Garuda 1433521
Garuda 1433521
JURNAL
OLEH:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
CURRICULUM VITAE
A. DATA PRIBADI
B. PENDIDIKAN FORMAL
Alamat : Jl. Parang Ras Gg. Sangap Taras No. 10 Padang Bulan
Medan
TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM JABATAN
(Studi Putusan No.212/Pid.B/2018/Pn-Kbj)
ABSTRAK
i
JURIDICAL REVIEW ON EMBEZZLEMENT CRIMINAL ACT IN OFFICE
(A STUDY ON THE RULING NO.212/PID.B/2018/PN-KBJ)
ABSTRAC
ii
I. PENDAHULUAN
masyarakat itu sendiri, karena kejahatan merupakan produk dari masyarakat dan
daerah yang ada di Indonesia yang menjadi polemik bagi semua kalangan
tindak pidana yang terjadi di negara ini. Kejahatan yang timbul tentunya
jaman, hal itu membawa masyarakat menuju pada tatanan kehidupan dan gaya
hidup yang serba mudah dan praktis. Modernisasi ini tidak hanya mempengaruhi
dari sisi perubahan tuntutan, akan tetapi berpengaruh pula pada semua bidang
teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor
penentu bagi suatu peradaban yang modern. Keberhasilan yang dicapai dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, akan membawa suatu negara pada
yang telah dicapai, maka secara bersamaan dalam bidang ekonomi, ilmu
ekonomi dan iptek selalu diikuti dengan peningkatan kejahatan baru di bidang
1
Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Akademika Presindo, 2000), hal.187
1
Dalam paradigma hukum memandang bahwa pertumbuhan tingkat
suatu hubungan yang positif. Hal ini dapat dibuktikan dari pencapaian yang
dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Masalah tindak pidana ini
nampaknya akan terus berkembang dan tidak akan pernah surut baik dilihat dari
ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat, dalam arti bahwa tindak pidana
akan selalu ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang seperti
Masalah tindak pidana ini nampaknya akan terus berkembang dan tidak
pernah surut baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, perkembangan ini
sebagai alat atau sarana untuk menyelesaikan problematika ini dan diharapkan
mampu memberikan solusi yang tepat. Oleh karena itu, pembangunan hukum
dan hukum pidana pada khususnya, perlu lebih ditingkatkan secara terarah dan
terpadu, antara lain kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum tertentu serta
2
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2002), hal.3
2
Dari berbagai macam tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat salah
tindak pidana yang berhubungan dengan masalah moral dan suatu kepercayaan
atas kejujuran seseorang. Oleh karena itu, tindak pidana ini pada awalnya
bermula dari adanya suatu kepercayaan pihak kepada pihak yang lainnya, yang
yang berkembang adalah lembaga bank. Bank adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberi kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.3
Masalah paling berat yang dihadapi lembaga bank dan badan pengawas
kesengajaan pengurus bank dan atau pegawai bank dan atau pemegang saham
dan atau pihak terafiliasi dalam melakukan kesalahan atau tindak kejahatan,
3
Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika,
1991), hal. 3
3
dikarenakan pada umumnya pihak tersebut memahami mengenai pengendalian
internal dan memiliki kuasa di dalam lembaga di tempat dia bekerja sehingga
bukanlah hal yang sulit untuk melakukan tindak pidana penggelapan. Sistem
yang dimiliki lembaga bank sering disalahgunakan oleh beberapa pihak tertentu
untuk melakukan tindak pidana kejahatan. Setiap institusi apapun juga rentan
akan terjadinya penggelapan. Hal inilah yang akhir-akhir ini dikhawatirkan oleh
NO.212/PID.B/2018/PN-KBJ)”.
II. PEMBAHASAN
JABATAN
Penggelapan (verduistering) diatur dalam Bab XXIV (Buku II) KUHP, yang
terdiri dari 6 Pasal (372 s/d 377). Beberapa bentuk penggelapan yang diatur
barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan
4
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu
terhadap barang yang ada pada mereka karena jabatan mereka tersebut
bukan ternak dan harganya tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dikenai,
sebagai penggelapan ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau
Tindak pidana penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 374 KUHP,
“Verduistering gepleegd door hem die het goed uit hoofed van zijne
4
Pasal 367 berbunyi :
(1) Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami
(istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan tempat tidur
atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu, tidak
mungkin diadakan tuntutan pidana.
(2) Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta
kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semenda, baik dalam garis lurus,
maupun garis menyimpang derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin
diadakan penuntutan, jika ada pengaduan yang terkena kejahatan
(3) Jika menurut lembaga matriarkhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain
daripada bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat di atas, berlaku juga bagi
orang itu.
5
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.133
5
onder zich heft, wordt gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste vijf
jaren.”
Artinya :
dengan majikannya.6
adalah pekerjaan yang terjadi karena suatu perjanjian kerja, misalnya pengurus
dari suatu Perseroan Terbatas. Orang yang dapat melakukan penggelapan ini
hanyalah bagi orang yang memiliki kualitas pribadi yang demikian. Hoge Raad
Dari rumusan di atas, apabila kita rinci, maka terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
6
Adami Chazawi, Pembelajaran Hukum Pidana bagian 2, (Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2005), Op.Cit, hal.86
7
Adami Chazawi, Ibid, mengutip Hoge Raad
6
3) Karena mendapat upah untuk itu.
jabatan yaitu:
a. Perbuatan Memiliki
menganggap sebagai milik, atau ada kalanya menguasai secara melawan hak,
atau mengaku sebagai milik. Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 25-2-
bahasa Indonesia belum ada terjemahan resmi sehingga kata-kata itu dapat
tegas lagi setiap tindakan yang mewujudkan suatu kehendak untuk melakukan
kekuasaan yang nyata dan mutlak atas barang itu, hingga tindakan itu
merupakan perbuatan sebagai pemilik atas barang itu.9 Dalam MvT mengenai
menguasai suatu benda seolah-olah ia pemilik benda itu. Menurut hukum, hanya
pemilik saja yang dapat melakukan suatu perbuatan terhadap benda miliknya.
8
Anhar, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Dengan Pemberatan
Yang Dilakukan Secara Berlanjut, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1, Vol.2, 2014, hal.3
9
H.A.K Moch Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung: Alumni)
1980. Op.Cit, hal.35
7
pengembalian atau menahan barang itu dengan menyembunyikan sudah dapat
perbuatan memiliki ini adalah perbuatan terhadap suatu benda oleh orang yang
subjektif, sebagai maksud untuk memiliki (benda objek kejahatan itu). Tetapi
pada penggelapan, memiliki berupa unsur objektif, yakni unsur tingkah laku atau
benar-benar ada wujud dari memiliki itu, karena memiliki ini sekedar dituju oleh
merupakan unsur objektif dimana memiliki itu harus mempunyai bentuk atau
wujud, bentuk mana harus sudah selesai dilaksanakan sebagai syarat untuk
memiliki sudah tampak dari adanya perbuatan mengambil, oleh karena itu
kekuasaannya.
jadi harus ada wujud konkretnya. Pada kenyataannya wujud perbuatan memiliki
10
Ibid
11
Adami Chazawi,Op.Cit, hal.73
12
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.71
13
Adami Chazawi, Op Cit, hal.76
8
1. Perbuatan yang wujudnya berupa mengalihkan kekuasaan atas benda
objek penggelapan, atau dengan kata lain perbuatan yang
mengakibatkan beralihnya kekuasaan atas benda ke dalam kekuasaan
orang lain.
2. Perbuatan tidak mengakibatkan beralihnya kekuasaan atas benda objek
kejahatan, akan tetapi mengakibatkan benda menjadi lenyap.
3. Perbuatan memiliki atas benda yang berakibat benda itu berubah
bentuknya atau menjadi benda lain.
4. Perbuatan memiliki yang tidak menimbulkan akibat beralihnya
kekuasaan atau benda, dan juga benda tidak lenyap atau habis, atau
benda tidak menjadi berubah bentuk, melainkan benda digunakan
dengan tanpa hak (melawan hukum).
yang bergerak dan berwujud saja. Perbuatan memiki terhadap benda yang ada
langsung tanpa harus melakukan perbuatan lain terlebih dahulu, adalah hanya
terhadap benda-benda berwujud dan bergerak saja, dan tidak mungkin terjadi
Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak semula maupun telah
dilepaskan hak miliknya tidak dapat menjadi objek penggelapan. Benda milik
suatu badan hukum, seperti milik negara adalah berupa benda yang tidak/bukan
dimiliki oleh orang, adalah ditafsirkan sebagai milik orang lain, dalam arti bukan
milik petindak dan oleh karena itu dapat menjadi objek penggelapan. Orang lain
yang dimaksud sebagai pemilik benda yang menjadi objek penggelapan, tidak
menjadi syarat sebagai orang itu adalah korban, atau orang tertentu melainkan
siapa saja asalkan bukan petindak sendiri. 15 Arres HR tanggal 1 Mei 1922
14
Ibid, hal.77
15
H.A.K. Moch Anwar, Op.Cit, hal.36
9
disyaratkan bahwa menurut hukum terbukti siapa pemilik barang itu. Sudah
cukup terbukti penggelapan bila seseorang menemukan sebuah arloji itu di suatu
kedua bukan karena kejahatan. Dalam unsur ini pelaku harus sudah menguasai
barang dan barang itu oleh pemiliknya dipercayakan kepada pelaku, hingga
barang ada pada pelaku secara sah bukan karena kejahatan yang dimaksud
pidana. Perbuatan pidana ini kemudian dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu yang
atau perbuatan tertentu yang tidak disetujui oleh masyarakat diartikan sebagai
yang nyata antara pelaku dan barang diwujudkan dengan barang ada dibawah
itu dengan benda terdapat hubungan yang sedemikian eratnya, sehingga apabila
ia akan melakukan segala macam perbuatan terhadap benda itu ia dapat segera
16
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.78
17
Made Darma Weda, Kriminologi, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1996), hal.12
10
perbuatan yang lain.18 Di samping itu harus juga diketahui oleh pelaku bahwa
barang yang dikuasainya itu bukan karena kejahatan. Sebagai contoh, jika B
menjual handphone itu kemudian maka dalam hal ini harus terlebih dahulu dilihat
sikap batin B. Sikap batin yang dimaksud adalah apakah B ketika menjual
a. Hubungan kerja
pekerjaan secara terbatas dan tertentu”.20 Dalam hal ini terdakwa melakukan
18
H.A.K. Moch Anwar, Op.Cit, hal.36
19
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.86
20
Ibid
11
yang tertentu dan terbatas, ia sebagai pemegang dan pengurus keuangan dari
suatu perusahaan atau jawatan. Ia tidak berfungsi dan bertugas lain di luar
pekerjaan yang menyangkut keuangan. Hubungan antara dia dengan uang yang
dan berada dalam pengurusannya itu, misalnya dibelikan sepeda untuk anaknya,
upah uang, barang itu digelapkannya.22 Barang yang dititipkan tersebut berada
a. Unsur kesengajaan
subjektif di dalam tindak pidana penggelapan, yakni unsur yang melekat pada
21
Ibid, hal.88
22
R. Soesilo, Op.Cit, hal. 224
23
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal.113
12
nilai perbuatannya serta sadar akan akibat yang timbul dari perbuatannya itu.
apabila adanya suatu kehendak atau adanya suatu pengetahuan atas suatu
perbuatan atau hal-hal tertentu serta menghendaki dan atau mengetahui atau
dimaksud diatas dapat dibuktikan, maka orang baru dapat mengatakan bahwa
terdakwa memang terbukti telah memenuhi unsur dengan sengaja yang terdapat
dalam KUHP.25
lanjut. Pada dasarnya melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarangnya
24
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.82
25
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Op.Cit, hal.113
13
dari suatu perbuatan teretentu. Di dalam doktrin dikenal ada dua macam
melawan hukum, yaitu melawan hukum formil dan melawan hukum materil.
Melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis, artinya sifat
tercelanya atau terlarangnya suatu perbuatan itu terletak oleh sebab dari hukum
asas hukum di dalam masyarakat, asas mana dapat merupakan hukum tidak
dengan menggunakan jabatan yang terdapat di dalam Pasal 374 KUHP yang
besarnya kepercayaan yang diberikan pada orang yang menguasai benda yang
kepercayaan.
PENGGELAPAN
pidana, sebagaimana yang telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah
dalam melakukan perbuatan ini dia melakukan kesalahan. Sebab asas dalam
26
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.15
14
pertanggungjawaban dalam hukum pidana ialah : Tiada dipidana jika tidak ada
kesalahan (Geen straf zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sist rea).27
dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa, hingga orang itu dapat
masyarakat.
pidana. Tetapi meskipun melakukan perbuatan pidana, tidak selalu dia dapat
dipidana.31
15
penggelapan maka dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Adapun unsur –
unsur yang harus dipenuhi yaitu unsur objektif dan subjektif yang telah diuraikan
pidana terhadap pelaku tindak pidana maka terdakwa harus memenuhi unsur-
kepada si pelaku dari tindak pidana yakni setiap orang sebagai pelaku
Terdakwa, dalam hal ini maka unsur “barangsiapa” telah terpenuhi secara
ialah bahwa pelaku sengaja berbuat yakni sengaja dilakukan dengan cara
melawan hukum (tidak ada izin dari orang yang mempunyainya), ada
beroep (profesi) orang itu. Atas pertimbangan itu maka unsur ini telah
16
terpenuhi secara sah dan menurut hukum. Dalam pertimbangan hakim
alasan pemaaf.
memenuhi unsur objektif dan subjektif tindak pidana penggelapan dalam jabatan
serta mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, maka dari itu Terdakwa
KUHAP dan dakwaan kedua sebagaimana dalam Pasal 372 KUHAP. Dalam
analisis penulis, terdakwa Dian Damayanti Br. Sebayang dapat diancam pidana
pencucian uang yang patut diduga merupakan hasil tindak pidana korupsi karena
menyatakan:
17
Adapun unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 3 UU No. 8 tahun 2010
yaitu:
a. Setiap orang
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan pada
dalam BAB XXIV (Buku II) KUHP, yaitu Pasal 372 s/d Pasal 377. Secara
khusus penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 374 KUHP yang
pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana
ialah:
b. Adanya kesalahan
18
c. Tidak adanya alasan pemaaf
dengan Pasal 374 KUHP yaitu Penggelapan Dalam Jabatan, yang mana
jabatan yang dilakukan oleh orang yang menguasai barang itu karena
Pasal 374 KUHP. Tetapi dalam menjatuhkan pidana penjara yaitu selama
lima juta lima belas ribu rupiah), majelis hakim seharusnya dapat
diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum, yakni selama 3 (tiga) tahun penjara
sehingga akan lebih memberi efek jera bagi si pelaku dan memenuhi rasa
E. SARAN
yang ada. Sehingga menimbulkan efek jera bagi si pelaku dan juga
bagi masyarakat.
19
2. Dalam meminta pertanggungjawaban terhadap terdakwa, penegak
dimintai pertanggungjawabannya.
didapatkan sanksi pidana yang tepat dan adil, serta memenuhi rasa
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anwar, H.A.K. Moch. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Bandung,
Alumni, 1980.
Gosita, Arif. Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2002.
Peraturan Perundang-undangan
Putusan No.212/Pid.B/2018/Pn-Kbj
Internet
21