Anda di halaman 1dari 8

1.

Defenisi

* Tuberkulosis Paru (selanjutnya disebut sebagai TB paru) adalah suatu bentuk tersering dari penyakit
Tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi multi sistemik yang paling umum, dengan berbagai
macam manifestasi dan gambaran klinis, dimana paru-paru adalah lokasi yang paling umum untuk
perkembangan penyakit tuberkulosis ini.

* Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit mudah menular yang berasal dari gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus
dengue.

* HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan
menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh
akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

* Hepatitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada organ hati. Hepatitis umumnya
disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Selain infeksi virus,
hepatitis bisa disebabkan oleh kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-
obatan tertentu. Penyakit ini juga dapat terjadi akibat antibodi sendiri yang menyerang jaringan hati,
yang disebut hepatitis autoimun.

2. Penyebab

* Penyebab TB

Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis, yang merusak jaringan paru-paru dengan manifestasi berupa gejala batuk lebih dari 3
minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan
penurunan berat badan.

* Penyebab DBD

Kedua nyamuk penyebab DBD biasanya menginfeksi seseorang di pagi sampai sore hari menjelang
petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi
virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar.

* penyebab HIV

Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama
penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.

Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan
transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan,
melahirkan, dan menyusui.
* Penyebab Hepatitis

Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang
disebabkan oleh infeksi virus, yaitu:

- Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan
atau air minum yang terkontaminasi feses dari pengidap hepatitis A.

- Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh
yang terinfeksi virus hepatitis B, seperti darah, cairan Miss V, dan air mani.

- Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh,
terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.

- Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di
dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. - - Hepatitis D dapat ditularkan melalui darah dan cairan
tubuh lainnya.

- Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang
tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi berikut:

1. Konsumsi alkohol secara berlebihan

Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati (hepatitis) dan
menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan,
kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.

2. Obat-obatan tertentu

Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat menyebabkan peradangan pada
hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.

3. Penyakit autoimun

Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara keliru menyerang
sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.

3. Tanda dan gejala


* TB paru

seseorang dengan penyakit TB di paru-paru biasanya mengalami batuk dan terkadang batuk berdarah.
Gejala umum penyakit TB atau dikenal juga dengan TB aktif meliputi demam, berkeringat pada malam
hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, dan kelelahan.

* DBD

1. Demam Tinggi yang Terjadi Secara Mendadak

2. Otot Terasa Nyeri

3. Sakit Kepala

4. Mual dan Muntah

5. Tubuh Mengalami Kelelahan

6. Munculnya Ruam Merah

* HIV

Fase pertama / infeksi hiv akut

1. Demam hingga menggigil

2. Muncul ruam di kulit

3. Muntah

4. Nyeri pada sendi dan otot

5. Pembengkakan kelenjar getah bening

6. Sakit kepala

7. Sakit perut

8. Sakit tenggorokan dan sariawan

Fase kedua/laten

1. Berat badan menurun

2. Berkeringat di malam hari

3. Batuk
4. Diare

5. Mual dan muntah

6.;Herpes zoster

7. Pembengkakan kelenjar getah bening

8. Sakit kepala

9. Kelelahan

Fase ketiga / AIDS

1. Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya

2. Berkeringat di malam hari

3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus

4. Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang

5. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari

6. Diare kronis

7. Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina

8. Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak, leher, dan selangkangan

9. Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan

10. Mudah memar atau berdarah

11. Tubuh terasa mudah lelah

12. Mudah marah dan depresi

19. Ruam atau bintik di kulit

20. Sesak napas

* Hepatitis
1. Mual

2. Muntah

3. Demam

4. Kelelahan

5. Feses berwarna pucat

6. Urine berwarna gelap

7. Nyeri perut

8. Nyeri sendi

9.Kehilangan nafsu makan

10?Penurunan berat badan

11. Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning

4. Pemeriksaan penunjang

* TB paru

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada tuberkulosis paru (TB paru) adalah tuberkulin tes,
foto rontgen dada, tes resistensi OAT, gene Xpert MTB/ RIF assay, dan DNA sequencing.

* DBD

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis DBD adalah pemeriksaan
darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah
lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan
serologis.

* HIV

Pemeriksaan penunjang untuk HIV berupa pemeriksaan baseline, antigen P24, sel CD4, dan viral load.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja terdeteksi mengidap
HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari beberapa infeksi berikut: Tuberkulosis. Hepatitis
(terutama B dan C)

* Hepatitis
Kemudian, pengidap akan disarankan untuk menjalani berbagai pemeriksaan tambahan seperti:

1. Tes Fungsi Hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, untuk mengecek kinerja atau
fungsi hati. ...

2. Tes Antibodi Virus Hepatitis. ...

3. . Tes Protein dan Materi Genetik Virus. ...

4. USG Perut. ...

5. Biopsi Hati.

5. Pengobatan

* Tb paru

TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk
mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama
(minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:

1. Isoniazid

2. Rifampicin

3. Pyrazinamide

4. Ethambutol

* DBD

Pengobatan pada cara untuk mengatasi gejalanya,

• membuat penderita senyaman mungkin, serta mencegah dan menangani komplikasi – komplikasi yang
terjadi.

• Banyak beristirahat.

• Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi

• Konsumsilah parasetamol untuk meringankan gejala demam dan nyeri (Jangan mengonsumsi
ibuprofen atau aspirin karena kedua obat tersebut dapat menyebabkan perdarahan dalam pada
penderita DBD).
• Memeriksakan diri ke dokter jika dalam waktu tiga hingga lima hari, tidak ada tanda-tanda pemulihan
pada gejala yang Anda rasakan. Jika menderita DBD berat, Anda mungkin akan membutuhkan:

• Perawatan di rumah sakit

• Cairan infus

• Pemantauan tekanan darah

• Transfusi untuk mengganti darah yang hilang Ketika baru pulih dari DBD / demam berdarah.

* HIV

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat
memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan
menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV
menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz,
Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk
menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan
selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu
didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika
pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting
bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya
akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

* Hepatitis

Pengobatan Hepatitis

Pengobatan hepatitis akan disesuaikan dengan jenis hepatitis, tingkat keparahan infeksi, serta kondisi
pasien. Hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya jika pasien memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik. Pengobatan hepatitis akibat infeksi virus bertujuan untuk mengatasi infeksi,
meredakan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi.

Secara umum, pengobatan yang dilakukan meliputi:

• Pemberian obat interferon


Meski beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya, pemberian obat-
obatan perlu dilakukan ketika jumlah virus penyebab hepatitis cukup banyak. Dokter akan memberikan
obat interferon untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya kambuh. Obat ini biasanya
diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.

• Pemberian obat imunosupresan

Untuk mengatasi hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, dokter dapat memberikan obat
imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide. Selain itu,
pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan
cyclosporin.

• Pemberian obat antivirus

Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C yang kronis, dokter juga bisa
memberikan obat antivirus, seperti entecavir, famciclovir, lamivudine, ritonavir, ribavirin, atau
tenofovir. Obat-obatan ini bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan mekanisme
yang berbeda-beda.

• Transplantasi hati

Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter mungkin akan menyarankan
transplantasi hati atau penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis yang rusak akan
diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.

Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses
pemulihan bisa berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa
penyembuhan hingga gejala mereda.

Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol, terutama jika hepatitisnya disebabkan
oleh konsumsi alkohol berlebih. Jika penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan tertentu, dokter
akan melakukan penghentian atau penggantian obat agar peradangan hati tidak semakin parah.

Anda mungkin juga menyukai