Anda di halaman 1dari 11

Makalah Konseling Lintas Budaya

KOMUNIKASI DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA

Disusun oleh:
kelompok 7
Putri wahida amalina (190402089)
Fajar mauli yanti (190402103)
Cut Salamah (190402088)

Dosen pembimbing : Maturidi, S.Sos, M.A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
TAHUN AJARAN 2021/2022
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI ..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

BAB I .............................................................................................................................3

PENDAHULUAN ..........................................................................................................3

A. Latar Belakang .....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

C. Tujuan Masalah ....................................................................................................4

BAB II ............................................................................................................................5

PEMBAHASAN .............................................................................................................5

A. Pengertian Komunikasi Konseling Lintas budaya .................................................5

B. Efektivitas Komunikasi Lintas Budaya ................................................................5

C. Ciri-ciri Komunikasi Lintas Budaya .....................................................................7

D. Kendala- Kendala Dalam Komunikasi Lintas Budaya .........................................7

BAB III ...........................................................................................................................9

PENUTUP ......................................................................................................................9

A. KESIMPULAN ...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, serta mari sama-sama kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita
semua, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Dalam Konseling Lintas Budaya" dengan tepat waktu tanpa ada
kendala.
Dengan adanya makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca serta ikut andil dalam
memanfaatkan ilmu yang ada. Dalam penulisan makalah ini, kami juga memberikan
sejumlah materi dengan judul yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah
dan cepat di pahami oleh para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Konseling Lintas
Budaya yaitu bapak Maturidi,S.Sos,M.A semua pihak yang telah berkontribusi, semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya


dan pengaruh budaya dalam perilaku kita sehari-hari. Semua manusia memiliki bahasa.
Bahasa merupakan media komunikasi manusia.
Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mem-pengaruhi. Bahasa
menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budayajuga dapat memengaruhi
bahasa yang digunakan manusia.
Komunikasi selalu terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika seseorang berinteraksi dengan
orang lain, akan ada sejumlah informasi yang seseorang berikan kepada lawan bicaranya.
Begitun pula sebaliknya. Ada empat hal yang biasanya dibahas saat kita membicarakan
proses komunikasi. Pertama adalah encoding, yaitu proses di mana seseorang memilih,
baik secara sadar ataupun di bawah sadarnya, modalitas dan metode tertentu untuk
membuat dan mengirimkan pesan atau informasi kepada orang lain. Kedua adalah
decoding, yaitu proses di mana seseorang menerima sinyal dari orang lain dan
menerjemahkannya ke dalam pesan yang bermakna. Signal atau sinyal sendiri merupakan
kata-kata dan perilaku spesifik yang dikirimkan oleh seseorang selama komunikasi
berlangsung, misalnya bahasa verbal spesifik dan perilaku non-verbal yang disampaikan
saat berbicara.

Dalam proses encoding dan decoding komunikasi antarbudaya,


budayamemengaruhi cara kita menginterpretasikan informasi yang diberikan oleh lawan
bicara, baik secara verbal maupun non-verbal. Orang dari suatu budaya cenderung
membawa budayanya saat berinteraksi dengan orang lain.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian komunikasi konseling lintas budaya ?
2. Bagaimana efektivitas komunikasi lintas budaya ?
3. Bagaimana ciri-ciri komunikasi lintas budaya ?
4. Apa saja kendala-kendala dalam komunikasi lintas budaya ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi konseling lintas budaya.
2. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi lintas budaya.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri komunikasi lintas budaya.
4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam komunikasi lintas budaya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Konseling Lintas budaya

