Anda di halaman 1dari 1

ANAK KECIL MENJADI IMAM

Di masa Rasulullah ‫ ﷺ‬sebenarnya pernah terjadi peristiwa demikian, salah


satu sahabat yang masih berusia sekitar enam tahun yaitu ‘Amr bin Salamah
mengimami para pengikutnya, seperti dalam hadis sahabat:
.‫كان عمرو بن سلمة يؤم قومه على عهد رسول هللا ﷺ وهو ابن ست أو سبع سنين‬
“Amr bin Salamah mengimami kaumnya di masa Rasulullah ‫ﷺ‬, sedangkan
dia masih berumur sekitar enam atau tujuh tahun.” (HR. Bukhari) Berdasarkan hadis
tersebut, para ulama Syafi’iyyah berpandangan bahwa dihukumi sah shalatnya orang
yang sudah baligh ketika makmum pada anak kecil yang sudah tamyiz (dapat
membedakan hal baik dan buruk) dan mengerti tentang syarat-syarat dan rukun
shalat, meskipun jamaah model demikian dihukumi makruh, sebab mau
bagaimanapun masih lebih utama orang yang sudah baligh yang seharusnya menjadi
imam, bukan anak kecil. Selain itu, hukum makruh ini dilandasi karena menurut tiga
mazhab yang lain selain Imam Syafi’i, bermakmum pada anak kecil pada shalat fardlu
dihukumi tidak sah. Keabsahan shalat dengan anak kecil ini berlaku dalam semua
shalat, baik itu shalat fardlu ataupun shalat Sunnah kecuali pada shalat Jumat saat
anak kecil menjadi imam dan termasuk dalam hitungan 40 orang yang dapat
mengabsahkan shalat jum’at, maka dalam keadaan demikian tidak boleh bagi anak
kecil untuk menjadi imam. Sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam kitab al-
Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah:
‫ يجوز اقتداء البالغ بالصبي المميز في الفرض إال في الجمعة فيشترط أن يكون بالغا إذا كان اإلمام من ضمن العدد‬: ‫الشافعية< قالوا‬
‫الذي ال يصح إال به فإن كان زائدا عنهم صح أن يكون صبيا مميزا‬
“Ulama Syafiiyah berpendapat “Orang yang sudah baligh diperbolehkan bermakmum
pada anak kecil yang sudah tamyiz dalam shalat fardlu, kecuali dalam permasalahan
shalat jum’at. Maka dalam mengimami shalat jum’at ini disyaratkan sudah baligh
ketika ia termasuk dalam hitungan 40 orang yang mana shalat jum’at menjadi tidak
sah tanpa bilangan ini. Ketika jumlah mereka (orang yang melaksanakan shalat
jum’at) lebih dari 40 maka boleh anak kecil yang telah tamyiz menjadi imam mereka”
(Syeikh Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah, juz 1, hal. 642)
Sedangkan hukumnya seseorang mengimami anak kecil yang belum baligh adalah
sama dengan mengimami orang lain yang sudah baligh, sebab dalam hal ini sudah
tidak ada lagi kemakruhan dalam shalat berjamaah. Sehingga shalat berjamaahnya
dianggap sebagai shalat berjamaah yang sempurna. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tentang wanita mengimami laki-laki, dalam keadaan bagaimanapun wanita
tidak diperkenankan mengimami laki-laki walaupun makmumnya adalah anak kecil
yang belum baligh, sebab shalat yang dilakukan oleh laki-laki yang bermakmum pada
wanita dihukumi tidak sah dan wanita yang menjadi imam dianggap tidak
melaksanakan shalat berjamaah ketika tidak ada makmum lain dari jenis wanita.
Demikian penjelasan tentang berjamaah dengan anak kecil ini, secara umum dapat
disimpulkan bahwa bermakmum pada anak kecil yang sudah tamyiz dan belum
baligh hukumnya adalah makruh dan shalatnya tetap sah dan dianggap sebagai
shalat berjamaah. Sedangkan hukum mengimami anak kecil yang masih belum
baligh sama saja dengan mengimami orang lain yang sudah baligh, tanpa adanya
kemakruhan. 

Anda mungkin juga menyukai