Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SYI’AH ISMAILIYAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Semeter 5 Mata Kuliah Madzahib Muasiroh


Dosen: Ahmad Yani, MA

Disusun oleh:

Aqidatul Almajidah

Tazkiatus Salam

Syakira Wafa Mujahidah

PROGRAM ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
DARUL HIKMAH BEKASI
2021/2022
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN..........................................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

A. ISMAILIYAH SECARA UMUM............................................................................................................................5


B. KEMUNCULAN ISMAILIYAH.............................................................................................................................5
C. AKIDAH-AKIDAH AL ISMAILIYAH....................................................................................................................6

BAB III...........................................................................................................................................9

PENUTUP......................................................................................................................................9

A. KESIMPULAN...................................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal perkembangannya, kaum Syi'ah sudah sering kali berbeda paham
dengan kekhalifahan yang beraliran Islam sunni. Salah satu yang menandai perbedaan
kedua aliran ini adalah kriteria calon pemimpin. Menurut kaum Syi'ah, seseorang yang
pantas mem impin kaum muslimin adalah seseorang yang disebut sebagai Imam, yaitu
orang yang memiliki hubungan spesial dengan Tuhan, bukan orang-orang yang hanya
kebetulan berasal dari keturunan Umayyah dan Abasiyah saja.

Saat berselisih tentang bagaimana cara memilih Imam yang terbaik, kaum Syi'ah
terpecah-pecah ke dalam beberapa aliran. Salah satu aliran Syi'ah yang terbesar adalah
kelompok Itsna 'Asyariyah. Menurut kaum Itsna 'Asyariyah ada dua belas orang Imam
yang pernah dipilih oleh Tuhan untuk memimpin umat muslim. Pada seluruh Imam-
imam yang dimaksud, Imam yang ke dua belas menghilang. Karena ketidakhadiran
imam yang terakhir, yang harusnya memimpin mereka, maka tidak boleh ada yang
boleh memimpin umat muslim secara sah. Bagi mereka cara terbaik adalah dengan
sabar menanti hingga imam terakhir yang dimaksud telah datang kembali dan
memimpin kaum muslimin pada akhir zaman.

Selain kelompok itu, orang-orang Syi'ah juga terpecah ke dalam golongan kaum
Sab'iyah. Kaum Sab'iyah percaya bahwa  hanya ada tujuh imam yang dipilih Tuhan
untuk memimpin umat muslim, dan imam yang ke tujuh bernama Ismail. Dari sinilah
mereka mendapatkan nama mereka Ismailiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ismailiyah?

3
2. Bagaimana kemunculan Ismailiyah?
3. Apa saja akidah-akidah Ismailiyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok 6 mata kuliah Madzahib Muasiroh semester 5.
2. Membahas kemunculan Syi’ah Ismailiyah
3. Membahas akidah-akidah Syi’ah Ismailiyah

4
Bab II

PEMBAHASAN

A. Ismailiyah Secara Umum


Ismailiyah adalah salah satu kelompok sekte syiah. Ismailiyah muncul pada awal
abad ke 2 H/8 M kemudian bercabang-cabang dan terbagi menjadi beberapa kelompok.

B. Kemunculan Ismailiyah
Ketika imam Ja’far Ash-Shadiq meninggal tahun 148 H/765 M terjadilah
perselisihan antara para pengikutnya. Penganut Ismailiyah berkeyakinan bahwa imam
setelah ja’far adalah Muhammad bin Ismail karena Ja’far telah mengangkat pertamakali
ismail sebagai penggantinya. Ketika ismail telah meninggal, saat sang ayah masih hidup,
maka imam tetap dipegang oleh keturunannya, sehingga Muhammad bin Ismail adalah
sang imam. Mereka tidak menerima Musa diakui oleh mayoritas penganut syiah
Perkataan yang mengatakan bahwa syariat memiliki makna batin tidak dikenal
oleh mayoritas umat, dan ini termasuk usaha merusak agama dan menghancurkan
pondasinya dari dalam oleh pihak-pihak yang ekstrim dari umat islam. Salah satu
sejarawan sekte syiah , An-Nubakhti, berpendapat Ismailiyah tidak lain merupakan
kelanjutan dari pada sekte Al-Khathabiyah, pengikut Abu Al-Khathab Muhammad bin
Zaid Al-Asadi Al-Ajda yang dianggap pendiri sekte pertama yang mengatur Gerakan
yang memiliki identitas batini khusus.
Penganut Al-Khathabiyah mengatakan bahwa Abu Al-Khathab adalah seorang
Nabi yang diutus. Ia diutus Ja’far Ash-Shadiq. Mereka beranggapan bahwa ia memiliki
tabiat ketuhanan dan mempunyai kekuatan luar biasa, dengan kemampuannya ia bisa
mendatangkan mukjizat. Al-Khathabiyah menganut takwil dan dengan takwil mereka
biasa menghalalkan hal-hal yang diharamkan. Maka mereka memperlihatkan hal-hal
yang mubah, mereka meyakini tanasukh atau reinkarnasi, mereka menganggap bahwa
iman ada tujuh derajat, ketuhanan adalah cahaya dalam kenabian, kenabian adalah cahaya
dalam imamah, dunia tidak lepas dari pengaruh-pengaruh dan cahaya-cahaya ini. Maka
dari itu mereka memasukan teori cahaya yang diadopsi dari bangsa timur kuno ke dalam
reinkarnasi. Al-Asy’ari menisbatkan Al-Khathabiyah kepada akidah iman yang diam dan
bicara, yaitu akidah khusus pengikut Ismailiyah. Penganut Al-Khathabiyah mengikuti
ismail atau putranya Muhammad setelah terbunuhnya abu Al-khathab di bawah tangan
pegawai Abu Ja’far Al-Manshur di Kufah tahun 128H/775 M.

C. Akidah-akidah Ismailiyah
keyakinan ismailiyah diantaranya :

1. Ketuhanan
Sifat-sifat Tuhan: Dikarenakan tuduhan kafir atas keyakinan pengikut Ismailiyah yang
hanya mempercayai terhadap tujuh Imam, maka kelompok ini mengingkari segala sifat
yang dinisbatkan kepada Tuhan. Dan dalam rangka ini, mereka menolak segala
pembatasan, pendefinisian dan sifat, bentuk dan substansi dan bahkan wujud yang
memiliki pemahaman satu sifat tentang Tuhan.

2. Penciptaan (Khaliqiyat)
Mereka memiliki keyakinan berbeda dengan Ikhwan al-Shafa yang meyakini bahwa
wujud terciptanya segala sesuatu sebagai karunia (faidh). mereka meyakini bahwa segala
ciptaan terwujud melalui ibda.

3. Hubungan Nabi dan Washi


Di atas muka bumi, ada seorang nabi yang memiliki sebuah syariat. Setiap Nabi memiliki
seorang washi yang mana dia adalah seorang imam yang menjadi pewaris keutamaan
nabi tersebut dan merupakan pondasi serta asas keimamahan dan merupakan imam
pertama di setiap masa. Dia adalah seorang yang memegang amanat dan rahasia kenabian
dan juga bertugas untuk mentakwil. Selain itu, seorang imam juga pewaris imam yang
asli. tugasnya adalah menstabilisasi antara hal-hal yang lahir dan yang batin.

4. Priode-priode Kenabian

6
Priode-priode kenabian terbentuk dari tujuh tingkatan. Pada setiap tingkatan kenabian,
akan dibuka dengan seorang nabi dan washi dan satu atau beberapa jenjang dari tujuh
imam sebagai pengganti mereka. Imam terakhir (yaitu al-Qaim), akan menutup tingkatan
sebelumnya dan imam ini adalah Imam Muqim yang akan membangkitkan Nabi yang
baru sehingga yang akan memulai priode baru. Priode atau masa Ulul Azmi para Nabi
secara tertib adalah sebagai berikut:
 Adam yang menjadi imam pada masanya adalah Syits.
 Nuh yang menjadi imam pada masanya adalah Sam.
 Ibrahim yang menjadi imam pada masanya adalah Ismail.
 Musa yang menjadi imam pada masanya adalah Harun.
 Isa yang menjadi imam pada masanya adalah Syam'un.
 Muhammad saw yang menjadi imam pada masanya adalah Ali as.

5. Para Nabi ulul azmi


Mereka meyakini bahwa para nabi ulul azmi berjumlah tujuh orang dan setiap nabi
memiliki seorang washi (imam). Nabi-nabi yang ulul azmi dalam pandangan mereka
adalah Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw dan Muhamman bin Abdullah /
imam mahdi. Mereka menganggap imam mahdi termasuk Nabi dan setiap dari mereka
memiliki seorang washi.

6. Penutupan (Khatamiyah)
Kelompok Ismailiyah juga sama seperti kelompok Syiah lainnya yang meyakini
khatamiyah pada kenabian.

7. Takwil
Mereka menafsirkannya dengan arti umum bagi orang-orang pemula.

8. Surga dan Neraka


Ismailiyah tidak memiliki keyakinan atas surga dan neraka jasmani.

9. Iman

7
Mereka tidak menerima adanya tanasukh (reinkarnasi) dan secara terpisah meyakini
Islam dan Iman serta kondisi bertambah dan berkurangnya iman.

10. Rukun-rukun Syariat


Dalam syariat, Ismailiyah memiliki tujuh rukun: thaharah, salat, zakat, puasa, haji, jihad
dan wilayah. Mereka menilai wilayat sebagai rukun tertinggi dan terpenting di antara
rukun lainnya.

D. Sejarah Singkat Ismailiyah

1. Al-ismailiyah pertama
Al-Juwaini berpendapat bahwa Ismailiyah ketika mengatakan bahwa Syariah
memiliki makna batin yang tidak diketahui banyak orang, maka mereka memperkuat
dasar ini dengan perkataan-perkataan yang mereka nukil dari para filosuf Yunani
seperti Neo Platonisme. Mereka juga mengambil sebagian dasar-dasar orang-orang
majusi
Dalam aturan Madzhab Ismailiyah, makna-makna lahir Al-Qur’an dan Syariah
berbeda dengan makna batinnya. Ini bukan berarti mereka mengabaikan makna lahir,
tetapi mereka meyakini adanya akidah lahir dan batin secara bersamaan.
Pengikut Ismailiyah pertama meyakini akidah ini sampai berdirinya negara
Fathimiyah. Kemudian terjadilah perpecahan dalam barisan Ismailiyah. Sebagian ada
yang tetap menjaga akidah pertamanya bahwa Muhammad bin Ismail adalah Imam
Mahdi , ia masih hidup dan tidak meninggal . diantara mereka adalah kelompok Al-
Qaramithah di Bahrain dan Irak. Orang-orang fathimiyah mengatakan bahwa para
imam Ismailiyah bersembunyi dan tidak menampakkan diri bertahun-tahun lamanya
karena takut dari kerajaan orang-orang Abbasiyah. Para imam mereka yang
bersembunyi terus berlanjut sampai datangnya Ubaidillah Al-Mahdi tahun 286 H/ 899
M maka ia menampakan dirinya lalu mendirikan khilafah Fathimiyah di Afrika Utara.

2. Al-Fathimiyah

8
Ketika Daulah Fathimiyah berdiri di Maghribi terjadilah perpecahan hebat dalam
barisan Ismailiyah. Ini terjadi ketika para pemimpin dakwah di timur mengingkari apa
yang dilakukan Ubaidillah Al-mahdi mengubah salah satu akidah asasi dari madzhab
Ismailiyah yaitu akidah yang menjadi dasar dakwah yang meyakini kembalinya
Muhammaad bin Ismail sebagai Imam Mahdi.
Husain Al-Hamdani berkata “ dengan didirikannya Daulah Fathimiyah di Afrika
Gerakan Ismailiyah yang tujuan utamanya adalah mewujudkan kebangkitan nalar
politik islam mengambil sikap yang lebih konservatif dan lebih membahayakan bagi
tatanan islam yang sudah mapan saat itu. Sampai ketika Daulah Fathimiyah berdiri
kokoh dan kekuasaannya stabil, kita melihat para dai pada masa itu mulai melakukan
penyelewengan dan perubahan dari dasar-dasar revolusi serta melepaskan diri darinya
mundur kebelakang.

3. Para dai fathimiyah di Timur


Orang-orang Fathimiyah belum merasa tenang mengambil sikap ini yang
membatasi kekuasaan mereka sebagai pemimpin madzhab bagi semua penganut
madzhab Ismailiyah. Maka mereka menyebarkan para Dai di setiap tempat seperti
Persia, india, Yaman dan lainnya. Usaha-usaha para dai ini akhirnya membuahkan
hasilnya dengan berdirinya Daulah Fathimiyah di barat daya iran dengan ibu kota
Almut yang didirikan Al-hasan bin Ash-Shabbah pada tahun 483 H/ 1090 M. negara
ini tetap eksis sampai di hancurkan Hulagu Khan tahun 654 H/1256 M. Daulah
Ismailiyah di Iran masih mengikuti metode khilafah Fathimiyah dalam akidahnya
sampai berakhir pada masa Al-Musthanshir dan terjadilah perselisihan antara dua
putranya Nizar dan Al-Musta’li

4. An-Nizariyah di Alamut
Hasan bin Ash-Shabah mendirikan Daulah Ismailiyah di barat daya Iran tahun
483 H/ 1090 M dan menjadikan sejumlah benteng yang ada di daerah tersebut sebagai
pusat negaranya. Ia menjadikan benteng Alamut yang kokoh sebagai pusat
pemerintahannya. Daulah Fathimiyah eksis di Iran kurang lebih 171 tahun, kemudian
hancur total setelah diserang oleh pukulan telak dari bangsa mongol tahun 654

9
H/1256 M. pada kenyataannya pemisahan diri secara dini dari pusat utama madzhab
di Kairo telah membuat Ismailiyah di Iran berpegang teguh pada diri mereka. Sejak
saat itulah Ismailiyah Alamut memimpin kelompok Ismailiyah An-Nizariyah dan
mulai menjauhi secara bertahap aliran Fathimiyah konservatif dan condong kepada
aliran ekstrim.
Diantara prinsip-prinsip penting yang diserukan oleh Hasan bin Ash-Shabbah
adalah prinsip pengajaran. Mengetahui Allah tidak bisa melalui dengan jalan akal
melainkan melalui pengajaran imam. Keyakinan ini yang membuat tiap-tiap imam
memiliki pengajaran sendiri untuk membuka jalan bagi dilakukannya perubahan-
perubahan mendasar dalam akidah An-Nizariyah pada masa-masa selanjutnya
Kaum An-nazariyah di Alamut berhasil menyebarkan dakwah mereka di daerah-
daerah pegunungan di Iran dan pengaruh mereka meluas ke Asfahan.

5. An-Nizariyah pasca runtuhnya negara mereka di Iran


imam Al-Juwaini menyebutkan pembatantaian yang dilakukan oleh orang-orang
mongol tahun 654 H/ 1256 M. orang-orang Mongol menghabisi orang-orang
Ismailiyah An-Nizariyah di manapun mereka berada setelah mereka menyerahkan
benteng-benteng mereka pada pasukan Mongol maka tidak ada satupun daari mereka
yang tersisa. Namun realita yang ada bersebrangan dengan apa yang disebutkan Imam
Al-Juwaini. Masih tersisa sekumpulan kelompok An-Nizariyah yang terpisah-pisah
dikawasan Dailam dan Qahastan di Iran. Selama dua abad selanjutnya, dalam sejarah
An-Nizariyah dan para pengikutnya terpaksa menutup diri dan menganut paham
taqiyah dibalik topeng sufi selama kurun waktu ini tidak ada informasi-informasi
tentang imam An-Nizariyah dan hubungan-hubungan pengikut mereka
Para imam An-Nizariyah Qasim Syah, mereka mulai mengarahkan kegiatan
mereka dengan sangat terbatas dari tempat rahasia mereka di Azerbaijan. Mereka
memindah tempat mereka pada abad 19 H/15 M di Iran tengah tepatnya di daerah
Qum. Masa menetapnya imam An-Nizariyah Qasim Syah di Anjadan terutama sejak
abad 11 H/ 17 M dianggap sebagai masa menghidupkan kembali dakwah mereka.
Jumlah pengikut Ismailiyah An-Nizariyah Qasim Syah sampai sekarang mencapai
beberapa juta orang dan kebanyakan mereka hidup dalam kelompok kecil di beberapa

10
negara Asia seperti India, Pakistan, Banglades, Cina ( wilayah Yarkind dan Kashghir)
, Afganistan, Iran, Syiria, Tajikistan terutama di Badakhsyan dan di beberapa negara
Afrika terutama di Kenya dan Tanzania.

11
BAB III

PENUTUP
E. Kesimpulan
Syi’ah Ismailiyah ini meyakini Ismail, putra Imam Ja'far Ash-Shadiq, adalah imam yang
menggantikan ayahnya. Ismail dikabarkan wafat lima tahun sebelum ayahnya (Imam Ja'far)
meninggal dunia. Namun menurut kelompok ini, Ismail belum wafat. Syiah Ismailiyah
meyakini kelak Ismail akan tampil kembali di bumi sebagai Imam Mahdi. Kelompok ini
tersebar di banyak negara, seperti Afganistan, India, Pakistan, Suriah, Yaman, serta beberapa
negara barat, yakni Inggris dan Amerika Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi aliran dan madzhab di dunia Islam. Pustaka Al-Kautsar, 2015.


https://id.wikishia.net/view/Ismailiyah

Anda mungkin juga menyukai