Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai
puncaknya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Waktu itu Jepang mengalami kekalahan dengan sekutu,
sehingga keadaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan proklamasi inilah
Negara Indonesia terlahir.
Sebagai Negara yang baru saja terbentu, tentunya Indonesia masih
rentan dengan penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan bangsa
sendiri. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru sebentar ini mendapatkan
gangguan dari Belanda. Awalnya bangsa Indonesia menyabut baik
kedatangan Belanda, namum setelah mengetahui Belanda diboncengi Sekutu,
rakyat Indonesia merasa terganggu. Dari situlah mulai terjadi perlawanan
diberbagai daerah di Indonesia. Perlawanan bangsa Indonesia ini dikalukan
secara fisik maupun secara diplomasi.
Kehadiran pasukan Sekutu yang membawa orang-orang NICA pada
tanggal 29 September 1945 sangat mencemaskan rakyat dan pemerintah RI.
Keadaan ini semakin memanas ketika NICA mempersenjatai kembali bekas
KNIL yang baru dilepaskan dari tahanan Jepang. Para pejabat Republik
Indonesia yang menerima kedatangan pasukan ini karena menghormati
tugas. Mereka menjadi sasaran teror dan percobaan pembunuhan. Oleh
karena itu sikap pasukan Sekutu yang tidak menghormati kedaulatan negara
dan bangsa Indonesia ini dihadapi dengan kekuatan senjata, oleh rakyat dan
pemerintah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sesuai dengan latar
belakang di atas yaitu;

1
1. Bagaimanakah perjuangan bangsa Indonesia melalui perjuangan
Gerakan Bawah Tanah dalam melawan penjajah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu;
1. Untuk mengetahui perjuangan yang telah ditempuh oleh bangsa
Indonesia melalui Gerakan Bawah Tanah.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa didapatkan dari penulisan makalah ini yaitu;
1. Untuk Siswa,
Agar dapat meningkatkan kreatifitas dalam menuliskan Karya Tulis
Ilmiah.
2. Untuk Guru,
Agar dapat membina siswa lebih lanjut dalam proses penulisan makalah
ilmiah.
3. Untuk Masyarakat,
Sebagai informasi mengenai bagaimana sejarah perjuangan masyarakat
Indonesia demi mencapai kemerdekaan yang telah dinikmati hingga
sekarang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata


A. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A W.S. Mallaby mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Brigadir ini merupakan bagian dari Divisi India ke-23, dibawah pimpinan
Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas melucuti tentara Jepang dan
menyelamatkan tawanan Sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000 personil di
mana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang Inggris dan prajuritnya
orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah berpengalaman perang. Rakyat
dan pemerintah Jawa Timur di bawah pimpinan Gubernur R.M.T.A Suryo
semula enggan menerima kedatangan Sekutu. Kemudian antara wakil-wakil
pemerintah RI dan Birgjen AW.S. Mallaby mengadakan pertemuan yang
menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1) Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.
2) Disetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan
dan ketenteraman.
3) Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar.
4) Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan
terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan
membebaskan para tawanan Belanda di antaranya adalah Kolonel Huiyer.
Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamflet yang berisi perintah
agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya
dan TKR bertekad untuk mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak
akan menyerahkan senjata mereka. Kontak senjata antara rakyat Surabaya
melawan Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan
perjuangan yang gigih dapat melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil
menguasai objek-objek vital. Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah
dengan mengepung dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara

3
Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut
mencapai kemenangan yang gemilang walaupun di pihak kita banyak jatuh
korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C.
Hawthorn tiba di Surabaya.
Dalam perundingan antara pemerintah RI dengan Mallaby dicapai
kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar
oleh pihak Sekutu. Dalam salah satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh.
Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban
kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C.
Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada
bangsa Indonesia di Surabaya. Ultimatum itu isinya agar seluruh rakyat
Surabaya beserta pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan
senjatanya, mengibarkan bendera putih, dan dengan tangan di atas kepala
berbaris satu-satu. Jika pada pukul 06.00 ultimatum itu tidak diindahkan
maka Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut, dan udara.
Ultimatum ini dirasakan sebagai penghinaan terhadap martabat bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih
cinta kemerdekaan. Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultimatum
tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo. Karena penolakan
ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10 Nopember
1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No.4 Bung Tomo
membakar semangat juang arek-arek Surabaya. Kontak senjata pertama
terjadi di Perak sampai pukul 18.00. Pasukan Sekutu di bawah pimpinan
Jenderal Mansergh mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak 10.000 -
15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang penjelajah
“Sussex” serta pesawat tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt”.
Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari
Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan di Surabaya
yang mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
B.      Pertempuran Ambarawa
Kedatangan Sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah
pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh rakyat

4
karena akan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam
mereka diboncengi NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang di
Ambarawa dan Magelang. Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR
dengan tentara Sekutu maka pada tanggal 2 November 1945 Presiden
Soekarno dan Brig.Jend. Bethel mengadakan perundingan gencatan senjata.
Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari
Magelang ke Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah di
bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran
Ambarawa. Pasukan Angkatan Muda di bawah Pimpinan Sastrodihardjo yang
diperkuat pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta
menghadang Sekutu di desa Lambu. Dalam pertempuran di Ambarawa ini
gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan
gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, komando pasukan dipegang oleh Kolonel
Soedirman, Panglima Divisi di Purwokerto. Kolonel Soedirman
mengkoordinir komandan-komandan sektor untuk menyusun strategi
penyerangan terhadap musuh. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan TKR
berhasil mengepung musuh yang bertahan di benteng Willem, yang terletak
di tengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di
kepung. Karena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945
pasukan Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.

C.       Pertempuran Medan Area


Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27
Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor
dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang
diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oleh pemerintah untuk
menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan membentuk
Komite Nasional Indonesia di wilayah itu. Pada tanggal 9 Oktober 1945
pasukan Sekutu mendarat di Sumatera Utara di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal T.E.D. Kelly.
Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang
dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan

5
para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku M. Hassan. Para bekas
tawanan ini bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya insiden di
beberapa tempat.
Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori
terbentuknya TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping
TKR, di Sumatera Timur terbentuk Badan-badan perjuangan dan laskar-
laskar partai.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly
memberikan ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan
senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada
tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.
Mereka dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak Inggris dan
NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan
serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-
pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan Inggris berhasil mendesak
pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI
pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan
Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat
Medan Area.

D.      Pertempuran Bandung Lautan Api


Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung.
Pada waktu itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencar-
gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu,
senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan kepadanya.
Bahkan pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum
agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling
lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan.
Oleh para pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan sehingga sejak saat
itu sering terjadi insiden dengan pasukan-pasukan Sekutu.

6
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 24 Maret 1946 yakni
agar TRI meninggalkan kota Bandung. Dengan adanya ultimatum ini,
pemerintah Republik Indonesia di Jakarta menginstruksikan agar TRI
mengosongkan kota Bandung, akan tetapi dari markas TRI di Yogyakarta
menginstruksikan agar kota Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, para
pejuang Bandung meninggalkan kota Bandung walaupun dengan berat hati.
Sebelum meninggalkan kota Bandung terlebih dahulu para pejuang Republik
Indonesia menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu sambil
membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Peristiwa ini kemudian
dikenal dengan Bandung Lautan Api.

E.       Pertempuran Lima Hari di Semarang.


Pada tanggal 15-20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran
hebat antara pejuang Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali
dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum di Candi, Semarang
diracun oleh Jepang. Untuk membuktikan kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala
laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat melakukan pemeriksaan. Pada saat
melakukan pemeriksaan, ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur. Dengan
gugurnya Dr. Karyadi kemarahan rakyat khususnya pemuda tidak dapat
dihindarkan dan terjadilah pertempuran yang menimbulkan banyak korban
jiwa. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Tugu Muda.
Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah
Sakit Umum di Semarang.

F.       Pertempuran Margarana di Bali


Munculnya puputan Margarana sendiri bermula dari Perundingan
Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda melakukan
perundingan linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Salah satu isi dari
perundingan Linggajati adalah Belanda mengakui secara de facto Republik
Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan
Madura. Selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan daerah de
facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

7
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya
kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang
memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri adalah
untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan
Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan
konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui
tentang pendaratan Belanda tersebut. Di saat pasukan Belanda sudah
berhasil mendarat di Bali, perkembangan politik di pusat Pemerintahan
Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati, di
mana pulau Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
Pada umumnya Rakyat Bali sendiri merasa kecewa terhadap isi perundingan
tersebut karena mereka merasa berhak masuk menjadi bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terlebih lagi ketika Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I Gusti
Ngurah Rai untuk diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Untung saja
ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab
dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946. Pada saat
itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil
memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan. 
Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya di
Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti Ngurah Rai dan
Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada pertempuran
pertama, ternyata pasukan  Belanda juga kesal karena adanya konsolidasi
dan pemusatan pasukan Ngurah Rai  yang ditempatkan di Desa Adeng,
Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil mengumpulkan
pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari
pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara.
Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya
(Ciung Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau
Bali. Tetapi tiba-tiba di tengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu
Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.

8
Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak dapat diindahkan. Sehingga
sontak daerah Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang
tenang, berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan dan
mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak
mengepung ladang jagung di daerah perbukitan yang terletak sekitar 40
kilometer dari Denpasar itu.
Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan
persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda.
Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari
I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda
menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan
membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan
Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil
memukul mundur serdadu Belanda.
Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda
yang sudah   terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini,
bukan hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur
pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara.
Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang
pembantaian penuh asap dan darah.
Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri
hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai
peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga
adalah sejarah penting tonggak perjuangan rakyat di Indonesia melawan
kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu;
1. Latar belakang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan Diwali dengan kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia.
Pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia.
Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland
Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga
karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia. Hal
ini menumbuhkan perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
2. Upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia di lakukan dengan perjuangan bersenjata dan diplomatik.
Perjuangan bersenjata meliputi pertempuran 10 November di Surabaya,
pertempuran Ambarawa, pertempuran Medan Area, pertempuran
Bandung Lautan Api, pertempuran Margarana di Bali, dan pertempuran 5
hari di Semarang.

B. Kritik dan Saran


Bangsa Indonesia harus bersyukur atas kemerdekaan Indonesia yang
dicapai dari proses yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu sebagai
penerus bangsa hendaknya kita melanjutkan perjuangan atau cita-cita para
pejuang dalam pergerakan nasional demi sebuah kemerdekaan yang
sebenarnya.Dan menjadiakan hari esok sebagai pembuktian lahirnya
pemuda-pemuda pergerakan Nasional Indonesia yang rela berjuang demi
bangsa dan Negara. Dan para pemuda di Indonesia harus membuktikan
bahwa bangsa Indonesia dapat bersaing dengan Negara-negara yang lebih
maju.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah, Fitri. (2012). Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


Diakses dari

http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/ips/22-2/. 15 September
2017.

Hatmoko, Dwi. (2012). Usaha mempertahankan kemrdekaan. Diakses dari

http://ensiklopebanten.files.wordpress.com/2012/03/usaha-
mempertahankan kemerdekaan.pdf. 15 September 2017.

Maeswara, Garda. (2010). Sejarah revolusi Indonesia 1945-1950 (Perjuangan


bersenjata dan diplomasi untuk memepertahankan kemerdekaan).
Yogyakarta:Narasi.

11
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji Syukur Kehadirat Allah Swt Yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan Inayah
Allah Swt, kami dapat menyelesikan makalah yang berjudul “Perjuangan
Melalui Perlawanan Bersenjata” ini sebagaimana tugas yang telah
diberikan.
Makalah ini disusun berdasarkan standart Buku Sejarah KTSP 2006 dan
sumber-sumber terpercaya (Internet) dengan memperhatikan silabus
Pendidikan SMP utamanya pada buku sejarah bab dua.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih
kepada Ibu Darmini S.Pd. selaku guru mata pelajaran sejarah, yang
senantiasa membimbing dan menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan juga semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
kekeliruan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Palopo, September 2017

Tim Penyusun,

ii
12
DAFTAR ISI

SAMPUL/HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Pertempuran Surabaya 10 November 1945 ....................................................3

B. Pertempuran Ambarawa .......................................................................................... 4

C. Pertempuran Medan Area ....................................................................................... 5

D. Pertempuran Bandung Lautan Api ......................................................................6

E. Pertempuran Lima Hari di Semarang .................................................................7

F. Pertempuran Margarana di Bali ............................................................................ 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 10

B. Kritik dan Saran ........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
13
MAKALAH IPS

“ PERJUANGAN MELALUI PERLAWANAN BERSENJATA “

Disusun Oleh:

1. MAHARANI INDAH SARI


2. NUR PADILA
3. PUTRA SULFIKAR
4. FUAD MUSYADDAQ
5. ALDINO T.L.
6. CARLA GASONG

SMP NEGERI 14 PALOPO


TAHUN PELAJARAN 2017-2018

14

Anda mungkin juga menyukai