Anda di halaman 1dari 10

No Jenis SDH Deskripsi

1. Satwa Liar
a. Orang utan Orang utan merupakan satu-satunya
(Pongo pygmaeus)
kera besar yang ada di Benua Asia, di

Indonesia hanya terdapat di sebagian

kecil kawasan di Pulau Sumatera dan

Kalimantan. Orangutan juga termasuk

dalam kategori endangered species,

serta di Indonesia dilindungi oleh

Peraturan Perlindungan Binatang Liar

No. 233 tahun 1931, Undang-undang

No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, serta Peraturan

Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang

Pengawetan Tumbuhan dan Satwa

(Rahman, D. A., 2010).


b. Kukang Jawa Kukang Jawa (Nycticebus javanicus)
(Nycticebus javanicus)
merupakan salah satu hewan primata

yang berkategori terancam punah

(critically endangered) menurut IUCN

(International Union for Conservation

of Nature and Natural Resources).

Spesies ini dikategorikan critically

endangered berdasarkan perpaduan

terus hilangnya hutan purba dan


degradasi yang masih berlanjut,

menjadikan habitat yang sesuai untuk

Kukang Jawa kurang dari 20% (dari

keseluruhan hutan yang ada) (Ardian,

F., dan Haryono, E. 2018)


c. Badak jawa Badak jawa (Rhinoceros sondaicus)
(Rhinoceros sondaicus)
merupakan spesies mamalia besar di

dunia yang paling terancam punah dan

hanya dapat ditemukan di Taman

Nasional Ujung Kulon (TNUK),

Provinsi Banten, Indonesia (Darda, M.,

2016).

d. Biawak air Biawak air (Varanus Salvator)


(Varanus Salvator)
merupakan golongan kadal besar famili

varanidae yang memiliki panjang total

tubuh 3 meter dan bobot tubuh lebih

dari 50 kg. Berdasarkan hbitat dan

makanannya, biawak air memiliki

kemungkinan tinggi terinfeksi oleh

parasit, salah satunya parasit intestinal

Duthiersia expansa, meskipun belum

ada laporan infeksi cacing Duthiersia

expansa pada manusia namun semua


jenis satwa mempunyai potensi

menularkan penyakit pada manusia

baik melalui kontak langsung maupun

maupun secara tidak langsung (Putri,

B. R., 2020).
e. Buaya (Crocodylidae) Buaya adalah hewan pemangsa yang

menduduki puncak rantai makanan

yang dapat memakan segala jenis

binatang. Kepunahan buaya akan

mengganggu keseimbangan ekosistem

dan berdampak pada peningkatan atau

penurunan jumlah populasi spesies lain.

Begitu seterusnya, hingga semua

spesies musnah dan berlanjut pada

kerusakan lingkungan. Di sisi lain

buaya juga memiliki manfaat ekonomi

bagi negara Indonesia (Diana, L.,

Ardianto, D. T., dan Srisanto, E. 2014)


f. Kadal (Lacertilia) Kadal merupakan kelompok reptil yang

termasuk dalam Sub Ordo Sauria.

Karakteristik umum dari Sub Ordo

Sauria adalah tubuh bersisik, licin,

lidah panjang, ekor panjang, dan

berkaki empat. Kadal hidup pada

berbagai jenis habitat. Beberapa hidup


di pepohonan, di atas tanah bahkan di

dalam tanah (Apriyanto, P., Yanti, A.

H., dan Setyawati, T. R., 2015).

g. Anoa pegunungan Anoa pegunungan merupakan satwa


(Bubalus quarlesi)
liar Sulawesi yang memiliki perilaku

hidup secara soliter, namun tidak

jarang juga dijumpai dalam kawanan

tiga sampai lima ekor. Anoa umumnya

hidup di hutan-hutan yang lebat, di

dekat aliran air atau sungai, danau,

rawa-rawa, sumber air panas yang

mengandung mineral dan di sepanjang

pantai (Arini, D. I. D., 2013).


h. Rusa (Cervidae) Rusa merupakan salah satu sumber

daya genetik yang ada di Indonesia.

Terdapat empat spesies rusa endemik di

Indonesia yaitu: rusa sambar (Cervus

unicolor), rusa timor (Rusa timorensis),

rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak

(Muntiacus muntjak). Rusa timor (Rusa

timorensis) termasuk jenis rusa yang


mudah beradaptasi dengan lingkungan

di luar habitatnya dibandingkan jenis

rusa lainnya (Maha, I. T., Manafe, R.

