ANTI KORUPSI
OLEH :
N
NAMA : YOVIYANI THEODORA SABNENO
N
NIM : 147702619
K
KELAS : V-A
P
PRODI : D- III KEBIDANAN
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiratTuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk bekerjauntuk menyelesaikan makalah
saya yang berjudul “GERAKAN KERJASAMA DAN INSTRUMENT DALAM
PENCEGAHAN KORUPSI’’Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki saya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya seseorang yang berada di dalam wilayah suatu negara secaraotomatis
harus tunduk pada ketentuan- ketentuan yang berlaku di dalam wilayahnegara tersebut. hal
ini berlaku pada setiap negara tidak terkecuali indonesia.Setiap tindakan yang dianggap
melanggar hukum akan diberikan sanksi sesuaidengan ketetapaan dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Mulai darihukum pidana maupun hukum perdata.Masalahh korupsi
adalah salah satu yang sudah sangat lama terjadi dalammasyarakat. Pada umumnya tindakan
korupsi terjadi pada orang- orang yangberpengaruh atau pejabat.
Maka tidaklah mengherankan jika korupsi banyakterjadi di lingkungan birokrasi
pemerintah yang mempunyai peran penitng untukmemutuskan sesuatu seperti dalam
pemberian izin ataupun pemberian proyekpemerintah.Kriminalisasi terhadap tindak pidana
Korupsi mempunyai alasan yangsangat kuat sebab kejahatan tersebut tidak lagi dipandang
sebagai kejahatankonvensional, melainkan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary
crime)karena dapat berpotensi merugikan berbagai dimensi kepentingan.
Secarainternasional tindak pidana korupsi dalam jumlah yang signifikan dapatmenimbulkan
ancaman terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat, dapatmerusak lembaga dan
nilai- nilai demokrasi, nilai- nilai etika dan keadilan,bersikap diskriminatif dan merongrong
etika dan kempetisi bisnis yang jujur,mencederai berkelanjutan dan tegeknya
hukum.Selanjutnya secara empiris terbukti bahwa kemungkinan keterkaitan antarasuap
(Korupsi) dan bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan terorganisasi(Terorisme,
perdagangan orang, penyelundupan migran gelap dan lain- lain) dankejahatan ekonomi
termasuk tindak pidana pencucian uang, yang menempatkantindak pidana korupsi termasuk
suap sebagai salah satu kejahatan yangmenghasilkan atau merupakan sumber dana yang bisa
dicuci (predicate crime).
Dengan kemajuan yang relatif cukup signifikan di bidang substansi danstruktur hukum, hanya
sedikit masyarakat yang menyadari pentingnyapemberantasan KKN. Hal ini karena berkaitan
dengan budaya hukum dan kualitasmoral manusiannya, berupa pandangan, sikap, persepsi,
perilaku dan bahkanfalsafah dari para anggota masyarakat yang kontraproduktif
A. RUMUSAN MASALAH
MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil rumusan masalah :
1. Apa saja gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilakukanpemerintah
baik di tingkat regional maupun internasional?
2. Organisasi internasional apa saja yang ikut mencegah dan memberantaskorupsi ?
3. Instrumen pencegahan korupsi seperti apa yang dibuat untuk pencegahankorupsi ?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui gerakan kerjasama instument internasional dalam pencegahan
korupsi ?
2. Untuk mengetahui instument internasional pencegahan korupsi
3. Apa saja Pencegahan korupsi berdasarkan pembelajaran dari negara lain
4. Pentingnya retivikasi konvensi korupsi bagi negara indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Kiranya kita dapat belajar dari pemaparan tersebut, karena kondisiIndonesia dan
India yang sama-sama negara berkembang. Sulitnya, India telahberhasil menaikkan
peringkat negaranya sampai pada posisi yang cukup baik,sedangkan Indonesia,
walaupun berangsur-angsur membaik, namun peringkatnyamasih terus berada pada urut-
urutan yang terbawah. Untuk selanjutnya Tummalamenyatakan bahwa dengan
melakukan pemberdayaan segenap komponenmasyarakat, India terus optimis untuk
memberantas korupsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat internasional telah bersepakat bahwa korupsi adalah tindakpidana yang
berdampak sangat buruk bagi kelangsungan idup umat manusia.Gerakan atau movement
untuk memberantas korupsi telah banyak dilakukan olehmasyarakat internasional. Demikian
pula kerjasama yang dilakukan untukmemberantas korupsi dengan menggunakan asas
hubungan baik dan bantuanhukum timbal balik (mutual legal assistance).
Dari pemaparan sebelumnya,sebagai negara yang ikut menandatangani UNCAC,
indonesia telah melakukanberbagai upaya kerjasama dengan negara lain untuk
memeberantas korupsi baikdengan pembuatan MoU, pembuatan bilateral maupun
multilateral treaty ataudengan menjadi peserta aktif dalam berbagai forum internasional.
Walapun masihada beberapa kendala yang sering ditemui dalam melaksanakan bantuan
timbalbalik dalam perkara korupsi.
B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu untuk menambahwawasan yang
lebih luas lagi mohon membaca lebih banyak berita, buku, korandan lain-lain yang
memberikan informasi tambahan kepada pembaca. Kitasebagai mahasiswa harus ikut
ambil tahu terkait korupsi terutama yang merugikannegara secara besar- besaran, karena kita
juga merupakan penggerak. Jika tidaksekarang, kapan lagi?, jika bukan kita, siapa lagi?
Daftar Pustaka
MAKALAH
ANTI KORUPSI
OLEH
NIM : 147702619
KLS : V-A
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiratTuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk bekerjauntuk menyelesaikan makalah saya
yang berjudul “SEJARAH PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN LATAR
BELAKANG LAHIRNYA DELIK KORUPSI DALAM PERUNDANG- UNDANGAN Tidak
lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki saya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak daripada
memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan yang dapat
menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara, perekonomian,
keuangan negara, moral bangsa, dan sebagainya, yang merupakan perilaku jahat yang
cenderung sulit untuk ditanggulangi. 2 Seseorang pejabat dikatakan melakukan tindakan
korupsi bila menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar mengambil
keputusan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Pembuktian Tindak Pidana Korupsi Berupa Penyuapan Yang Dilakukan Oleh
Pegawai Negeri Sipil?
C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi
2. Mengetahui latar belakang lahirnya delik korupsi dalam perundang-undangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Tindak pidana korupsi bukan merupakan barang baru di Indonesia.Sejak jaman kerajaan-
kerajaan terdahulu, korupsi telah terjadi meski tidak secara khusus menggunakan istilah
korupsi.Setelah jaman kemerdekaan, ketika Indonesia mulai membangun dan mengisi
kemerdekaan, korupsi terus mengganas sehingga mengganggu jalannya pembangunan
nasional.
Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah sejak kemerdekaan,
baik dengan menggunakan peraturan perundangundangan yang ada maupun dengan
membentuk peraturan perundang-undangan baru yang secara khusus mengatur mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi. Di antara peraturan perundang-undangan yang pernah
digunakan untuk memberantas tindak pidana korupsi adalah:
1. Delik korupsi dalam KUHP
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/
Peperpu/013/1950.
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi
a. Jenis jenis tindak pidana korupsi
Permasalahan korupsi dijelaskan dalam 13 (tiga belas) buah Pasal dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 .Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.Berdasarkan Pasal-
Pasal tersebut, korupsi dirumuskan dalam 30 (tiga puluh) bentuk / jenis tindak pidana
korupsi.Pasal-Pasal tersebut menerangkan secara terperinci perbuatan yang bisa dikenakan
pidana penjara karena korupsi. Jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Kerugian Keuangan Negara
Suap
Penggelapan dalam jabatan
Perbuatan pemerasan
Perbuatan curang
Gratifikasi
Dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi perlu melahirkan suatu peraturan
perundang-undang yang mampu menerapkan ketentuan yang diatur di dalam undang-
undang tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong para penegak hukum yang
berwenang untuk memberantas korupsi dengan cara yang lebih tegas, beran dan tanpa
memandang bulu. Akan tetapi, di samping peraturan yang tegas juga diperlukan kesadaran
masyarakat dalam memberantas korupsi tersebut.Namun kesadaran ini dapat timbul apabila
masyarakat memiliki pegetahuan dan pemahaman tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi yang diatur oleh undang-undang.
Tindak pidana korupsi merupakan suatu bentuk prilaku kejahatan yang dapat merugikan
negara, moral bangsa, hak asasi dan perekonomian.Orang yang melakukan korupsi harus di
hukum sesuai dengan peraturan undang-undang yang telah ditetapkan, Dan juga sesuai
dengan kejahatan yang telah diperbuat.Korupsi sendiri dapat membawa dampak negatif
yang sangat besar dan juga membawa negara pada titik kehancuran.
Delik korupsi yang diambil dari KUHP, dan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP
Maksud dari delik korupsi yang ditarik secara mutlak adalah delit-delit yang diambil
dari KUHP dan kemudian diadopsi menjadi delit korupsi sehingga delit tersebut tidak
berlaku lagi dalam KUHP.
2. Delit korupsi yang di tarik secara tidak mutlak dalam KUHP
Maksud dari delit korupsi yang ditarik secra tidak mutlat dari KUHP adalah delit yang
diambil dengan keadaan tertentu yakni berkaitan dengan pemeriksaan tindak pidana
korupsi. Jadi berbeda dengan penarikan secara mutlak, dimana ketentuan delik ini di
dalam KUHP tetap berlaku dan dapat diancamkan kepada seorang pelaku yang
perbuatannya memenuhi unsur.
Berdasarkan undang-undang no. 31 tahun 1999 uu no. 20 tahun 2001, terdapat
beberapa pasal yang mengatur perbuatan korupsi, antara lain:
Pasal 2
Setiap orang yang melawan hukum di mana melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya.
Pasal 15
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Maka akan dipidana dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.
Tindak pidana yang tidak selesai dapat diancam dengan sanksi pidana sepanjang
memenuhi syarat-syarat percobaan yang dapat dipidana yaitu:
a. Ada niat.
b. Adanya permulaan pelaksanaan.
c. Tidak selesainya delik bukan karena kehendak pelaku.
Dan apabila suatu perbuatan pidana yang tidak selesai telah memenuhi ketiga syarat
di atas, maka kepada pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban pidana tersebut.
Pasal 11
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418
Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Maka dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah). (UU No. 31 Tahun 1999).
Pasal ini secara terbatas hanya dapat diterapkan kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Korupsi merupakan suatu kejahatan yang sangat berbahaya, korupsi merupakan suatu
kejahatan yang luar biasa (extraordinary crme) yang memeganag telah tumbuh sering dengan
perkembangan peradaban manusia. Semakin hari perkembangan korupsi didunia khususnya
diIndonesia bukanlah semakin berkurang, akan tetapi makin hari makin meluas dan bertambah.
B. SARAN
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top political
will” secara konsisten dari para penyelenggara negara;
2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada Undangundang
korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan pertanggung jawaban pidana terlebih
dahulu kemudian pertanggung jawaban secara perdata.
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sanksi yang
dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan transparan.
DAFTAR PUSTAKA
Moeljatno (1994), Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan ke-18, Jakarta:
Bumi Aksara Peraturan perundang-Undangan: Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003.