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu
pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama.
Konseling lintas budaya diartikan sebagai hubungan konseling yang melibatkan para
peserta yang berbeda etnik atau kelompok-kelompok minoritas; atau hubungan konseling
yang melibatkan koselor dan konseli yang secara rasial dan etnik sama, tetapi memiliki
perbedaan budaya yang berbeda dikarenakan variable-variabel lain, faktor sosio-
ekonomik, dan usia. Oleh karena konseling lintas budaya melibatkan konselor dan konseli
yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, proses konseling sangat rawan
oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling
tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki
kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat
mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif
secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan
budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan komunikasi konseling lintas budaya adalah interaksi yang dibangun
oleh konselor dengan konseli, dalam bentuk pertukaran simbol atau tanda baik verbal
maupun non verbal, dalam konteks adanya perbedaan latar belakang kebudayaan di
antara keduanya (konselor dan konseli) sehingga terjamin dan terpeliharanya perbedaan
kebudayaan tersebut tanpa adanya sikap diskriminatif dan hanya memegang teguh secara
kaku nilai budaya yang dianutnya (konselor).

B. Efektivitas Komunikasi Lintas Budaya

Berbeda budaya berarti berbeda dalam menyampaikan ide, gagasan, dan berbeda
dalam perilaku keseharian. Berbeda budaya berarti berbeda dalam strategi komunikasi.
Proses komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya tersebut
biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Willian G.
Scoot yang mengutip pendapat Babcot bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi
proses komunikasi:

5
1. (Perbuatan), Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang
dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada
umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan
tertentutanda-tanda lain dapat pula dipergunakan.
2. (Adegan), Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan
hubungannya dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang
dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan
pengertian adegan ini merupakan apa yang dimaksudkan yakni sesuatu yang akan
dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan.
3. (Pelaku), Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi
dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat dalam
hubungan komunikasi ini adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan
peranannya seringkali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang.

4. (Perantara), Alat-alat yang dibangun dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya


perantara itu (the agency). Alat-alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap
muka, dapat juga alat komunikasi tertulis seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat
tugas dan lainnya yang sejenis.
5. (Tujuan), Menurut Grace dalam buku Komunikasi Administrasi dan Beberapa Faktor
Penyebab Kegagalannya karangan Miftah Thoha, ada 4 (empat) macam tujuan tersebut
yaitu: Satu, Tujuan Fungsional (The Fungsional Goals) ialah tujuan yang secara pokok
bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau lembaga. Dua, Tujuan
Manipulasi (The Manipulative Goals); Tujuan ini dimaksudkan untuk menggerakkan
orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai ataupun tidak
dengan nilai dan sikapnya sendiri. Ketiga, Tujuan ini bermaksud untuk menciptakan
tujuan-tujuan yang bersifat kreatif.
Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan
perasaan tadi dalam kenyataan. Keempat, Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals);
Tujuan ini bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang
pada lingkungan.
Faktor-faktor tersebut merupakan penentu sebuah proses komunikasi itu berjalan
efektif. Berdasarkan hal itu pula, kita bisa menentukan strategi atau metode komunikasi
yang digunakan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat
terwujud bila strategi dan metode komunikasi yang digunakan tepat. Strategi komunikasi
yang efektfif sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasi.

6
C. Ciri-ciri Komunikasi Lintas Budaya

Liliweri menyebutkan terdapat enam ciri-ciri komunikasi lintas budaya yaitu:


1. Jumlah orang yang terlibat sangat sedikit (berkisar 2 atau 3 orang)
2. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sampai pribadi
3. Sifat umpan baliknya segera
4. Peran komunikasinya informal
5. Penyesuain pesan bersifat khusus
6. Tujuan dan maksud komunikasi tidak berstruktur namun sangat sosial.
Sementara Wiryanto menjelaskan ciri-ciri komunikasi lintas budaya yang
bertolak belakang dengan komunikasi massa.
Ciri-ciri komunikasi lintas budaya tersebut adalah:
1. Alur pesan yang berlangsung dua arah baik dari pengirim maupun penerima pesan

2. Komunikasi berlangsung dalam suasana yang akrab atau lebih personal


3. Umpan balik segera dapat diperoleh
4. Lebih efektif mempengaruhi sikap dan perilaku
5. Jumlah orang yang terlibat sangat terbatas.
D. Kendala- Kendala Dalam Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya seringkali mengalami beberapa kendala. Menurut


Barna, ada enam kendala dalam tercapainya komunikasi lintas budaya,yaitu:
a. Asumsi kesamaan. Salah satu alasan mengapa kesalahan terjadi dalam komunikasi
lintas budaya adalah orang secara naïf mengasumsikan bahwa semua orang sama, atau
paling tidak cukup mirip untuk membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Hal ini
sungguh tidak benar karena setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing yang
terasah melalui budaya dan masyarakat.
b. Perbedaan bahasa. Saat seseorang berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa yang ia
tidak fasih, ia cenderung berpikir mengenai kata, frasa, atau kalimat yang memiliki
makna tunggal, yaitu makna yang ia berusaha sampaikan. Dalam hal ini, kita
mengabaikan berbagai sumber lain dari sinyal dan pesan yang telah dibahas sebelumnya,
seperti ekspresi non-verbal, nada bicara, orientasi tubuh, dan perilaku lainnya.
c. Kesalahpahaman non-verbal. Seperti yang kita ketahui, perilaku non-verbal
memberikan pesan komunikasi paling banyak dalam seluruh budaya. Namun, akan sulit
sekali bagi kita memahaminya apabila bukan berasal dari budaya tersebut.
d. Perkonsepsi dan stereotipe. Kedua hal ini merupakan proses psikologis alami dan tidak

7
terelakan yang dapat memengaruhi semua persepsi dan komunikasi kita. Terlalu
bersandar pada stereotipe akan memengaruhi objektivitas kita dalam melihat orang lain
dan memahami pesan komunikasinya. Lebih lanjut, hal ini rentan membawa dampak
yang negatif dalam proses komunikasi yang terjadi.
e. Kecenderungan untuk menilai negatif. Nilai-nilai dalam budaya juga memengaruhi
atribusi kita terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.Perbedaan nilai dapat
mengakibatkan munculnya penilaian yang negatif terhadap orang lain, yang kemudian
dapat menjadi rintangan untuk membangun komunikasi lintas budaya yang efektif.

f. Kecemasan yang tingi atau ketegangan. Komunikasi lintas budaya seringkali


berhubungan dengan kecemasan dan ketegangan yang tinggi dibandingkan dengan
komunikasi intrabudaya. Kecemasan dan ketegangan yang terlalu tinggi dapat
memengaruhi proses berpikir dan perilaku kita. Hal ini kemudian rentan menjadi
rintangan dalam proses komunikasi berlangsung.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

komunikasi konseling lintas budaya adalah interaksi yang dibangun oleh konselor
dengan konseli, dalam bentuk pertukaran simbol atau tanda baik verbal maupun non
verbal, dalam konteks adanya perbedaan latar belakang kebudayaan di antara keduanya
(konselor dan konseli) sehingga terjamin dan terpeliharanya perbedaan kebudayaan
tersebut tanpa adanya sikap diskriminatif dan hanya memegang teguh secara kaku nilai
budaya yang dianutnya (konselor).

Proses komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya tersebut


biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Willian G.
Scoot3 yang mengutip pendapat Babcot bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi
proses komunikasi: perbuatan, adegan, perilaku, perantara, tujuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif, Bandung: PT Rosda Karya, 2004


 Liliweri Allo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:
Lkis, 2003
 Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
 Sutaryo, Sosiologi Komunikasi: Perspektif Teoritis, Yogyakarta: Arti Bumi
Intaran, 2005
 Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Press.
 Sihabudin Ahmad, 2011. Komunikasi Antar Budaya, Bumi Aksara, Jakarta.
 Samovar, L, Porter, Richard, dan McDaniel, Edwin R. , 2010, Komunikasi Lintas
Budaya, Salemba Humanika, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai