Anda di halaman 1dari 2

Surrogate mother 

adalah metode yang dilakukan saat seorang wanita melahirkan bagi pasangan
yang tidak dapat menghasilkan anak dengan cara yang biasa. Beberapa masalah yang menjadi
penyebabnya bisa karena salah satu pasangan yang tidak subur atau kesulitan untuk mengalami
kehamilan. Lebih tepatnya, wanita lain meminjamkan rahim untuk membantu pasangan suami
istri mendapatkan keturunan.

Cara dilakukannya adalah ibu pengganti dihamili melalui inseminasi buatan dengan sperma
pasangan pria. Saat hamil, sel telur istri dan sperma suami menjalani fertilisasi in vitro, dan
embrio yang dihasilkan dapat ditanamkan pada sang surrogate mother. Biasanya dalam prosedur
yang dijalankan, ibu pengganti akan menyerahkan semua hak pada orangtua aslinya. Meski
begitu, belum ada hukum yang jelas untuk mengaturnya di Indonesia.

Sebelum terkenal di seluruh dunia, tren yang satu ini sebenarnya sudah lumrah dilakukan di
Amerika Serikat dan Eropa, dengan perjanjian hukum tentunya. Hal tersebut dilakukan agar
masyarakat tidak seenaknya menggunakan cara ini untuk memperoleh keturunan. Ada dua jenis
surrogate yang bisa dilakukan, yaitu:

 Gestational surrogacy, yaitu sewa rahim saja.


 Genetic surrogacy, yaitu sewa rahim dengan sel telurnya.

Dalam dunia medis, tren meminjamkan rahim dikenal dengan istilah fertilisasi-in-vitro, yaitu
pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri, yang dilakukan oleh petugas medis,
kemudian ditanamkan ke uterus. Dalam sejarahnya, proses bayi tabung pertama kali dilakukan
oleh dokter asal Inggris, yaitu Robert G. Edwards dan Patrick Steptoe pada tahun 1970-an.
Namun, saat itu masih banyak ditentang oleh kalangan dokter dan pemuka agama, karena
dianggap mengambil peran Tuhan dalam proses penciptaan manusia.
Kini tren bayi tabung sudah marak dan berkembang hingga menciptakan surrogate mother.
Meski tingkat keberhasilannya memang tidak terlalu besar, tetapi prosedur ini banyak diminati
oleh pasangan suami istri yang ingin segera memiliki momongan, atau yang sudah lama menikah
tetapi belum juga diberikan buah hati. Pertanyaan yang mungkin terlontar adalah, bolehkah
warga Indonesia melakukan prosedur surrogate mother? Di bawah ini penjelasannya.

Bolehkan Warga Indonesia Melakukan Prosedur Surrogate Mother?

Tren surrogate mother di Indonesia masih sangat jarang diketahui masyarakat luas, sebab
pemerintah Indonesia telah melarang hal ini. Dalam Undang-Undang pasal 127 No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, telah diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah. Penjelasan di dalamnya juga merinci tentang hasil
pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri
dari ovum berasal, tentunya harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai.

Proses non-alami untuk mendapatkan keturunan itu kita kenal secara umum sebagai bayi tabung.
Terlepas dari itu semua, tren surrogate mother atau ibu titipan memang menjadi salah satu solusi
bagi pasangan suami istri yang tengah mendambakan buah hati. Tidak hanya menguntungkan
bagi penyewa, ibu pengganti pun akan diuntungkan karena jasa sewa rahim tersebut biasanya
sangat mahal dan berkisar lebih dari 100 juta rupiah. Namun, aspek-aspek, seperti kesehatan,
moral, dan psikis dari orang tua dan calon anak hasil surogasi juga harus dipertimbangkan
matang-matang sebelum akhirnya memutuskan untuk menjalani proses tersebut.

Anda mungkin juga menyukai