Y., Amalo, F. A., dan Selan, Y. N.,

2021).

i. Kerbau (Bubalus bubalis) Kerbau merupakan hewan Ruminansia

yang termasuk ke dalam famili

Bovidae, hal ini karena memiliki

tanduk berlubang, famili ini juga

meliputi sapi, domba, kambing dan

antilope. Kerbau sangat menyukai air

dan menghabiskan banyak waktu untuk

berendam dan berkubang. (Windusari,

Y., Hanum, L., Kamal, M., dan

Nofyan, E. 2016).
j. Kambing Kambing merupakan ternak ruminansia
(Capra aegagrus hircus)
kecil yang menduduki tempat tersendiri

dikalangan bangsa-bangsa di asia dan

afrika. Jumlah populasi kambing di asia

sekitar 225 juta ekor atau 49% dari

total populasi dunia. (Sarwono, B.,

1991).
KELOMPOK : VI (ENAM)

LOKASI : Kampus Lama, Program Studi Kehutanan Jurusan

Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan

HARI/TANGGAL : 11 April sampai 17 April 2021

Tabel 3.2 Jenis KEHATI Tingkat Spesies

No Jenis SDH Deskripsi


1. Fauna
Mamalia
1. Kucing Kucing (Felis catus) merupakan hewan
karnivora yang dapat ditemui hampir di
seluruh dunia karena kemampuan
beradaptasinya yang sangat baik.
Seiring perkembangan jaman, kucing
yang pada jaman dahulu dikenal
sebagai simbol religi, sekarang telah
menjadi pengontrol populasi tikus dan
juga salah satu hewan kesayangan
(Oktaviana, P. A., Dwinata, M., & Oka,
I. B. M. 2014).
2. Harimau Harimau merupakan salah satu spesies
langka yang populasinya termasuk
kedalam kategori terancam punah
(critically endangered). Di dalam
struktur piramida makanan, harimau
terletak paling atas atau dikenal dengan
top predator, sehingga keberadaannya
sangat rawan terhadap kepunahan
dibandingkan dengan jenis satwa lain
apabila kawasan hutan terpisah-pisah
menjadi blok-blok hutan kecil yang
tidak mampu mendukung populasi
hewan (Rambe, B. A., 2020)
3. Singa singa merupakan hewan liar yang
sangat kuat. Dengan tubuh yang besar,
otot yang kuat, gigi dan cakar yang
tajam serta insting membunuh yang
mematikan menjadikan singa sebagai
pemimpin di dalam dunia binatang.
Makna dari keberadaan singa adalah
kekuatan, keberanian, martabat,
kekuasaan, keadilan, kepemimpinan,
kebijaksanaan dan keganasan (Shokhif,
M. W., 2017).
Primata
1. Monyet ekor panjang Monyet ekor panjang merupakan salah
satu satwa penghuni hutan yang
memiliki arti penting dalam kehidupan
di alam. Umumnya monyet ekor
panjang ditemukan pada lokasi hutan
hujan tropis dengan iklim lembab dan
curah hujan tinggi. Di habitatnya
monyet ekor panjang dapat
menjalankan fungsi ekologisnya, yakni
sebagai penyemai biji tanaman buah
yang penting bagi konservasi jenis
tumbuhan. Selain itu monyet ekor
panjang juga sebagai pengendali
populasi serangga dengan cara
memangsanya (Subiarsyah, M. I.,
Soma, I. G., & Suatha, I. K., 2014).
2. Orang utan Orangutan merupakan satusatunya kera
besar yang ada di Asia dan hanya dapat
ditemukan di pedalaman hutan
Kalimantan dan Sumatera. Penyusutan
dan kerusakan kawasan hutan dataran
rendah yang merupakan habitat
orangutan saat ini telah mencapai titik
kritis. Kerusakan hutan akibat
perambahan hutan menjadi perkebunan
dan pemukiman, kebakaran hutan, dan
maraknya perburuan liar menyebabkan
populasi orangutan semakin menurun
(Suhandi, A. P., Yoza, D., dan Arlita,
T. 2015).
3. Tarsius Tarsius merupakan primata endemik
Indonesia yang keberadaannya semakin
memprihatinkan. Di Indonesia,
berdasar data morfologi yang didukung
vokalisasi dikenal ada 7 spesies tarsius,
yaitu T. bancanus (di Sumatra dan
Kalimantan), T. spectrum, T. dianae, T.
pumilus, T. sangiriensis dan T.
pelengensis (di Sulawesi) (Widayanti,
R., dan Solihin, D. D., 2010).
Aves atau burung
1. Burung hantu Burung hantu merupakan golongan
burung buas (karnivora, pemakan
daging) dan merupakan hewan malam
(nokturnal). Seluruhnya, terdapat
sekitar 222 spesies yang telah
diketahui, yang menyebar di seluruh
dunia kecuali Antartika, sebagian besar
Greenland, dan beberapa pulau-pulau
terpencil. Kebanyakan jenis burung
hantu berburu di malam hari, meski
sebagiannya berburu ketika hari
remang-remang di waktu subuh dan
sore (krepuskular) dan ada pula
beberapa yang berburu di siang hari
(Harsanti, A. D., 2017)
2. Burung bangau Burung bangau merupakan burung
pantai migran, migran atau migrasi
diturunkan dari kata migrat (latin) yang
berarti pergi dari satu tempat ketempat
yang lain dengan membelah angina
secara aerodinamis. Setiap tahun
burung bangau berpindah ke daerah
yang lebih hangat karena mereka
sangat rentan terhadap hawa dingin,
itulah mengapa ketika burung bangau
datang menandakan musim panas akan
segera tiba (Mahmudah, P. D., 2016).
3. Burung merpati Burung merpati (Columba livia)
merupakan salah satu kelompok aves
bertulang belakang (vertebrata) yang
mempunyai sayap dan bulu mayoritas
aktivitasnya ialah terbang. Burung
merpati ini mempunyai kelebihan-
kelebihan unik dari pada jenis burung
lainnya, yaitu mempunyai kemampuan
mengingat lokasi sangat baik serta
burung ini juga mempu terbang hingga
65-80 km/jam, dalam satu hari burung
merpati dapat terbang sejauh 965 km
(Dahrun, M., Langoy, M. L., dan
Wahyudi, L., 2019).
4. Burung maleo Burung maleo (Macrocephalon maleo)
merupakan salah satu burung endemik
Sulawesi yang dilindungi. Burung ini
menggunakan panas bumi (geothermal
heat) dan panas sinar matahari (solar
radiation) untuk mengerami telurnya
(Budiarsa, I. M., Artama, I. W. T.,
Sembiring, L., & Situmorang, J. 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviana, P. A., Dwinata, M., & Oka, I. B. M. (2014). Prevalensi infeksi cacing
Ancylostoma spp pada kucing lokal (Felis catus) di kota Denpasar. Buletin
Veteriner Udayana.

Rambe, B. A. (2020). Karakteristik Distribusi Spasial dan Analisis Pakan Satwa


Mangsa Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Seksi Pengelolaan
Taman Nasional (Sptn) Vi Besitang, Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL).

Shokhif, M. W. (2017). Singa sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Kriya


Kayu. Jurnal Seni Rupa, 5(01): 1-8

Subiarsyah, M. I., Soma, I. G., & Suatha, I. K. (2014). Struktur populasi monyet
ekor panjang di kawasan pura batu pageh, ungasan, badung, bali. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus, 3(3), 183-191.

Suhandi, A. P., Yoza, D., & Arlita, T. (2015). Perilaku harian orangutan (Pongo
pygmaeus Linnaeus) dalam konservasi ex-situ di kebun binatang Kasang
Kulim kecamatan Siak Hulu kabupaten Kampar Riau (Doctoral dissertation,
Riau University).

Widayanti, R., & Solihin, D. D. (2010). Kajian penanda genetik Tarsius bancanus
dan Tarsius spectrum dengan sekuen D-Loop parsial DNA
mitokondria. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 12(3), 170-176.

Harsanti, A. D. (2017). Taman Wisata Edukatif Dan Penangkaran Burung Hantu


Di Demak Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).

Mahmudah, P. D. (2016). Burung Bangau Dalam Batik Sutera Warna


Alami (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

Dahrun, M., Langoy, M. L., & Wahyudi, L. (2019). Karakteristik Gaya


Aerodinamika Pada Burung Merpati (Columba Livia). Pharmacon, 8(3):
679-685.

Budiarsa, I. M., Artama, I. W. T., Sembiring, L., & Situmorang, J. (2019).


Analisis filogenetik burung maleo (Macrocephalon maleo) berdasarkan
sekuen intron satu gen rhodopsin (RDP1) nukleus. Biota: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Hayati, 15(2): 160-166.
Maha, I. T., Manafe, R. Y., Amalo, F. A., dan Selan, Y. N. 2021. Karakteristik
Morfologi Rusa timor (Rusa timorensis) dengan Pemeliharaan Ex Situ di Kota
Kupang. Acta Veterinaria Indonesiana, 9(1): 1-13.

Windusari, Y., Hanum, L., Kamal, M., dan Nofyan, E. 2016. Potensi dan Habitat
Kerbau Rawa. Palembang: NoerFikri.

Sarwono, B. 1991. Beternak kambing unggul. Niaga Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai