmur ` Gallop Thrill
d. CRT : V < 3 detik > 3 detik ,Cyanosis : Ya Tidak
e. Clubingfinger Ada V Tidak ada V

Masalah keperawatan : : Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskuler

3. PERSYARAFAN
a. Kesadaran : V CM Apatis Somnolen Sopor Koma
b. Reflek – reflek: V Mengisap V Menoleh V Babinsky V Moro
Patella V Menggenggam Kaku kuduk.
Brudzinsky 1
c. Kejang : Tidak
V ada Ada
d. Istirahat tidur 10 jam/hari, Lain - lain :…………
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah pada sistem persyarafan

4. GENETOURINARIA
a. Bentuk alat kelamin : V Normal Tidak normal, sebutkan…….
b. Kebersihan alat kelamin : V Bersih Kotor
Frekuensi kemih : 5-6x/hari, Warna : jernih, Bau : pesing Produksi urine : 240ml/hari
Masalah elminasi urine : -
V Normal Disuria Oliguria Poliuria Inkontinensia
Retensio
Menggunakan alat bantu perkemihan kateter Cystoma V Tidak
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah pada sistem genetourinaria

5. PENCERNAAN
a. Mulut :
Mukosa : Lembab V Kering Stomatitis
Bibir : V Normal Labioskisis palatoskisis
Lidah : Hiperemik Kotor Bergetar
Kebersihan rongga mulut : V Bersih Kotor Berbau
Kebiasan gosok gigi 2 kali sehari V 3 kali sehari
Caries : Ada V Tidak ada
b. Tenggorokan : Kemerahan Sakit saat menelan
c. Abdomen : supel Tegang V Kembung,peristaltik 18X/mnt
Nyeri tekan, Lokasi - , MualV Muntah
V tiap makan dan

minum
BAB: 3x/hari, Konsistensi cair,Warna kuning, Bau khas feses
Konstipasi V Diare Obstipasi
Feces berdarah/berlendir
Masalah keperawatan ; Diare dan Risiko kekurangan cairan tubuh

6. MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN


a) Kemampuan pergerakan sendi (ROM) : v Bebas Terbatas
b) Kekuatan otot/tonus otot : 44444444
44444444
c) Fraktur : V Tidak Ya Lokasi…………………
d) Dislokasi : V Tidak Ya, Lokasi……………….
e) Kulit : V Ikterik Hyperpigmentasi Pucat
f) Akral : V HKM Dingin
g) Turgor : Baik V Kurang Jelek
h) Oedema : V Tidak ada Ada,Lokasi……………………..
i) Kebersihan : V Bersih Kotor Lain-lain.....................
Masalah keperawatan : Risiko kekurangan cairan tubuh

7. PENGINDERAAN
a. Mata :
Pupil : V Isokor. Anisokor. Midriasis Miosis
Reflek cahaya : Positif Negatif.
Konjungtiva: V Pucat V Merah muda Merah
Sklera : Ikterik V Tidak ikterik.
Palpebra Edema V Tidak
Alat bantu : Kaca mata. V Tidak
b. Hidung : V Normal Mimisan
Mukosa : V Pucat Edema, Secret Purulen Jernih.
Kelainan lain, sebutkan: -
c. Telinga : Nyeri/gatal Sekret mukopurulen Berbau
Benda asing Serumen.
Membran timpani V Utuh Terkoyak
Pendengaran : Tuli V Normal
Kelainan lain : -
Masalah keperawatan : Risiko kekurangan cairan tubuh

8. ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid : Ya V Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis : Ya V Tidak
c. Lain-lain :…………………………………
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah pada system endokrin

TERAPI
IFVD D5 NS 20 TPM
Ondancentron inj 3X1mg
Zink Sy 1X1Cth

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK: Terlampir


ANALISA DATA :

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB KEPERAWATAN
1 DS: Ibu pasien mengatakan Infeksi
Diare
anaknya diare 3x dalam sehari

Berkembang di usus
DO : Saat Inspeksi anak
terlihat lemas, auskultasi
Hipersekresi air dan
didapat hasil Peristaltik Usus
elektrolit
18x/mnt, diperkusi perut
kembung, BAB 3 kali sehari,
Isi usus meningkat
konsistensi cair, warna
kuning,berlendir, bau khas
feses dan BAB kadang tidak
terkendali

DS : -
2 Resiko Kekurangan
DO : Mukosa bibir kering, Frekuensi BAB meningkat,
Volume Cairan
turgor menurun, mulut kering,
CRT < 3 detik, Muntah, Diare, Hilang cairan dan elektrolit

sempat Demam, konjungtiva


pucat. berlebihan

Gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

Dehidrasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : An A.S DIAGNOSA : GE + Obs Vomiting


UMUR : 3 Tahun NO.REKAM MEDIS : 000211

NO DIAGNOSA TUJUAN / INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1 Diare berhubungan Setelah diberikan 1. Monitor tanda dan gejala diare


dengan proses asuhan keperawatan 2. Identifikasi factor penyebab diare
infeksi ditandai selama 3 x 24 jam 3. Ukur haluaran diare
dengan Peristaltik diharapkan diare 4. Pantau dan kaji warna, volume,
Usus 18x/mnt, berkurang dengan frekuensi dan konsistensi feses.
diperkusi perut kriteria hasil : 5. Auskultasi bising usus
kembung, BAB 3  Pola eliminasi 6. Edukasi pemberian diet rendah serat
kali sehari, normal 7. Kolaborasi dengan tim gizi untuk
konsistensi cair,  Melaporkan diare pemberian diet
warna berkurang 8. Kolaborasi pemberian antidiare (zink) 1
kuning,berlendir, tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
bau khas feses dan
BAB kadang tidak
9. Monitor tanda ketidakseimbangan
terkendali
elektrolit
10. Monitor vital sign
Setelah di lakukan
11. Monitor kehilangan cairan melalui diare
2 Resiko kekurangan tindakan keperawatan
dan muntah
volume cairan selama 3 x 24 Jam
12. Monitor hasil LAB yang mengacu pada
berhubungan diharapkan
kehilangan cairan
dengan hilangnya keseimbangan cairan
13. Catat intake dan output cairan
cairan dan elektrolit dan elektrolit
14. Timbang berat badan setiap hari
yang berlebih dipertahankan secara
15. Edukasi keluarga mengenai pentingnya
ditandai dengan maksimal
pemberian cairan peroral
Mukosa bibir dengan kriteria hasil :
16. Berikan LRO sedikit tapi
kering, turgor Tanda Vital dalam
sering/anjurkan keluarga untuk memberi
menurun, mulut batas normal.
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
kering, Muntah, Keseimbangan intake
Untuk Mengganti cairan dan elektrolit
Diare, sempat dan output dalam 24
yang hilang secara oral
Demam, jam, Berat badan 17. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
konjungtiva pucat. stabil, Turgor kulit ( IV line ) sesuai dengan umur
elastis, membrane 18. Kolaborasi :Pemeriksaan laboratorium
mukosa lembab. serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Mempertahankan urin
output sesuai dengan
berat badan dan usia,
tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Jam Implementasi
Keperawatan
1 Senin I 02.00  Mengobservasi Keadaan
09/08/2021
Umum Pasien
02.05  Mengukur TTV
 Monitor tanda dan gejala diare
 Identifikasi factor penyebab
02.15
diare
 Mengkaji haluaran diare
02.20
 Mengobservasi dan catat
02.22 warna, jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
 Auskultasi bising usus
II 02.25

 Menimbang BB

 Memberi obat Ondancentron


02.28 inj 3X1mg, Zink Sy 1X1Cth

 Mengobservasi Tanda-tanda
Dehidrasi
 Kolaborasi pemberian cairan
02.30 parenteral ( IV line ) IFVD D5
NS 20 TPM
 Kolaborasi :Pemeriksaan
02.35 laboratorium serum elektrolit
(Na, K,) dan Hematologi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Jam Implementasi


Keperawatan
2 Selasa I & II 09.15  Mengukur TTV
10/08/2021
09,20  Mengobservasi dan catat
warna, jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
10.00  Auskultasi bising usus

 Mengatur tetesan infus


10.30
 Mengamati tanda-tanda
dehidrasi
11.00  Memberi obat Ondancentron
inj 3X1mg, Zink Sy
1X1Cth
13.00
 Menganjurkan Ibu agar
memingkatkan intake cairan
peroral dan makanan rendah
serat sedikit-sedikit tapi
sering
 Mencatat intake dan output
cairan

3 Rabu I & II 08.15


11/08/2021  Mengukur TTV
08.25  Memberi obat Ondancentron
inj 3X1mg, Zink Sy
1X1Cth

09.00
 Mengobservasi dan catat
warna, jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
 Auskultasi bising usus

11.00  Mengatur tetesan infus


12.00  Mengamati tanda-tanda
dehidrasi
 KIE pasien untuk
12.30
mempertahankan makan dan
minumnya
CATATAN PERKEMBANGAN

NO DIAGNOSA TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)


1. Diare berhubungan 11/08/2021 S : Ibu Mengatakan anaknya sudah tidak diare lagi
dengan proses infeksi 14.00 O : KU: baik, Anak Sudah tidak rewel lagi, terlihat lebih ceria
ditandai dengan BAB 1x dengan konsistensi lembek, warna kuning, tidak
Peristaltik Usus berlendir dan tidak ada darah, bising usus normal, dan
18x/mnt, diperkusi sudah tidak mual lagi
perut kembung, BAB A : Masalah Teratasi
3 kali sehari, P : Pertahankan Intervensi 1 s/d 8
konsistensi cair,
warna
kuning,berlendir, bau
khas feses dan BAB
kadang tidak
terkendali

2. Resiko kekurangan
11/08/2021 S :-
volume cairan
14.00 O : Turgor Kulit elastis, intake cairan oral 1600cc/hari, tidak
berhubungan
ada tanda-tanda dehidrasi, BB tidak turun (12,8 kg),
dengan hilangnya
mukosa bibir lembab
cairan dan elektrolit
A : masalah Teratasi
yang berlebih
P : Pertahankan intervensi 9 s/d 18
ditandai dengan
Mukosa bibir
kering, turgor
menurun, mulut
kering, Muntah,
Diare, sempat
Demam,
konjungtiva pucat.

Anda mungkin juga menyukai