Anda di halaman 1dari 4

MODERATISME BERAGAMA

Oleh: Dr. K.H. Husein Muhammad

Guru Besar Maulana Rumi, Syeikh Syams Tabrizi menyampaikan pandangan yang
menarik dalam salah satu Kaidah Cintanya yang 40 itu :

‫ وال‬،‫ابهان‬##‫ان متش‬##‫د شخص‬##‫ ال يوج‬.‫يزة‬##‫ة ومم‬##‫ات مختلف‬##‫ا مخلوق‬##‫ا جميع‬##‫ك فإنن‬##‫ ومع ذل‬،‫لقد خلقنا جمي ًعا على صورة هللا‬
‫ات‬#‫ترام االختالف‬#‫دم اح‬#‫إن ع‬##‫ ف‬،‫ذلك‬#‫ ل‬.‫ابهين‬##‫ا متش‬#‫ابهين لخلقن‬##‫ ولو أراد هللا أن نكون متش‬.‫يخفق قلبان لهما اإليقاع ذاته‬
‫وفرض أفكارك على اآلخرين يعني عدم احترام النظام المقدس الذي أرساه هللا‬

"Kita semua diciptakan menurut citra-Nya, dan pada saat yang sama tiap-tiap dari
kita diciptakan berbeda dan
unik. Tak ada dua orang yang sama. Tak ada dua hati yang memiliki karakter sama.
Jika Tuhan ingin semua orang sama, maka Dia tentu akan menciptakan demikian.
Oleh karena itu, tak menghargai perbedaan atau memaksakan pandanganmu
terhadap orang lain sama saja dengan tak menghargai sistem suci yang telah
ditetapkan oleh Tuhan".

Al Quran menegaskan :

َ ‫ت ل ِْل َعالِم‬
)٢٢,‫ِين (الروم‬ َ ِ‫اختِالفُ أَ ْلسِ َن ِت ُك ْم َوأَ ْل َوا ِن ُك ْم إِنَّ فِي َذل‬
ٍ ‫ك آل َيا‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ‫َومِنْ آ َيا ِت ِه َخ ْل ُق ال َّس َم َاوا‬
ِ ْ‫ت َواألر‬

"Di antara bukti kemahabesaran dan kemahabijaksanaan Tuhan adalah bahwa Dia
menciptakan langit dan bumi, dan menciptakan keragaman bahasa dan warna kulit
manusia. Realitas ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi orang-orang yang
mengerti (li al 'alimin/ulu al ilm)". (Q.S. al Rum, 30; 22).

َ ‫اس َح َّتى َي ُكو ُنوا م ُْؤ ِمن‬


)99:‫(سورة يونس اآلية‬. ‫ِين‬ َ ‫ض ُكلُّ ُه ْم جيعا ً أَ َفأ َ ْن‬
َ ‫ت ُت ْك ِرهُ ال َّن‬ ِ ْ‫ك آَل َم َن َمنْ فِى ااْل َر‬
َ ‫َولَ ْو شآ َء َر ُّب‬

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang ada di
muka bumi ini. Apakah kamu hendak memaksa manusia sehingga mereka
beriman?”.

Indonesia

Indonesia adalah Negara dengan "sejuta" keragaman yang menyebar di lebih dari
17.000 pulau. Di dalamnya ada lebih dari 1100 suku bangsa yang berkomunikasi
dengan ratusan bahasa dan dialek, ada puluhan agama, ratusan keyakinan dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan yang berbeda-beda.
Mereka beribadah kepada-Nya dengan tata-cara yang berbeda-berbeda. Di sana
juga ada ribuan adat-istiadat dan tradisi yang beranekaragam. Semuanya adalah
warisan kebudayaan yang berasal dari berabad-abad silam Indonesia, jauh sebelum
ia merdeka dan berdaulat. Dalam kurun waktu yang panjang itu mereka, dengan
segala perbedaannya itu, dapat hidup bersama, saling membagi suka, duka, dan
kebahagiaan dan kesengsaraan. Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidak
menjadi penghalang bagi mereka, untuk bekerjasama, saling menolong, bantu
membantu dan bergotongroyong membangun kehidupan bersama untuk sebuah
cita-cita dan mimpi indah, damai dan bahagia, serta berjuang bersama untuk
menjadi sebuah komunitas besar yang bernama Negara-bangsa.

Keberagaman realitas masyarakat dan cita-cita untuk membangun negara bangsa


Indonesia itu dirumuskan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda
tetapi satu. Al Tanawwu' fi al Wahdah. Keragamaan itu tak mungkin dapat dinafikan
oleh siapapun dan dengan cara apapun. Karena ia adalah hukum alam, Sunnatullah,
kehendak Tuhan. Maka Indonesia adalah Bhinneka, dan Kebhinekaan adalah
Indonesia. Meniadakannya adalah meniadakan Indonesia. Itulah makna menjadi
Indonesia.

Setelah mengarungi perjalanan panjang, berliku, memikirkan dan mendiskusikan


secara luas dan mendalam, akhirnya, tahun 1945, rakyat negeri ini, berhasil
merumuskan dan menyepakati fondasi atau landasan berbangsa dan bernegara. Ia
adalah Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai landasan filosofisnya dan UUD
1945 sebagai landasan hukum/konstitusinya. Keduanya menjadi titik temu (Kalimah
Sawa) paling ideal bagi berbagai aspirasi dan kehendak-kehendak yang beragam
dari rakyat Indonesia. Mereka menyepakati secara bulat kedua landasan tersebut.
Para pemeluk agama, kepercayaan, para penghayat dan penganut etika
kemanusiaan universal meyakini bahwa Agama dan kepercayaan sejak awal
dihadirkan Tuhan untuk membawa misi pembebasan manusia dari segala bentuk
system sosial yang diskriminatif dan yang menindas, demi penghargaan atas
martabat manusia, untuk keadilan sosial, menciptakan persaudaraan dan
kesejahteraan bersama umat manusia. Mereka meyakini bahwa Agama,
kepercayaan kepada Tuhan, dan etika kemanusiaan selalu hadir untuk menciptakan
perdamaian, keselamatan, keadilan dan kerahmatan (kasih-sayang) bagi seluruh
alam semesta.

Dalam suatu diskusi yang panjang antara Renan dan Muhammad Abduh dicapai
kesepakatan :

‫ت فِى ال َّش َعائ ِِر َف ْال َغ َرضُ ِم ْن َها َج ِم ْي ِع َها ْالوُ صُو ُل ِالَى هللا‬
ْ ‫اَاْل َ ْد َيانُ َواِنْ اخ َتلَ َف‬.

"Agama-agama, meski berbeda-beda dalam atribut dan cara tetapi tujuannya sama :
bertemu Tuhan".

‫ان ِالَى ْال َم َث ِل ااْل َعْ لَى‬


َ ‫هللا َو ُكلُّ َها َتقُ ْو ُد ااْل ِ ْن َس‬
ِ ‫ُق ِالَى‬ ُ ‫اَاْل َ ْديانُ ُكلُّ َها‬
ٌ ‫طر‬

Semua agama adalah jalan menuju Tuhan dan semuanya membimbing manusia
mencapai moralitas ideal.

‫االدي†ان كله†ا ط†رق للفض†يلة والص†الح وال†وءام والع†دل والرحم†ة والمحب†ة والس†الم الللفس†اد والجه†ل والظلم واالف†تراق‬
‫والبغضاء والعنف وهذا هو الغرض من االديان‬

"Semua agama hadir untuk membimbing manusia ke jalan hidup utama,


menciptakan kehidupan sosial yang baik dan persaudaraan, keadilan, kasih sayang
dan cinta bukan untuk menciptakan kerusakan, membodohi, permusuhan, saling
membenci dan kekerasan. Ini adalah tujuan semua agama."

‫الخلق كلهم عيال هللا واحبهم اليه انفعهم لعياله‬


"Semua makhluk adalah keluarga Tuhan. Yang paling dicintai-Nya adalah yang
banyak memberi manfaat bagi keluarganya".(H.R. al-Bazzar dan Thabarani).

Agama hadir untuk menjadi lilin, cahaya yang menerangi kegelapan hati dan
mencerahkan pikiran, bukan untuk membikin hati menjadi gelap dan pikiran jadi
beku. Agama dan etika kemanusiaan, oleh karena itu, tak pernah membenarkan
diskriminasi, kekerasan, teror dan segala bentuk penindasan (kezaliman) terhadap
siapapun. Jika ia terjadi, maka pastilah bukan produk Agama, etika dan tradisi
kemanusiaan tersebut.

Ini semua merupakan nilai-nilai agung, fundamental dan universal dalam semua
agama dan kepercayaan. Ia adalah dambaan semua orang di muka bumi ini.

Tantangan

Hari ini negara kita sedang dihadapkan pada problem besar relasi antar komunitas
manusia yang mengancam dan berpotensi menghancurkan masa depan
kemanusiaan kita. Problem kemanusiaan itu adalah muncul dan berkembangnya
gerakan radikalisme, ekstrimisme kekerasan dan hate speech yang dilakukan atas
nama agama.

Kasus paling anyar adalah penyerangan dan perusakan terhadap masjid milik
komunitas Ahmadiah di Sintang. Kalbar, dua hari lalu.

Gerakan itu kini telah memasuki hampir segala ruang sosial, politik dan pendidikan
dari tingkat dasar sampai tinggi. Bahkan juga lembaga-lembaga negara. Dan banyak
peristiwa kekerasan, penganiayaan dan pembunuhan terjadi di sejumlah tempat di
negara ini.

Sebagian diantara mereka berjuang untuk menggantikan pilar-pilar sistem negara


bangsa dengan sistem lain yang mereka klaim sebagai sistem ketuhanan.

Perempuan sebagai Sasaran Awal

Sejarah sosial dan politik sampai hari ini memperlihatkan kepada kita bahwa dalam
setiap situasi di mana intoleransi dan radikalisme atau ekstrimisme kekerasan atas
nama agama kian meningkat dan menyebar, maka perempuan adalah korban
pertama dan utama. Perempuan juga akan menjadi sasaran utama pengaturan dan
kebijakan yang dibuat oleh mereka.

Kaum radikalis dan puritanis memandang perempuan sebagai sumber fitnah. Kata
ini dipahami sebagai sumber atau pihak yang memicu hasrat seksual laki-laki yang
berpotensi menciptakan atau memprovokasi kekerasan seksual dan kekacauan
moral sosial. Atas dasar ini maka perempuan menurut mereka harus "diproteksi".
Tak ada cara untuk memproteksinya kecuali dengan dengan mendomestifikasi
perempuan, mengucilkan (marjinalisasi) atau segregasi ruang sosial dan menutup
tubuhnya.

Dalam situasi seperti ini saya terpaku pada pandangan Ali bin Abi Thalib. Katanya:

‫حين يسكت اهل الحق عن الباطل توهم اهل الباطل انهم على حق‬.
"Manakala orang-orang yang baik berdiam diri atas suatu kejahatan, maka para
pelaku kejahatan mengira tindakan mereka adalah benar dan baik-baik saja".

Pembiaran Ketidakadilan di satu tempat berpotensi menyebar ke tempat yang lain.

Mengembangkan Nalar Moderat

Nalar moderat adalah sikap menghadapi pemikiran dan gerakan radikalisme dan
ekstrimisme dengan melalui prinsip-prinsip kemanusiaan. Yakni kesetaraan,
keadilan dan kemaslahatan. atau penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.

Nalar Moderat

‫العقل الوسطي‬

‫ العقل الوسطي عقل يفتح مجاال الختالف االرآء‬.١

1. Nalar moderat adalah nalar yang memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda
pendapat.

‫العقل الوسطي عقل يحترم اعتقادات و اختيارات و قرارات الناس في الحياة‬.٢

2. Nalar moderat menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang.

‫ العقل الوسطي ال يرى ان الصواب كله فى رأيه‬.٣


‫و الخطاء كله فى رأي غيره‬.

3. Nalar moderat tidak mengabsolutkan kebenaran sendiri sambil memutlakkan


kesalahan pendapat orang lain.

‫ العقل الوسطي ال و لن يقبل العنف ايا كان سببه‬.٤

4. Nalar moderat tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan atas nama


apapun.

‫ فالنص دائما يحتمل التفاسير و المعاني المتنوعة‬،‫ العقل الوسطي يرفض التفسير الوحيد للنص‬. ٥

5. Nalar moderat menolak pemaknaan tunggal atas suatu teks. Setiap kalimat selalu
mungkin untuk ditafsirkan secara beragam..

‫ العقل الوسطي يفتح دائما مجاال للنقاش و النقد البناء‬.٦

6. Nalar moderat selalu terbuka untuk kritik yang konstruktif.


‫ العقل الوسطي يسعى دائما الى فكرة قائمة على مبداء العدل و المصلحة الجماعية‬.٧

7. Nalar moderat selalu mencari pandangan yang adil dan maslahat bagi kehidupan
bersama.

Anda mungkin juga menyukai