Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Secara umum Reformasi berasal dari bahasa latin. Re (kembali) dan formare
(membentuk) yang dimaksud adalah membentuk struktur ulang pola kehidupan
masyarakat. Secara khusus, reformasi merupakan sejarah bangsa Barat untuk
melakukan pembaharuan dan semangat baru dalam kehidupan keimanan umat
katolik. Gerakan reformasi gereja muncul setelah para pemimpin gereja melakukan
kegiatan yang tidak sesuai dengan ajaran kitab injil. Salah seorang tokoh yang
mengancam kebijakan gereja adalah seorang pastor yang merangkap guru besar di
Universitas Wittenberg di Sachesen (Jerman) bernama Martin Luther pada abad ke
16. Didukung oleh John Calvin, Veter Valdes dari Perancis, Jan Huss dari Bomemia
dan John Wycliffe dari Inggris. Akibat reformasi gereja dalam agama Nasrani muncul
kelompok aliran baru yang disebut prostestan. Selanjutnya muncul gerakkan kontra
reformasi yang kemudian berlanjut terjadi perang antar agama antara negara penganut
protestan dan katolik.
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara
cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam
revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Sedangkan
Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan
ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah
bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja
manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin. Istilah "Revolusi
Industri" diperkenalkan olehFriedrich Engels dan LouisAuguste Blanqui di
pertengahan abad ke-19.
Peristiwa-peristiwa Penting di Eropa dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan
Masyarakat Indonesia Kolonialisme dan imperisalisme merupakan dua istilah yang
sangat erat hubungannya dengan sejarah bangsa Indonesia. Kedua istilah ini
mengandung pengertian yang sama yaitu penjajahan suatu bangsa/negara terhadap
bangsa/negara lain. Adapun berbedaannya adalah dalam hal cara dan tujuannya.
Kolonialisme bertujuan memperluas wilayah dengan cara memindahkan penduduk.
Sedangkan imperialisme bertujuan menanamkan pengaruh ekonomi, politik dan
ideologi suatu negara dengan cara agresi militer, monopoli perdagangan dan
kampanye ideologi. Peristiwaperistiwa penting terjadi di Eropa yang berakibat
tumbuh dan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme. Bangsa Eropa (Barat)
menjelma menjadi pelaku dan bangsa yang berada disebelah Timur menjadi objek
sasarannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi revolusi industri 4.0?
2. Apa manfaat dan tantangan platform revulusi industry 4.0?
3. Langkah langkah indonesia menghadapi revolusi industri 4.0?
4. Jelaskan sejarah revolusi industri 4.0?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi revormasi industry 4.0
2. Untuk mengetahui manfaat dan tantangan platform revolusi industry 4.0
3. Untuk mengetahui langkah langkah Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0
4. Untuk mengetahui sejarah revolusi industry 4.0
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Definisi revolusi industry 4.0


Revolusi industri 4.0 merupakan perubahan fundamental di bidang industri
yang telah memasuki era baru. Gelombang keempat dari perjalanan dan
perkembangan revolusi industri. Sebab itulah disebut dengan revolusi industri 4.0.
Secara sederhana, revolusi industri 4.0 dapat dipahami sebagai perkembangan
teknologi pabrik yang mengarah pada otomasi dan pertukaran data terkini secara
mudah dan cepat yang mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala (internet of
things), komputasi awan (cloud computing), dan komputasi kognitif. Otomasi sendiri
merupakan sebuah teknik penggunaan mesin yang disertai dengan teknologi dan
sistem kontrol guna mengoptimalkan produksi dan pengiriman barang serta jasa.
Dalam teknik ini, peran tenaga kerja manusia tak lagi mendominasi, karena kerja
mesin-mesin robotik mampu bekerja lebih cepat dengan hasil yang lebih baik dalam
kuantitas maupun kualitas. Di era revolusi industri 4.0, akan banyak bermunculan
pabrik cerdas berstruktur modular dengan sistem siber-fisik yang mengawasi proses
produksi fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat atau
mengambil keputusan yang tidak tersentralisasi. Bagaimana bisa? Teknologi internet
untuk segala (internet of things) memungkinkan siber-fisik saling berkomunikasi dan
bekerja sama dengan manusia secara sinergis. Sementara komputasi awan (cloud
computing) memungkinkan layanan internal dan lintas organisasi atau perusahaan
tersedia dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam rantai nilai.
Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam pameran
industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Dari peristiwa ini
juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan “Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma
dikenal dengan nama “Revolusi Teknologi” dan “Revolusi Digital”. semua revolusi
itu terjadi menggunakan revolusi sebelumnya sebagai dasar. Industri 2.0 takkan
muncul selama kita masih mengandalkan otot, angin, dan air untuk produksi. Industri
3.0 intinya meng-upgrade lini produksi dengan komputer dan robot. Jadi, industri 4.0
juga pasti menggunakan komputer dan robot ini sebagai dasarnya.  kemajuan yang
paling terasa adalah internet. Semua komputer tersambung ke sebuah jaringan
bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan
kita, makanya kita jadi punya smartphone. Bukan cuma kita tersambung ke jaringan
raksasa, kita jadinya SELALU tersambung ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian
pertama dari revolusi industri keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer
yang ada di pabrik itu tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di lini
produksi bisa langsung diketahui SAAT ITU JUGA oleh pemilik pabrik, di manapun
si pemilik berada
2.2. Manfaat dan tantangan ptaltform revolusi industry 4.0
Seperti yang kita tahu bahwa saat ini kita tengah berada di era Revolusi
Industri Ke-4 (Industry 4.0). Dimana era ini diwarnai oleh kecerdasan buatan
(artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil
otomatis, inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial yang
akan mengakibatkan dampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan dan politik.
 Berikut ini 3 manfaat platform digital di Era Revolusi Industri 4.0:
1. Inovasi
Munculnya model-model bisnis baru tidak lepas dari kemampuan para inovator untuk
merancang strategi lewat platform digital. Di Indonesia sendiri, inovasi digital yang
terjadi tidak hanya di dunia ritel, tapi juga di bidang pendidikan, katering, kesehatan,
bahkan di dunia hukum. Semakin banyak orang yang berpartisipasi, maka akan
timbul persaingan sehat yang berdasarkan inovasi, sehingga memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.
2. Inklusivitas
Lewat platform digital, segala macam layanan dapat dengan mudah menjangkau
banyak orang di berbagai daerah. Hasilnya, terjadi inklusivitas yang menguntungkan
orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari daerah metropolitan, sehingga mereka
turut menikmati layanan digital.
3. Efisiensi
Tentu dengan berkembangnya inovasi platform digital, otomatis akan ada efisiensi,
baik dari segi manufaktur maupun pemasaran. Hal ini tentunya memerlukan
kecerdasan dari pebisnis untuk mengoptimalkan strategi mereka di dunia digital. Jika
ada manfaat yang diperoleh dari platform digital di Era Revolusi Industri 4.0 pasti
ada tantangan yang akan dihadapi.

 Berikut ini tantangan platform digital di Era Revolusi Industri 4.0:


1. Masalah Kendali

Ekonomi digital yang mengendalikan masyarakat pastinya mempengaruhi perilaku


publik yang tadinya masyarakat belanja ke toko ritel, saat ini mulai beralih ke belanja
online. Aspek sosial dan kultural seperti ini juga perlu mendapatkan perhatian dari
pihak seperti pemerintah maupun masyarakat agar toko ritel tidak banyak yang
berguguran satu persatu.
2. Ketidaksetaraan
Di antara semua hal positif, kehilangan pekerjaan karena digantikan robot atau semua
pekerjaan saat ini bisa dikerjakan oleh sebuah sistem adalah momok yang paling
mengerikan. Otomatisasi yang disebabkan Revolusi Digital 4.0 perlu disikapi dengan
serius agar masyarakat dapat menyiapkan skill untuk ke depannya sehingga angka
pengangguran di Indonesia bisa ditekan.
3. Kompetisi
Kompetisi yang tidak sehat patut diwaspadai. Contoh, bila ada satu platform yang
melakukan monopoli, dikhawatirkan akan tidak adanya check and balance. Bila satu
platform terlalu mendominasi, maka pengguna tidak dapat melakukan pilihan layanan
yang paling cocok untuk mereka.
2.3. Langkah langkah indonesia menghadapi revolusi industri 4.0
Pemerintah teleh menetapkan 10 langkah prioritas nasional dalam upaya
dalam mengimplementasikan peta jalan Making Indonesian 4.0 Dari strategi tersebut,
di yakini dapat mempercepat pembangunan industri manukfatur nasional agar lebih
berdaya saing global di tengah era digital saat ini. “Revolusi industry keempat tidak
bias kita kita hindari. Untuk menghadapinya, sudah ada roadmap yang terintegrasi
sehingga dalam mengembankan industri manukfatur kita ke depan punya arah yang
jela.
Ada sepuluh langkah Indonesia menghadapi industri 4.0:
 pertama adalah perbaikan alur aliran barang dan material. Upaya ini
akan memperkuat produksi lokal pada sektor hulu dan menengah melalui
peningkatan kapasitas dan percepatan adopsi teknologi.
  Kedua adalah mendesain ulang zona industri. Dari beberapa zona industri yang
telah dibangun di penjuru negeri, Indonesia akan mengoptimalkan kebijakan
zona-zona industri tersebut dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor
industri yang menjadi fokus dalam Making Indonesia 4.0.
 Ketiga adalah  mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. Indonesia melihat
tantangan keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan industri
nasional, seperti yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan
energi terbarukan.
 Keempat adalah  memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hampir 70 persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM. Upaya
kelima, yaitu membangun infrastruktur digital nasional. Indonesia akan
melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk internet
dengan kecepatan tinggi dan meningkatkan kemampuan digital.
 Keenam, menarik minat investasi asing. Hal ini dapat mendorong transfer
teknologi ke perusahaan lokal.
 Ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut
Menperin, SDM adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan pelaksanaan
Making Indonesia 4.0. “Indonesia berencana untuk merombak kurikulum
pendidikan dengan lebih menekankan pada Science, Technology, Engineering,
the Arts, dan Mathematics  (STEAM), serta meningkatkan kualitas sekolah
kejuruan,”
 Kedelapan, pembangunan ekosistem inovasi. Pemerintah akan mengembangkan
cetak biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan percontohan pusat inovasi dan
mengoptimalkan regulasi terkait, termasuk di antaranya yaitu perlindungan hak
atas kekayaan intelektual dan insentif fiskal untuk mempercepat kolaborasi lintas
sektor diantara pelaku usaha swasta atau BUMN dengan universitas.
 Kesembilan, insentif untuk investasi teknologi. Pemerintah akan mendesain ulang
rencana insentif adopsi teknologi, seperti subsidi, potongan pajak perusahaan, dan
pengecualian bea pajak impor bagi perusahaan yang berkomitmen untuk
menerapkan teknologi industri 4.0. Dan, langkah
  kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan. Indonesia berkomitmen
melakukan harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing
industri dan memastikan koordinasi pembuat kebijakan yang erat

antara kementerian dan lembaga terkait dengan pemerintah daerah..


2.3 Sejarah revolusi industri 4.0
Revolusi Industri sendiri awalnya bermula dari Britania Raya, sebelum
akhirnya menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke
seluruh dunia. Saat itu, proses produksi atau jasa yang awalnya sulit, memakan waktu
lama, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit berubah menjadi lebih mudah, lebih
cepat, dan lebih murah.
Jika dihubungkan dengan konsep ekonomi, yang membicarakan upaya
manusia dalam menghadapi kelangkaan, konsep Revolusi Industri adalah salah satu
cara untuk mengatasinya. Bahkan dengan adanya konsep ini, resiko kelangkaan
tersebut dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan. Dengan begitu, sebagaimana
dilansir dari laman binus.ac.id, tenaga, waktu, dan biaya yang sebelumnya cukup
besar dibutuhkan, bisa ditiadakan, dikurangi atau dialihkan ke hal lainnya.
Revolusi Industri 4.0 mulai dicetuskan pertama kali oleh sekelompok
perwakilan ahli berbagai bidang asal Jerman, pada tahun 2011 lalu di acara Hannover
Trade Fair. Dipaparkan bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana
proses produksi mulai berubah pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan
ini dan tidak lama menjadikan gagasan ini sebuah gagasan resmi. Setelah resminya
gagasan ini, pemerintah Jerman bahkan membentuk kelompok khusus untuk
membahas mengenai penerapan Industri 4.0 .
Pada 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di
acara World Economic Forum (WEF). Jerman sendiri menggelintirkan modal sebesar
€200 juta untuk menyokong akademisi, pemerintah, dan pebisnis untuk melakukan
penelitian lintas akademis mengenai Revolusi Industri 4.0. Tidak hanya Jerman yang
melakukan penelitian serius mengenai Revolusi Industri 4.0, namun Amerika Serikat
juga menggerakkan Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah
organisasi nirlaba yang terdiri dari produsen, pemasok, perusahaan teknologi,
lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium yang memiliki tujuan untuk
memajukan cara berpikir di balik Revolusi Industri 4.0.
Saat ini kita berada di zaman dimana Revolusi Industri 4.0 baru saja dimulai.
Lalu. seperti apa sebenarnya Revolusi Industri 4.0? Revolusi Industri 4.0 menerapkan
konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia
dalam pengaplikasiannya. Dimana hal tersebut merupakan hal vital yang dibutuhkan
oleh para pelaku industri demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya. Penerapan
Revolusi Industri 4.0 di pabrik-pabrik saat ini juga dikenal dengan istilah Smart
Factory. Tidak hanya itu, saat ini pengambilan ataupun pertukaran data juga dapat
dilakukan on time saat dibutuhkan, melalui jaringan internet. Sehingga proses
produksi dan pembukuan yang berjalan di pabrik dapat termotorisasi oleh pihak yang
berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet.
Bila kita melihat kembali Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal
dari era digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang Elektronik dan
Teknologi Informasi. Ada perdebatan apakah Revolusi Industri 4.0 cocok disebut
sebagai sebuah revolusi industri atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan
dari Revolusi Industri 3.0. Namun nyatanya, perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke
Revolusi Industri  4.0 sangat signifikan, hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada
di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Para ahli meyakini era ini merupkana
era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi baru di Industri
4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical
Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin
pintar. Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of
Things.
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara
cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam
revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Sedangkan
Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan
ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah
bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja
manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin.
DAFTARPUSTAKA

Balasingham, K. (2016). Industry 4.0: Securing the Future for German Manufacturing
Companies. Master's Thesis. University of Twente. Bonekamp, L., & Sure, M.
(2015). Consequences of Industry 4.0 on human labour and work organisation. J.
Bus. Media Psychol, No.6, pp.33-40.
Burnham, J. F. (2006). Scopus database: a review. Biomedical digital libraries, 3(1),
p.1. Davies, R. (2015). Industry 4.0 Digitalisation for productivity and growth.
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRI
E/2015/568337/EPRS_BRI(2015)568337_EN.pdf, Diunduh pada 11 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai

  • KUYY
    KUYY
    Dokumen10 halaman
    KUYY
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • CCCCCCC
    CCCCCCC
    Dokumen2 halaman
    CCCCCCC
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • ANTUYY
    ANTUYY
    Dokumen5 halaman
    ANTUYY
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Kasih Beda-Beda JG Dih..wkwkw
    Kasih Beda-Beda JG Dih..wkwkw
    Dokumen4 halaman
    Kasih Beda-Beda JG Dih..wkwkw
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Cover Cuy
    Cover Cuy
    Dokumen2 halaman
    Cover Cuy
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Makalah Revoemasi
    Makalah Revoemasi
    Dokumen10 halaman
    Makalah Revoemasi
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • HIDUPSEHAT
    HIDUPSEHAT
    Dokumen9 halaman
    HIDUPSEHAT
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Metabolism e
    Metabolism e
    Dokumen12 halaman
    Metabolism e
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Matriks Dasar
    Matriks Dasar
    Dokumen12 halaman
    Matriks Dasar
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Tumbuhan
    Metabolisme Tumbuhan
    Dokumen11 halaman
    Metabolisme Tumbuhan
    Freefire Gameburik
    Belum ada peringkat