Anda di halaman 1dari 8

“KOMPETISI SOSIOLOGI 2021”

KARYA ESAY
Sistem Pendidikan Indonesia Tingkat Menengah Atas Atau Sederajat di era
Pandemi Covid-19

“BELAJAR ONLINE PADA MASA COVID -19 BERDAMPAK PADA


PISIKOLOGIS SISWA”

O
L
E
H

NAMA : SITI RUBIATUL AZIZAH


KELAS : X IPA
TAHUN : 2021
ASAL SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KURIPAN
“ PANDEMI COVID-19 YANG BERDAMPAK BAGI PISIKOLOGIS
SISWA”

Seperti yang kita ketahui Negara Indonesia telah mengalami masa sulit
tepatnya 2 tahun sudah kita lewati untuk melawan Virus Covid-19. Virus Covid-
19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-coV-2. Virus ini
pertama kali ditemukan di kota Wuhan China. Covid-19 masuk pertama kali ke
Indonesia pada tanggal 2 Maret 2019 sampai dengan saat ini. Semakin lama
semakin banyak varian Virus baru. Kondisi ini menyebabkan perubahan keadaan
sosial menjadi sangat berubah derastis tidak seperti tahun tahun sebelumnya.
Di era pandemi Covid-19 ini kita semua harus bisa menyesuaikan diri
dengan keadaan yang ada. Terutama kebijakan yang mengharuskan kita untuk
tetap berada di dalam rumah saja. Aktivitas sekarang banyak dilakukan secara
online karena adanya sistem lockdown yang dikeluarkan pemerintan pusat.
Kadaan ini merugikan banyak pihak terutama dalam Bidang Pendidikan. Selama
Covid-19 ini berlangsung selama itulah kegiatan belajar mengajar kita menjadi
terganggu.
Karena Covid-19 siswa belajar secara daring dan ada juga daerah atau
kota yang memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas dengan di
berlakukannya sistem shift atau sistem block. Mungkin bisa dikatakan belajar
secara daring ini adalah solusi satu satunya untuk tetap melangsungkan proses
pembelajaran. Namun lama kelamaan keadaan seperti ini (daring) terasa
menyulitkan karena waktu yang terbatas dalam kegiatan belajar.
Pada masa masa seperti ini banyak sekali kendala dan masalah yang akan
dialami baik oleh guru maupun siswa. Mulai dari guru yang harus mencari
alternatif pembelajaran yang unik dan selalu kreatif supaya siswa tidak mudah
bosan, dan siswa yang harus mengerti materi yang diberikan oleh guru sedangkan
jika tidak mengerti siswa harus bertanya kepada gurunya. Tapi tidak semua siswa
berani menanyakan hal tersebut entah karena gengsi, malu atau takut. Sehingga
kurangnya pemahaman terhadap materi akan membuat pengetahuan dan
keterampilan siswa menjadi rendah . Belum lagi alat komunikasi dan kuota yang
akan menjadi kendala untuk melakukan proses pembelajaran. Tidak semua
perekonomian orang tua setiap siswa itu bagus sehingga mereka memiliki alat
komunikasi (hendphone) dan kuota. Padahal HP dan kuota sangat diperlukan
sehingga jika tidak memiliki 2 hal ini kadang jika siswa tidak absen pada mata
pelajaran pada hari itu bisa dianggap Alpa (keterangan tidak hadir) padahal siswa
tidak absen karena tidak memiliki kuota bukan karena kesengajaan tidak absen.
Dari insiden akan mulai muncul rasa cemas karena tidak bisa mengikuti proses
pembelajaran sehingga siswa akut akan tertinggal materi dan tidak bisa
mengerjakan tugas yang diberikan. Mungkin jika hanya sekali tertinggal materi
tidak apa tapi jika dibiarkan saja tadinya yang merasa takut akan menjadi
kebiasaan dan pastinya rasa malas akan muncul pada diri kita. Dari sini tanpa kita
sadari pisikologis siswa sudah terganggu siswa akan mulai merasa takut akan
dimarahi guru karena tidak mengumpulkan tugas dan alasan lainnya yang lama
kelamaan itu akan menjadi masa bodoh bagi siswa.
Kesehatan mental sering kali dinomorduakan karena kebanyakan orang
lebih mengutamakan kesehatan fisik dan tidak mengetahui pentingnya kesehatan
mental.Padahal, keduanya sama-sama memiliki peran vital di dalam kehidupan
kita [ CITATION drR20 \l 1033 ].
Hal hal ringan jika terus di ulang ulang akan membuat motivasi belajar
menjadi rendah jika sudah begitu guru akan sulit bersosialisasi kepada siswanya
dengan baik karena pembentukan karakter siswa akan mulai sulit dikontrol oleh
guru karena tidak dapat bertemu secara langsung. Siswa yang mulai terganggu
pisikologisnya biasanya akan mulai tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya
dia akan hanya melakukan apa yang membuatnya senang dan merasa tenang tanpa
memikirkan apakah yang mereka lakukan itu hal yang positif atau negatif.
Kenapa remaja lebih rentan terkena gangguan pisikologis pada masa
pandemi ini? Ya, itu karena umumnya remaja merupakan masa perkembangan
serta masa peralihan antara anak anak ke masa dewasa yang mencangkup
perkembangan fisik,dan emosi. Masa remaja berlangsung antara usia 13-18 tahun.
Pada momen ini remaja sedang dalam proses mengembangkan ide dan
kemandiriannya, tetapi disaat yang sama mereka harus menghadapi tekanan
untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada.
Pada masa remaja ini emosi siswa sangat labil, mereka yang seharusnya
melakukan intraksi dengan teman sebayanya di sekolah malah harus tetap berada
dirumah saja itu membuat mereka tertekan karena mereka tidak bisa bermain dan
mereka akan bosan jika dirumah terus menerus . Belum lagi ditambah dengan
tekanan dirumah mereka.Mulai dari mereka yang dituntut untuk belajar yang rajin
mulai diragukan orang tuanya karena mereka belajar lewat daring mereka dikira
hanya meminta kuota untuk bermain sosial media saja. Itu akan menambah beban
pikiran mereka, mereka akan lebih merasa tidak percaya kepada dirinya sendiri
sehingga mereka akan mulai depresi dengan segala tekanan yang diterima.
Selain kecemasan, gangguan kepribadian dan prilaku juga akan ikut
terganggu. Banyak siswa yang akan memilih untuk menyendiri karena dia sudah
biasa dengan keadaan menyendiri sehingga siswa akan kesulitan bergaul dengan
teman sebayanya sehingga rasa canggung untuk bergaul akan menghambat
aktivitas sosial mereka. Kehidupan yang serba terbatas menjadikan anak
pemurung,malas untuk bergerak,serba bergantung kepada orang tuanya dan
menimbulkan pada kemalasan yang parah. Jika keadaan seperti ini terus saja
berlangung dan berlanjut maka bisa beresiko lebih parah Emosi yang tidak stabil
benar benar akan membuat siswa menjadi sangat setres.
Setelah mengalami beberapa gangguan pisikologis baik itu yang tadinya
ringan sampai dengan berat pikiran siswa juga akan ikut kacau hal hal yang
seharusnya tidak terlintas dipikiran mereka mereka malah memikirkannya.
Seperti siswa akan takut karena tidak mengumpulkan tugas tadinya mungkin
saja satu tapi lama kelamaan itu akan menumpuk. Tugas yang belum ia
selesaikan akan menjadi beban sehingga ia akan berpikir untuk tidak sekolah
saja, mereka berpikir dengan tidak sekolah mereka akan terbebas dari beban
mengerjakan tugasnya. Contoh lain, karena belajar daring siswa banyak yang
menikah dini kalimat ini sudah tidak asing karena sering kita lihat diberita dan
juga terjadi di lingkungan sekitar kita. Kenapa itu bisa terjadi? Ya itu karena
pemikiran serta emosi yang labil membuat mereka mengikuti hasrat senang yang
mereka rasakan. Banyak siswa yang berpacaran atau remaja diusia SMA adalah
dimana masa masa jatuh cinta sangat tidak asing. Jangakan siswa SMA siswa
SMP/MTS saja banyak yang berpikir menikah muda itu menyenangkan. Mereka
berpikir dengan menikah mereka bisa bersenang senang dengan pacar mereka
tanpa halangan dan batasan. Mereka juga berpikir bisa sepuasnya bersenang
senang semau mereka dari pada lelah mengikuti proses pembelajaran dan
mengerjakan tugas yang banyak.
Pemikiran pemikiran diatas sangatlah salah, memang ya masa remaja
adalah masa yang harus dinikmati dengan bersenang senang. Tapi jangan
melupakan bahwa di masa remaja itulah kita sebagai siswa harus menata masa
depan kita karena kalau bukan sekarang kapan lagi? karena itu semua bukanlah
untuk orang lain melainkan untuk diri kita sendiri.
Di keadaan seperti inilah guru dan orang tua memiliki peran yang sangat
penting. Guru merupakan orang penting yang harus memerhatikan kesehatan
mental siswanya guru harus bersabar dalam membimbing dan memberikan
pengertian terhadap siswa, mungkin guru akan menemukan banyak sekali
kendala selama proses pembelajaran secara daring dilakukan, namun guru harus
bersabar karena tidak semua siswa memiliki karakter yang sama sehingga dapat
mengontrol semua siswa dengan baik. Pasti ada saja siswa yang keras kepala dan
sangat sulit diatur. Guru memiliki kewajiban untuk mebentuk karakter siswa yang
baik. Guru bersikap tegas itu adalah hal yang wajar tapi jangan terlalu keras
karena tidak semua siswa dapat memahami bahwa tegasnya seorang guru demi
kebaikan mereka.
Guru dapat mengurangi resiko gangguan pisikologis pada siswa dengan
beberapa cara yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus bisa menyesuaikan diri baik itu di grup kelas maupun saat
zoom dilakukan buatlah keadaan menjadi asik supaya siswa menjadi lebih
terbuka sehingga mereka akan merasa nyaman dan mengikuti perintah
gurunya.
2. Guru menanyakan apakah siswa benar benar memahami materi dan
apakah mereka sanggup mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada siswa
yang kesulitan menjawab soal guru bisa membahas soal tersebut secara
bersama sama.
3. Fast respon dan sesekali mengajak siswa nya bercanda supaya susana
tidak terlalu tegang dan siswa merasa senang. Jangan terlalu jutek kepada
siswa sehingga mereka malas untuk mengikuti proses pembelajaran guru
tersebut.
4. Setiap guru memberikan ungkapan terimakasih ketika siswa sudah
mengumpulkan tugas mereka atau jika quiz tentang materi kemarin
diadakan dan ada siswa yang menjawab quiz tersebut berikanlah mereka
pujian itu semua bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa
karena berhasil menyelesaikan tanggung jawab mereka, itu juga akan
menjadi kebanggan dan kesenangan sendiri bagi siswa karena mereka akan
merasa kerja keras mereka dihargai.
5. Guru selalulah memberikan kata kata motivasi sebelum atau sesudah
proses pembelajaran, itu bertujuan untuk meningkatkan motivasi mereka
sehingga akan lebih bersemangat dalam belajar.
Tapi hal hal diatas tidak akan berlangsung jika siswa juga tidak
membantu peran tersebut. Kita sebagai siswa juga harus mengerti dengan
baik keadaan yang ada. Jangan hanya mau kita saja yang dimengerti tapi
kita juga sebagai siswa harus mengerti guru dan menghargai mereka.
Karena mereka juga lelah bahkan lebih lelah dari pada kita yang sebagai
siswa.
Selain guru orang tua memiliki peran yang amat sangat penting
bagi kesehatan mental siswa. Karena siswa lebih banyak menghabiskan
waktunya di rumah sehingga perhatiaan dan segala hal yang dilakukan
orang tua akan sangat berpengaruh. Orang tua adalah orang yang sangat
berharga bagi seorang anak jadi jika orang tuanya memberikan lebih
banyak perhatian mereka akan merasa lebih baik.
Tidak semua orang tua itu berpendidikan sehingga mereka akan
dapat membantu anaknya untuk mengerjakan tugas dan memahami materi
yang sulit. Sehingga orang tua hanya bisa mendukung mereka saja. Tapi
terkadang banyak orang tua yang tidak sadar mereka kadang kadang
mengeluarkan kata kata yang dapat membuat mental anaknya menjadi
down. Sehingga orang tua perlu memhami anaknya sendiri mereka perlu
memerhatikan anaknya dengan sangat intens sehingga jika anaknya
terlihat kelelahan dan setres karena belajar mereka bisa menghiburnya
atau mengajak anak nya bercanda. Orang tua juga perlu memberikan
anaknya pujian supaya semangat belajarnya menjadi meningkat.
Sesekali orang tua juga perlu menanyakan kesulitan yang anak nya
alami. Sehingga mereka dapat menceritakan keluh kesah yang mereka
alami dan itu semua bisa mengurangi beban perasaan mereka. Karena
setiap perlakuan lembut orang tua kepada anaknya akan sangat berdampak
membantu mereka berkembang dengan baik. Tidak semua orang tua dapat
meluangkan waktu untuk anaknya mereka berfikir mereka harus bekerja
keras untuk menafkahi keluarganya terutama untuk biaya sekolah anaknya
sehingga mereka melupakan bahwa anaknya juga butuh perhatian lebih
terutama pada kondisi saat ini.
Bisakah dampak pisikologis selama pandemi Covid-19 dapat
teratasi? Jawabannya ada ditangan kita sendiri dimulai dari bagaimana kita
menghadapinya, keberanian kita, dan bagaimana kita melihat sisi positif
dari keadaan ini. Jaga pikiran kita sebagai siswa untuk selalu optimis dan
sayangi diri kita supaya hal hal yang tidak di inginkan tidak terjadi.
kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Covid-19 ini sangat banyak
menimbulkan permasalahan, salah satunya dalam bidang pendidikan
terutama bagi pisikologis siswa.
Pembelajaran yang dilakukan secara online/daring mungkin solusi
di tengah keadaan pandemi ini, namun semua upaya ini belum
memperlihatkan hasil yang maksimal. Dalam pembelajaran daring ini
malah membuat pemahaman dan motivasi menjadi menurun drastis.
Karena kebanyakan siswa jika dirumah hanya bermalas malasan,tidur dan
bermain sosmed.
Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita semua bisa menjalani
aktivitas dengan normal kembali. Dan tentunya kita sebagai siswa sangat
berharap ini segera berakhir karena kita merindukan susana sekolah seperti
dulu dimana kita bisa berintraksi dengan teman, melakukan persentasi jika
ada kerja kelompok dan lebih leluasa untuk mendengar penjelasan guru
tentang materi sehingga jika kita tidak mengerti kita bisa bertanya
langsung. Maka dari itu mari kita buktikan bahwa kita adalah generasi
hebat dan pelajar hebat yang mampu melewati ini semua dengan baik.

“keadaan sulit tidak akan menyulitkanmu selagi kamu memiliki


kemauan dan keberanian untuk menghadapinya”

DAFTAR PUSTAKA

Friandhisiwi, A. F. (2021, Maret 31). Kesehatan Mental Siswa di Era Pandemi


Covid-19. Retrieved Oktober 21, 2021, from
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1182-kesehatan-
mental-siswa-di-era-pandemi-covid-19:
Utari, d. R. (2020, Agustus 28). Pentingnya Kesehatan Mental yang Tak Boleh
Diremehkan. Retrieved Oktober 21, 2021, from .sehatq.com:
https://www.sehatq.com/artikel/pentingnya-kesehatan-mental-yang-tak-boleh-
diremehkan
Pengaruh Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 bagi Psikologis Siswa
Sekolah Dasar | Rahma | EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai