Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH VOLUME KENDARAAN TERHADAP

TINGKAT KERUSAKAN STRUKTUR JALAN


AKIBAT BEBAN LALULINTAS PADA
PERKERASAN RIGID DI JALAN KAB. BANDUNG
Disusun sebagai salah satu syarat Kelulusan Program Studi Teknik Sipil

Disiusun Oleh :
Moch Azis Saputra 41155020160125

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN................................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 7

BAB II ..................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 9

2.1. Klasifikasi Jalan Raya .............................................................................. 9

2.1.1. Jalan Arteri ........................................................................................ 9

2.2.1. Jalan Kolektor ................................................................................. 10

2.2.2. Jalan Lokal ...................................................................................... 12

2.2. Perkerasan Rigid (kaku) Jalan Raya ....................................................... 13

2.2.1. Definisi Perkerasan Rigid Jalan Raya ............................................. 13

2.2.2. Keriteria Perkerasan Rigid Jalan Raya ............................................ 14

2.2.3. Standar Perkerasan Kalan Raya ...................................................... 14

2.3. Kerusakan Jalan ...................................................................................... 15

2.3.1. Penyebab Kerusakan Jalan Raya ..................................................... 15

2.3.2. Jenis-Jenis Kerusakan Rigid Jalan Raya ......................................... 15

2.3.3. Penilaian Kondisi Permukaan ......................................................... 18

i
2.3.4. Nilai Persentase Kerusakan NP ....................................................... 18

2.3.5. Nilai Bobot Kerusakan (Nj) ............................................................ 18

2.1. Nilai Jumlah Kerusakan (Nq) ............................................................. 19

2.3.7. Nilai Keusakan Jalan (Nr) ............................................................... 19

BAB III.................................................................................................................. 20

METODELOGI..................................................................................................... 20

3.1. Bagan Alur Penelitian............................................................................. 20

3.2. Data Yang Diperlukan ............................................................................ 22

3.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 22

3.3.1. Data Sekunder ................................................................................. 22

3.3.2. Data Primer ..................................................................................... 22

3.4. Metode Analisi ....................................................................................... 23

3.5. Peralatan Penelitian ................................................................................ 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi dan Penyebab Kerusakan Jalan Rigid .................................16


Tabel 2. 2 Nilai Prosentase Kerusakan (Np) ..........................................................18
Tabel 2. 3 Nilai Jumlah Kerusakan ........................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Jln. Raya Bojongsoang (Kab. Bandung) .............................................7


Gambar 1. 2 Jln. Dayeuhkolot (Kab. Bandung) .......................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi darat
terpenting, sehingga desain perkerasan jalan yang baik adalah suatu
keharusan. Selain untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain,
perkerasan jalan yang baik juga diharapkan dapat memberi rasa aman dan
nyaman dalam mengemudi.

Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya dan


semakin bertambahnya jumlah kendaraan, maka kebutuhan sarana transport
asi jalan raya sangat besar. Oleh karena itu diperlukan perencanaan
konstruksi jalan yang optimal dan memenuhi syarat teknis menurut fungsi,
volume maupun sifat lalu lintas sehingga pembangunan tersebut dapat
berguna maksimal bagi perkembangan daerah sekitarnya.

Dengan perencanaan konstruksi jalan tanpa pemeliharaan jalan secara


memadai, baik rutin maupun berkala akan dapat mengakibatkan kerusakan
yang besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya.
Kerusakan jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan
permasalahan yang sangat komplek dan kerugian yang diderita sungguh
besar terutama bagi pengguna jalan, seperti terjadinya waktu tempuh yang
lama, kemacetan, kecelakaan lalu-lintas, dan lain-lain. Kerugian secara
individu tersebut akan menjadi akumulasi kerugian ekonomi global bagi
daerah tersebut.

Pada dasarnya jalan akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya sesuai


dengan bertambahnya umur. Jalan-jalan raya saat ini mengalami kerusakan
dalam waktu yang relatif sangat pendek (kerusakan dini) baik jalan yang
baru dibangun maupun jalan yang baru diperbaiki (overlay).

Jalan beton semen atau perkerasan kaku terdiri dari slab dan lapis pondasi
beton. Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki lalu lintas

5
cukup padat, dengan jumlah kendaraan yang semakin bertambah
dimungkinkan jalan akan mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif
pendek. Tetapi apabila perkerasan kaku dipelihara dengan baik dan tetap
dalam kondisi yang baik maka jalan beton semen tersebut akan mempunyai
umur lebih lama. Tetapi sekali jalan beton semen ini mengalami kerusakan
maka kerusakan itu kan berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu sangat
penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Dengan
asumsi latar belakang di atas maka saya mengambil judul penulisan skripsi
ini yaitu “Pengaruh Volume Kendaraan Terhadap Tingkat Kerusakan
Struktur Jalan Akibat Beban Lalulintas Pada Perkerasan Rigid Di Jalan Kab.
Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar Pengaruh volume kendaraan serta beban lalulintas


terhadap tingkat kerusakan struktur jalan pada ruas jalan tersebut?
2. Bagaimana hubungan volume kendaraan dengan tingkat kerusakan
struktur jalan pada perkerasan rigid?
3. Apakah volume kendaraan serta beban lalulintas memberikan
persentase kerusakan yang besar terhadap struktur jalan pada ruas jalan
tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh volume kendaraan serta beban lalulintas dengan


tingkat kerusakan struktur jalan.
2. Mengetahui hubungan volume kendaraan dengan tingkat kerusakan
jalan pada perkerasan rigid.
3. Mengetahui seberapa besar persentase kerusakan struktur jalan yang
diakibatkan oleh volume kendaraan serta beban lalulintas.

6
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi masyarakat Kab. Bandung dalam upaya meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab kerusakan jalan yang diakibatkan jumlah
kendaraan yang semakin meningkat serta beban kendaraan yang melebihi
kapasitas. Serta memberikan bahan referensi baru kepada mahasiswa teknik
sipil dan peneliti, serta akademisi dalam upaya meningkatkan pengetahuan
tentang penyebab kerusakan jalan yang diakibatkan jumlah kendaraan yang
semakin meningkat dan dapat dimanfaatkan sebagai media ajar.

1.5. Batasan Masalah


Agar pembahasan dan penyusunan skripsi terarah dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Batasan lokasi penelitian yaitu beberapa ruas jalan dengan perkeresan


rigid di Kab. Bandung yaitu :
a. Jln. Bojongsoang

Gambar 1. 1 Jln. Raya Bojongsoang (Kab. Bandung)

7
b. Jln. Dayeuh Kolot

Gambar 1. 2 Jln. Dayeuhkolot (Kab. Bandung)

2. Batasan Waktu
Melihat keadaan lapangan yang dinamis, data – data yang dipakai
dibatasi dalam periode waktu 5 tahun terahir. Data kerusakan jalan,
kepadatan lalu lintas dan geometri jalan.
3. Batasan Analisi
a. Analisis dilakukan pada bagian ruas jalan Kab. Bandung
berdasarkan data jumlah kendaraan tahun 2021.
b. Analisa kerusakan jalan yang dianalisis hanya oleh paktor volume
kendaraan serta beban lalulintas.
c. Analisis dilakukan berdasarkan data kerusakan jalan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Jalan Raya


Klasifikasi jalan raya berdasarkan fungsional :

2.1.1. Jalan Arteri


Jalan arteri menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan
yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata- rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara efisien.

Jalan arteri dibagi menjadi dua yaitu jalan arteri primer dan jalan arteri
sekunder :

a. Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) menghubungkan


secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

Karakteristik jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1990)


adalah sebagai berikut :

1) Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling


rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam (km/h).
2) Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.

3) Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan


tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
4) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu
lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan
lain-lain.
5) Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk
sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

9
6) Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan
seharusnya dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan
geometrik).
7) Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak
dapat dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur
lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak
bermotor (sepeda, becak, dll).
b. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan
yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat
dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol.

Karakteristik Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990)


adalah sebagai berikut :

1) Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan


kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua, dan
jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
2) Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam.
3) Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
4) Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250
meter.
5) Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan
kota dapat diizinkan melalui jalan ini.

2.2.1. Jalan Kolektor


Jalan kolektor Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.

10
Jalan kolektor dibagi menjadi dua jalan kolektor primer dan jalan kolektor
sekunder :

1. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan
yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota- kota
antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau
kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan
regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

Karakteristik jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1990)


adalah sebagai berikut.

1. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor


primer luar kota.
2. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan
arteri primer.
3. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) km per jam.
4. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.

2. Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah
jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi
untuk masyarakat di dalam kota.
Karakteristik jalan kolektor sekunder menurut Ditjen Bina Marga
(1990) adalah sebagai berikut.
1. Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan
sekunder kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
2. Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan
rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per jam.

11
3. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh)
meter.
4. Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi
jalan ini di daerah pemukiman.
5. Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
6. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.Besarnya lalu
lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari sistem
primer dan arteri sekunder.

2.2.2. Jalan Lokal


Jalan lokal, menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.

a. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya


guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.

Karakteristik Jalan lokal primer menurut Ditjen Bina Marga (1990)


adalah sebagai berikut.

1. Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer
luar kota.
2. Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan
primer lainnya.
3. Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (dua puluh) km per jam.
4. Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan
ini.
5. Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter.

12
6. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
pada sistem primer.
b. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Karakteristik jalan lokal sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990)
adalah sebagai berikut.
1. Jalan lokal sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder
ketiga atau dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan.
2. Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 (sepuluh) km per jam.
3. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
4. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui
fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
5. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.

2.2. Perkerasan Rigid (kaku) Jalan Raya


2.2.1. Definisi Perkerasan Rigid Jalan Raya
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis
perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama
perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang
digunakn selain dari perkerasan lentur (asphalt). Perkerasan ini
umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang
cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada
jalan-jalan lintas antar provinsi, jembatan layang, jalan tol, maupun
pada persimpangan bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya
menggunakan beton sebagai bahan perkerasannya, namun untuk
meningkatkan kenyamanan biasanya diatas permukaan perkerasan
dilapisi asphalt.

13
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan
lentur (asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke
subgrade. Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan
stiffnes, akan mendistribusikan beban pada daerah yangg relatif luas
pada subgrade, beton sendiri bagian utama yangg menanggung
beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang
dilakukan tidak sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan
yang lebih besar.

2.2.2. Keriteria Perkerasan Rigid Jalan Raya


a. Bersifat kaku karena yang digunakan sebagai perkerasan dari
beton.
b. Digunakan pada jalan yang mempunyai lalu lintas dan beban
muatan tinggi.
c. Kekuatan beton sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.
d. Usia rencana bisa lebih 20 tahun.

Syarat-syarat kekuatan / struktural

1. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/


muatan lalu lintas ke tanah dasar.
2. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke
lapisan bawahnya.
3. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang
jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan.
4. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa
menimbulkan deformasi yang bearti.

2.2.3. Standar Perkerasan Kalan Raya


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan
ikat yang digunaka untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang
dipakai antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil
samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara
lain adalah aspal, semen dan tanah liat.

14
a. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement).
Merupakan perkerasan yang menggunakan semen (Portland
Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau
tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat dengan atau tanpa
lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul

oleh pelat beton.

Gambar 2.1Perkerasan Rigid

2.3. Kerusakan Jalan


Dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan perkerasan kaku.sangat
penting diketahui penyebab kerusakannya. Jalan beton dapat mengalami
kerusakan pada slab, lapis pondasi dan tanah dasarnya.

2.3.1. Penyebab Kerusakan Jalan Raya


Penyebab kerusakan pada jalan raya dengan perkerasan rigid ada 2
macam yaitu :

1. Kerusakan disebabkan oleh karakteristik permukaan.


2. Kerusakan struktur.

2.3.2. Jenis-Jenis Kerusakan Rigid Jalan Raya


1. Kerusakan disebabkan oleh karakteristik permukaan.
a. Retak setempat, yaitu retak yang tidak mencapai bagian bawah
dari slab.

15
b. Patahan (faulting), adalah kerusakan yang disebabkan oleh tidak
teraturnya susunan di sekitar atau di sepanjang lapisan bawah
tanah dan patahan pada sambungan slab, atau retak-retak.
c. Deformasi, yaitu ketidakrataan pada arah memanjang jalan.
d. Abrasi, adalah kerusakan permukaan perkerasan beton yang
dapat dibagi menjadi :
• Pelepasan Butir, yaitu keadaan dimana agregat lapis permukaan
jalan terlepas dari campuran beton sehingga permukaan jalan
menjadi kasar.
• Pelicinan (polishing), yaitu keadaan dimana campuran beton dan
agregat pada permukaan menjadi amat licin disebabkan oleh
gesekan-gesekan.
• Aus, yaitu terkikisnya permukaan jalan disebabkan oleh gesekan
roda kendaraan.
2. Kerusakan struktur.
a. Retak-retak, yaitu retak-retak yang mencapai dasar slab.
b. Melengkung (buckling), yang terbagi menjadi :
• Jembul (Blow up), yaitu keadaan dimana slab menjadi tertekuk
dan melengkung disebabkan tegangan dari dalam beton.
• Hancur, yaitu keadaan dimana slab beton mengalami
kehancuran akibat dari tegangan tekan dalam beton. Pada
umumnya kehancuran ini cenderung terjadi di sekitar
sambungan. Klasifikasi dan penyebab kerusan jalan dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Klasifikasi dan Penyebab Kerusakan Jalan Rigid

16
Klasifikasi Paktor Penyebab
Kerusakan disebabkan Karakteristik
Permukaan
Retak setempat Retak yang tidak - Pengeringan berlebihan
mencapai dasar pada saat pelaksanaan
slab
• Retak awal - Daya dukung tanah dasar
• Retak sudut dan lapis pondasi yang
• Retak melintang tidak cukup besar
• Retak di sekitar lapisan - Susunan sambungan dan
tanah dasar fungsinya tidak sempurna
- Ketebalan slab kurang
Memadai
- Perbedaan penurunan
tanah dasar
Mutu beton rendah
- Penyusutan struktur dan
lapis pondasi
- Konsentrasi tegangan
Patahan . Tidak teraturnya - Pemadatan tanah dasar
(faulting) susunan lapisan dan lapis pondasi,
. Patahan slab kurang baik
- Penyusutan tanah dasar
yang tidak merata
- Pemompaan (pumping)
Deformasi . Ketidakrataan - Fungsi dowel tidak,
Memanjang Sempurna
- Kurangnya daya dukung
tanah dasar
- Perbedaan penurunan
tanah dasar
Abrasi . Pelepasan Butir - Lapisan permukaan
. Pelicinan (Hilang Usang
nya ketahanan - Lapis permukaan aus
gesek- Penggunaan agregat
. Pengelupasan Lunak
(Scaling) - Pelaksanaan yang kurang
Kerusakan . Kerusakan pada - Bahan pengisi
Sambungan bahan perekat Sambungan
sambungan yang usang
. Kerusakan pada - Bahan pengisi yang
ujung sambungan usang,
mengeras, melunak, me
Nyusut

17
2.3.3. Penilaian Kondisi Permukaan
Direktorat penyelidikan masalah tanah dan jalan (1979), sekarang
Puslitbang jalan, telah mengembangkan metode penilaian kondisi
permukaan jalan yang diperkenalkan didasarkan pada jenis dan besarnya
kerusakan serta kenyamanan berlalu lintas. Jenis kerusakan yang ditinjau
adalah retak, lepas, lubang, alur, gelombang, amblas dan belah. Besarnya
kerusakan merupakan prosentase luar permukaan jalan yang rusak
terhadap luas keseluruan jalan yang ditinjau.

2.3.4. Nilai Persentase Kerusakan NP


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑢𝑠𝑎𝑘
NP = × 100%
𝑅𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Besarnya nilai prosentase kerusakan diperoleh dari prosentase luas


permukaan jalan yang rusak terhadap luas keseluruhan bagian jalan yang
ditinjau. Nilai Prosentase kerusakan jalan (Np) dapat dilihat pada Tabel
2.2.

Prosentase Kategori Nilai


<5% Sedikit sekali 2
5 % - 20 % Sedikit 3
20 - 40 % Sedang 5
> 40 % Banyak 7
Tabel 2. 2 Nilai Prosentase Kerusakan (Np)

2.3.5. Nilai Bobot Kerusakan (Nj)


Besarnya nilai bobot kerusakan diperoleh dari jenis kerusakan pada
permukaan jalan yang dilalui. Penilaiannya adalah :

 Aspal beton =2
 Penetrasi =3
 Tambalan =4
 Retak =5
 Lepas = 5,5
 Lubang =6
 Alur =6
 Gelombang = 6,6
 Amblas =7

18
 Belahan =7

2.1. Nilai Jumlah Kerusakan (Nq)


Nq = Np x Nj

Np = Prosentase Kerusakan, Nj = Bobot Kerusakan. Besarnya nilai


kerusakan diperoleh dari perkalian nilai prosentase kerusakan dengan
nilai bobot kerusakan. Nilai jumlah kerusakan tercantum pada Tabel 2.3
di bawah ini.
Prosentase luar area kerusakan
Jenis
No ≤5% 5 % - 20 % 20 % - 40 % ≥ 40 %
kerusakan
Sedikit sekali Sedikit Sedang Banyak

1 Aspal beton 4
2 Penetrasi 6
3 Tambalan 8 12 20 28
4 Retak 10 15 25 35
5 Lepas 11 16,5 27,5 38,5
6 Lubang 12 18 30 42
7 Alur 12 18 30 42
8 Gelombang 13 19,5 32,5 45,5
9 Amblas 17 21 35 49
10 Belahan 14 21 35 49
Tabel 2. 3 Nilai Jumlah Kerusakan

2.3.7. Nilai Keusakan Jalan (Nr)


Nilai kerusakan jalan merupakan jumlah total dari setiap nilai jumlah
kerusakan pada suatu ruas jalan.

19
BAB III

METODELOGI

3.1. Bagan Alur Penelitian


Secara keseluruhan proses kegiatan penyusunan skripsi ini dapat
digambarkan seperti bagan berikut.

20
MULAI

Menentukan Tujuan,
Judul, & Ruang Lingkup
Studi

Studi Literatur

Persiapan
 Survei Awal

Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder

 Data Volume Kendaraan (LHR)  Data Volume Kendaraan (LHR)


 Data Kerusakan Jalan  Data Inventori Jalan

Pengolahan Data

Hasil Pembahasan

Analisa

Kesimpulan
& Saran

SELESAI

21
3.2. Data Yang Diperlukan
Data yang diperlukan untuk menunjang kevalidan penelitian ini terdiri atas :

a. Data Inventori Jalan


Data ini digunakan untuk memberikan informasi awal mengenai kondisi
penampang melintang daerah studi yang meliputi panjang dan lebar
jalan, jumlah ruas, median, jumlah lajur jalan dan kelengkapan jalan.
b. Data Volume Lalu Lintas
Data volume lalu-lintas baik LHR maupun volume harian untuk
mengetahui jumlah kendaraan yang melewati jalan.
c. Data Kerusakan Jalan
Data kerusakan jalan untuk mengetahui tingkat kerusakan jalan.

3.3. Metode Pengumpulan Data


3.3.1. Data Sekunder
a. Data Inventori Jalan
Data ini diperoleh dari Dinas Bina Marga Kab. Bandung Data yang
dibutuhkan antara lain panjang dan lebar jalan, jumlah ruas, median,
jumlah lajur jalan dan kelengkapan.
b. Data Volume Lalu Lintas
Data volume lalu lintas diperoleh dari Dinas Perhubungan Kab.
Bandung. Data ini meliputi data volume kendaraan yang melewati
jalan per jam. Data ini tidak digunakan untuk analisis penelitian akan
tetapi digunakan untuk acuan pengambilan data primer yang dilak
ukan di jam-jam padat (MKJI:1997).

3.3.2. Data Primer


a. Data Volume Lalu Lintas
Data ini diambil pada jam-jam padat saja, berdasarkan data volume
kendaraan dari dinas Perhubungan Kab. Bandung. Karena data volume lalu
lintas awal didapat melalui data sekunder (MKJI:1997).
b. Data Kerusakan Jalan
Data ini diambil dengan mengukur dan menghitung langsung tingkat
kerusakan jalan yang diteliti.

22
3.4. Metode Analisi
Metode analisis yang dipakai :

• Metode analisis volume kendaraan dan nilai Kerusakan secara umum.

• Metode analisis regresi untuk mendapatkan pola hubungan volume


kendaraan dengan tingkat kerusakan jalan.

3.5. Peralatan Penelitian


Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

a. Form Penelitian

b. Alat Tulis

c. Alat Pengolah Data (Komputer atau Laptop)

d. Hand counter (alat hitung jumlah)

e. Penanda

f. Alat Pelindung Diri

23

Anda mungkin juga menyukai