Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

Jurnal Pendidikan Biologi


Journal of Biology Education
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JPB
eISSN: 2502-3810 pISSN: 2086-2245

Profil Keterampilan Regulasi Metakognisi Ditinjau dari Strata Angkatan


Mahasiswa Pendidikan Biologi
Roisyah Ashshaddiqah Suwandi, Amelia Happy Beauty, Avis Alfara, Fattahu Husna
Nurisma, Sulis Pujiyanti, Baskoro Adi Prayitno*

Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami
No.36 A Kota Surakarta, Jawa Tengah

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Histori Artikel This research aims to determine the profile of metacognition regulation
Received 26 September 2019 skills and determine the differences in metacognition regulation skills of
Revised 28 Januari 2020 Biology Education students at one of the Universities in Surakarta based
Accepted 4 April 2020 on the strata of the class. This research method uses a survey method.
Published 30 September 2020 The research population was Biology Education students at one of the
Universities in Surakarta consisting of 4 classes totaling 240 students.
The research sample was obtained by stratified random sampling
technique as much as 30% of the population, namely 18 students per
Keywords: class. The research data was obtained through a questionnaire that
Metacognitive Awareness referred to the Metacognitive Awareness Inventory (MAI) with
Inventory, indicators of Metacognitive Regulations, including Planning,
Metacognition skill, Information Strategy, Monitoring, Coordination Errors, Understanding
Metacognition regulation Strategies, and Evaluation. Analysis of research data was carried out in
quantitative descriptive and ANAVA test. The results of the research
showed that the profile of metacognition regulation skills in each class
averaged 79.51% with a well-developed category. The profile of the 2015
metacognition regulation skills is 77.80% with a category that has
developed well, the 2016 class is 82.48% with a category that has
developed well, the 2017 class is 79.81% with a well-developed category,
and 2018 is 79, 97% with a well developed category. Skill in regulating
metacognition of Biology Education students in Surakarta in 2018/2019
has developed well. The 2016 Biology Education students have the
highest average metacognition skills with a score of 82.48%. ANAVA
test results showed no difference in metacognitive regulation for each
class with a significance value of 0.054.

Copyright © 2020 Universitas Negeri Medan. Artikel Open Access dibawah


lisensi CC-BY-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0)

How to Cite
Suwandi, R. A., Beauty, A. M., Alfara, A., Nurisma, F. H., Pujiyanti, S., Prayitno, B. A. (2020). Profil
Keterampilan Regulasi Metakognisi Ditinjau dari Strata Angkatan Mahasiswa Pendidikan Biologi. Jurnal
Pendidikan Biologi, 9(1), 1-10.

Korespondensi Author: baskoro_ap@uns.ac.id (Prayitno)


DOI: https://doi.org/10.24114/jpb.v9i1.12011
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

PENDAHULUAN ada hubungannya dengan pola pikir seorang


siswa menyangkut dirinya sendiri dan
Keterampilan yang digunakan pada abad kemampuannya dalam menguasai strategi
21 harus relevan terhadap 4 pilar kehidupan belajar secara tepat Menurut Concepción
antara lain : learning to know, learning to do, (2004), metakognitif terdiri dari pengetahuan
learning to be dan learning to live together. Prinsip- metakognitif (metakognitive knowledge) dan
prinsip tersebut perlu dikembangkan melalui pengalaman atau pengaturan metakognitif
kegiatan belajar, seperti kemampuan dalam (metakognitif experience or regulation) pada suatu
pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir aktivitas kognitif seseorang dalam proses
metakognisi, berkomunikasi, berkolaborasi, belajarnya. Peserta didik yang kemampuan
kreasi dan inovasi, literasi informasi, dan lain- metakognisi berkembang dan diasah secara
lain (Pertiwi, et al., 2018). Pendapat lain sengaja dalam aktivitas pembelajarannya
menyatakan bahwa terdapat 10 keterampilan dapat menjadikan dirinya sebagai pembelajar
yang harus dimiliki oleh siswa abad 21, antara yang mandiri.
lain: keterampilan berpikir kritis, memimpin, Paidi (2009) dalam Wibowo, Widowati,
komunikasi, kolaborasi, adaptasi, produktifi- & Krisnawati (2012) melakukan penelitian
tas, akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan, mengenai kemampuan metakognisi
jiwa entrepreneurship, kemampuan mahasiswa di Pendidikan Biologi Universitas
mengakses, mensintesis, menganalisis Negeri Yogyakarta dan hasilnya menunjukkan
informasi (Barry, 2012). bahwa kemampuan metakognisi mahasiswa
Menurut Assessment and Teaching of 21st Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Century Skills (ATC21S), keterampilan abad Yogyakarta tergolong berkembang baik
terbagi menjadi 4 kategori, yaitu way of dengan skor kemampuan metokognisi sebesar
thinking, way of working, tools for working dan 70,95%. Mazancieux et al. (2016) melakukan
skills for living in the world (Griffin, et al., 2012). penelitian untuk mengetahui pola
Pada poin Way of thinking mencakup inovasi, keterampilan berpikir kritis dan metakognitif
kreativitas, berpikir kritis, memecahkan mahasiswa di Program Studi Pendidikan
masalah, dan membuat keputusan. Way of Biologi Universitas PGRI Semarang yang
working mencakup keterampilan komunikasi, menunjukan bahwa keterampilan metakognitif
kolaborasi dan kerjasama tim. Tools for working mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
mencakup kesadaran global dan lokal, Universitas PGRI Semarang tergolong cukup
pengembangan hidup, karir, dan rasa baik, yaitu memiliki skor sekitar 66.74%. Baik
tanggung jawab pribadi serta sosial, sedangkan mahasiswa Pendidikan Biologi UNY maupun
skills for living in the world mencakup Universitas PGRI Semarang, keduanya
ketrampilan mencari literasi informasi, menunjukan hasil yang cukup baik, namun
teknologi informasi, komunikasi, kemampuan untuk level mahasiswa dengan perkembangan
belajar dan bekerja melalui sosial digital. kemampuan berpikir tingkat tinggi serta
Metakognisi merupakan istilah yang tuntutan abad 21, seharusnya keterampilan
meliputi apa yang diketahui oleh seorang metakognitif mahasiswa dapat lebih tinggi.
siswa tentang diri sendiri sebagai seorang Kemampuan metakognisi diperlukan
pelajar yang belajar dan bagaimana cara dia untuk memastikan seseorang memiliki
mengatur dan menyesuaikan perilakunya cognitive control dan self regulatory yang
(Suherman, 2003). Menurut Schoenfeld di membuat proses merancang strategi terbaik
dalam (Budi et al., 2017), metakognisi tersebut dalam memilih, mengingat, mengenali

2
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

kembali, mengorganisasi informasi yang mengetahui keterampilan regulasi metakognisi


dihadapinya, serta dalam menyelesaikan yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan
masalah menjadi lebih baik lagi (Asmarani, Biologi di salah satu Universitas di Surakarta
2016). Berfikir metakognitif memastikan Tahun Pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 4
bahwa individu mampu menyusun makna strata angkatan.
informasi (Hall, 2008). Mahasiswa yang
mampu memanajemen metakognisi dengan METODE
baik, mampu menunjukkan performa belajar
yang baik pula. Individu mampu Jenis penelitian ini adalah penelitian
memanajemen metakognisi sehingga dapat deskriptif kuantitatif dengan metode survei.
mempengaruhi komunikasi mereka. Populasi penelitian adalah mahasiswa
Kemampuan tersebut antara lain: (a) individu Pendidikan Biologi di salah satu Universitas di
dapat memahami bahwa mereka mempunyai Surakarta yang terdiri dari 4 angkatan dengan
pikiran dengan kapasitas untuk berpikir luar jumlah mahasiswa tiap angkatan 2015
biasa secara sadar yang dapat mereka sebanyak 58 mahasiswa, 2016 sebanyak 60
kembangkan; (b) individu dapat lebih efisien mahasiswa, 2017 sebanyak 57 mahasiswa, dan
dalam berpikir tentang pikiran mereka jika 2018 sebanyak 65 mahasiswa sehingga total
mereka memandang proses mental yang mahasiswa 4 angkatan adalah 240 mahasiswa.
mereka miliki merupakan keterampilan- Sampel penelitian diperoleh dengan teknik
keterampilan yang dapat mereka latih; dan (c) stratified random sampling dengan menggunakan
pada kehidupan sehari-hari, individu dapat strata angkatan mahasiswa. Sampel penelitian
mempraktikkan dengan tekun menggunakan diambil sebanyak 30% dari populasi yaitu 72
keterampilan pikiran untuk mempengaruhi mahasiswa dengan tiap angkatan diambil
komunikasi mereka. Berdasarkan pernyataan secara acak sejumlah 18 mahasiswa.
tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui Keterampilan regulasi metakognisi diukur
manajemen metakognisi maka mahasiswa menggunakan (Metakognitive Awareness
mampu menyadari bahwa mereka mempunyai Inventory/ MAI) yang diadaptasi dari Schraw
potensi untuk memproduksi pikiran-pikiran dan Dennison (1994) dengan indikator
yang luar biasa, mampu melatih keterampilan regulasi metakognisi, meliputi planning,
berpikir sehingga lebih efisien, dan mampu strategi informasi, monitoring, strategi
memproduksi kegiatan belajar dengan koordinasi kesalahan pemahaman, dan
performa maksimal dalam mempelajari materi evaluasi. Soal MAI terdiri atas 35 butir
mata kuliah (Nelson-Jones, 2015). pernyataan dengan kriteria skor 0-20
Berbagai penelitian di atas menunjukkan menunjukan keterampilan regulasi
bahwa metakognisi memegang peran yang metakognisi belum berkembang, skor 21-40
sangat penting dalam aktivitas pembelajaran menunjukan keterampilan regulasi
mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. metakognisi masih sangat beresiko, skor 41-60
Melalui kegiatan pengaturan diri, refleksi menunjukan keterampilan regulasi
terhadap kelemahan dan kekuatan atas apa metakognisi mulai berkembang, skor 61-80
yang telah dilakukan serta strategi menunjukan keterampilan regulasi
pembelajaran yang telah diupayakan, maka metakognisi berkembang baik dan skor 81-100
mahasiswa akan mampu meningkatkan menunjukan keterampilan regulasi
kualitas proses maupun hasil belajar. Oleh metakognisi berkembang sangat baik.
karena itu, tujuan penelitian ini adalah Prosedur pengambilan data dilakukan dengan

3
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

pembagian soal pada masing-masing Pendidikan Biologi angkatan 2015 memilki


mahasiswa dengan waktu pengerjaan 15 skor kemampuan regulasi metakognisi yang
menit. paling rendah dibandingkan angkatan 2016,
Analisis data penelitian dilakukan secara 2017 dan 2018 sehingga dapat dilihat bahwa
deskriptif kuantitatif dan ANAVA. Analisis mahasiswa angkatan Pendidikan Biologi 2015
deskriptif kuantitatif digunakan untuk kurang mampu menyelesaikan masalah
mengetahui profil keterampilan regulasi dibanding mahasiswa Pendidikan Biologi
metakognisi mahasiswa. Analisis ANAVA angkatan 2016, 2017 dan 2018.
digunakan untuk mengetahui perbedaan Secara keseluruhan, angkatan 2016
keterampilan regulasi metakognisi pada 4 memiliki kemampuan regulasi metakognisi
strata angkatan mahasiswa. Perhitungan yang sangat berkembang baik. Angkatan 2016
statistik dilakukan menggunakan aplikasi dengan jumlah sebanyak 60 mahasiswa,
SPSS versi 16.0 programs for windows dengan diambil sampel mahasiswa sebanyak 18 orang
menggunakan taraf signifikansi 5 %. yang mewakili angkatan 2016. Rata-rata skor
kemampuan regulasi metakognisi mahasiswa
HASIL DAN PEMBAHASAN angkatan 2016 adalah 82,41%. Angkatan 2016
yang memiliki skor kemampuan regulasi
Profil Keterampilan Regulasi Metakognisi metakognisi tertinggi dibanding dengan
Berdasarkan penelitian yang telah angkatan 2015, 2017 dan 2018. Hal ini dapat
dilakukan menggunakan angket regulasi menunjukkan bahwa mahasiswa Pendidikan
metakognisi pada mahasiswa pendidikan Biologi angkatan 2016 menyadari akan
biologi angkatan 2015, 2016, 2017, dan 2018, pentingnya berpikir dan pentingnya kesadaran
didapatkan hasil disajikan pada Tabel 1. untuk mengatur proses berpikirnya. Foong
Total skor kemampuan regulasi (2002) berpendapat bahwa kemampuan
metakognisi yang diperoleh mahasiswa regulasi metakognisi merupakan kemampuan
Pendidikan Biologi di salah satu Universitas di menyelesaikan masalah sehingga mahasiswa
Surakarta untuk semua angkatan termasuk yang memiliki kemampuan metakognisi dan
dalam kategori berkembang baik. Pada proses berpikir yang baik cenderung memiliki
angkatan 2015 dengan jumlah mahasiswa 58 kemampuan menyelesaikan masalah dengan
mahasiswa, diambil sampel sebanyak 18 baik. Data yang diperoleh dimenunjukkan
mahasiswa yang mewakili angkatan 2015. bahwa mahasiswa Pendidikan Biologi
Rata-rata skor kemampuan regulasi angkatan 2016 memilki skor kemampuan
metakognisi mahasiswa angkatan 2015 adalah regulasi metakognisi yang tertinggi
78,35%. Angkatan 2015 memiliki skor dibandingkan angkatan 2015, 2017 dan 2018,
kemampuan regulasi metakognisi cukup sehingga dapat dilihat bahwa mahasiswa
rendah dibanding dengan angkatan 2016, 2017 Pendidikan Biologi angkatan 2016 dirasa
dan 2018. Hal ini dapat menyebabkan sudah mampu menyelesaikan masalah yang
mahasiswa kurang menyadari akan dihadapi dibanding mahasiswa Pendidikan
pentingnya berpikir dan pentingnya kesadaran Biologi angkatan 2015, 2017 dan 2018 dengan
untuk mengatur proses berpikirnya. adanya proses identifikasi tugas, memantau
Metakognisi merupakan kemampuan pekerjaan, mengevaluasi kemajuan dan
menyelesaikan masalah (Ayu et al., 2019) dan memprediksi hasil dari masalah yang sedang
dari data menunjukkan bahwa mahasiswa dihadapi.

4
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

Tabel 1. Profil keterampilan regulasi metakognisi mahasiswa Pendidikan Biologi di salah satu Universitas
di Surakarta
Keterampilan regulasi
No Mahasiswa Keterampilan regulasi
Kategori metakognisi
Angkatan metakognisi (%)
keseluruhan
1 2015 78,35 % berkembang baik
2 2016 82,41 % berkembang sangat baik 79,06 %
3 2017 78,57 % berkembang baik ( berkembang baik)
4 2018 76,89 % berkembang baik

Angkatan 2017 juga memiliki menunjukkan bahwa mahasiswa Pendidikan


kemampuan metakognisi dengan kategori Biologi angkatan 2018 memiliki kemampuan
berkembang baik. Dari 57 orang mahasiswa, regulasi kognisi yang lebih tinggi
diambil sampel mahasiswa sebanyak 18 orang dibandingkan dengan mahasiswa Pendidikan
yang mewakili angkatan 2017. Rata-rata skor Biologi angkatan 2015, namun kurang tinggi
kemampuan regulasi metakognisi mahasiswa dibandingkan dengan mahasiswa Pendidikan
angkatan 2017 adalah 78,57%. Angkatan 2017 Biologi angkatan 2016 dan 2017. Hal ini
yang memiliki skor kemampuan regulasi menunjukkan bahwa perlu adanya
metakognisi yang cukup tinggi dibandingkan peningkatkan akan pentingnya menyadari cara
dengan mahasiswa Pendidikan Biologi berpikir dan pentingnya kesadaran untuk
angkatan 2015 dan 2018 namun kurang tinggi mengatur proses berpikir, karena kemampuan
dibandingkan dengan mahasiswa Pendidikan regulasi metakognisikognisi merupakan
Biologi angkatan 2016, sehingga dapat dilihat kemampuan menyelesaikan masalah (Foong,
bahwa mahasiswa Pendidikan Biologi 2002).
angkatan 2017 dirasa sudah cukup mampu
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Rata-rata skor kemampuan metakognisi
dibandingkan dengan mahasiswa Pendidikan mahasiswa program studi S1 Pendidikan
Biologi angkatan 2015 dan 2018 dengan Biologi FKIP di salah satu Universitas di
adanya proses identifikasi tugas, memantau Surakarta yaitu sebesar 79,06% dan termasuk
pekerjaan, mengevaluasi kemajuan dan kedalam kategori berkembang baik.
memprediksi hasil dari suatu penyelesaian Kemampuan regulasi metakognisi disetiap
masalah. Menurut Pai’pinan (2015) jenjang usia berbeda-beda bergantung pada
kemampuan regulasi metakognisi akan pertambahan usia mahasiswa dan
berkembang jika sering digunakan dalam perkembangan sesuai dengan perambahan
lingkungan metakognitif, sehingga mahasiswa usia. Semakin usia bertambah, maka semakin
yang terbiasa menyelesaikan masalah tinggi pula kemampuan regulasi metakognisi
cenderung memiliki kemampuan regulasi disetiap jenjang usia (Schunk, et al., 2012).
metakognisi yang baik. Kemampuan regulasi metakognisi mahasiswa
pada program studi S1 Pendidikan Biologi
Angkatan 2018 merupakan angkatan FKIP disalah satu Universitas di Surakarta
yang memiliki komponen metakognisi yang seharusnya mengalami penigkatan mulai dari
termasuk dalam kategori berkembang kurang mahasiswa angkatan terakhir sampai
baik, yaitu 76,89%. Dari 65 orang mahasiswa, mahasiswa angkatan awal, walaupun dalam
diambil sampel mahasiswa sebanyak 18 orang setiap angkatan terdapat perbedaan
yang mewakili angkatan 2018. Hal ini kemampuan regulasi metakognisi antara

5
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

perseorangan. Dilihat dari pernyataan hasil penelitian Arief et al. (2011) yang
tersebut, seharusnya mahasiswa Pendidikan menunjukan kemampuan merancang strategi
Biologi angkatan lebih awal dengan usia yang belajar dan kemampuan menilai strategi
lebih tua dan perkembangan diri yang lebih belajar mahasiswa semester 2 dan 4
baik akan memiliki kemampuan regulasi berkembang sangat baik, sedangkan
metakognisi yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa semester 6, 8, dan 10 berada pada
dengan mahasiswa Pendidikan Biologi tahap sudah berkembang.
angkatan terakhir. Namun dari data
dimenunjukkan bahwa mahasiswa dengan Adanya perbedaan kategori kemampuan
kemampuan regulasi mrtakognisi yang lebih regulasi metakognisi pada masing-masing
tinggi adalah dari angkatan 2016 dengan skor angkatan mengindikasikan bahwa
rata-rata adalah 82,41%, lalu angkatan 2017 pembelajaran Biologi yang berlangsung dalam
dengan skor rata-rata adalah 78,57%, lalu perkuliahan sudah menunjukkan proses
angkatan 2018 dengan skor rata-rata adalah pembelajaran yang mengarah pada
76,89%, baru angkatan 2015 dengan skor rata- perkembangan terhadap peningkatan
rata adalah 78,35%. kemampuan berpikir mahasiswa, khususnya
kemampuan regulasi kognisi mahasiswa. Pada
Faktor yang mempengaruhi kemampuan umumnya, mahasiswa mampu memanfaatkan
regulasi metakognisi mahasiswa meliputi kemampuan regulasi kognisi mereka sehingga
proses pembelajaran, model pembelajaran terjadi interaksi antara pengetahuan
yang diajarkan, strategi-srategi belajar, metakognisi, pengalaman metakognisi, tujuan
ketersediaan fasilitas belajar dan kesempatan dan strategi (Pai’pinan, 2015) yang artinya
dalam mengutarakan ide atau pikiran (Arifin kemampuan regulasi kognisi akan berkembang
& Saenab, 2014). Angkatan 2015 merupakan jika digunakan dalam lingkungan
angkatan yang sebagian besar waktunya metakognitif. Keterlibatan kemampuan
digunakan untuk mengerjakan skripsi, perseorangan, bentuk penugasan, dan strategi
sehingga sudah tidak mengikuti proses pembelajaran dalam kelas akan dapat
pembelajaran di dalam kelas. Hal ini membentuk kemampuan regulasi kognisi
mempengaruhi keterampilan regulasi dengan matang. Hal ini menunjukkan
metakognisi mahasiswa angkatan 2015 yang pentingnya pengembangan kemampuan
lebih rendah daripada angkatan lainnya berpikir mahasiswa yang akan mengarah pada
karena strategi belajar yang berubah dari aktif peningkatan hasil belajar mahasiswa, sehingga
mengerjakan tugas kuliah dan mengatur dapat meningkatkan mutu dan kualitas
strategi belajar yang sesuai menjadi terfokus mahasiswa Pendidikan Biologi di salah satu
hanya pada skripsi. Sementara angkatan 2016 Universitas di Surakarta sebagai calon guru
memiliki keterampilan regulasi metakognisi Biologi.
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
angkatan lainnya yang mengindikasikan Beberapa strategi dapat dilakukan oleh
bahwa angkatan 2016 dalam mengikuti proses pendidik dalam meningkatkan kemampuan
perkuliahan telah memiliki pengaturan diri, metakognisi, seperti yang diungkapkan oleh
refleksi terhadap kelemahan dan kekuatan Abdillah (2011) sebagai berikut: Pertama,
serta mengatur strategi belajar yang sesuai membantu peserta didik dalam
untuk meningkatkan kualitas proses maupun mengembangkan strategi dan mendorong
hasil belajar. Hasil tersebut sejalan dengan peserta didik dalam memonitor proses
berpikirnya, membimbing peserta didik dalam

6
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

mengembangkan strategi belajar efektif, dapat diajarkan secara berulang melalui


membantu peserta didik dalam memprediksi pendekatan pembelajaran langsung. Melalui
materi pembelajaran yang akan diberikan berbagai aktivitas, seperti menulis jurnal,
berikutnya, membimbing kebiasaan belajar menyampaikan pemikiran, bertanya pada diri
dengan cara bertanya, dan menunjukkan sendiri, dan diharapkan kemampuan
kepada peserta didik bagaimana cara metakognisi peserta didik akan tumbuh dan
mentransfer pengetahuan, sikap, nilai, dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan
keterampilan dari masing-masing situasi. berbagai tugas belajar di lingkungan
Kedua, mengembangkan kebiasaan peserta pendidikan dilanjutkannya ketika bekerja dan
didik melalui pengembangan kebiasaan beraktivitas di tengah masyarakat sepanjang
mengolah diri sendiri dan berpikir positif. hayat (Djuanda, 2008).
Metakognisi tidak dapat diwariskan, namun

Tabel 2. Keterampilan regulasi metakognisi untuk setiap komponen regulasi metakognisi mahasiswa
Pendidikan Biologi di salah satu Universitas di Surakarta
Komponen Metakognisi Angkatan
2015 2016 2017 2018
Planning 80,48% 81,11% 82,70% 80%
Strategi Informasi 78% 82% 78,67% 71,67%
Monitoring 76,03% 78,57% 76,83% 79,21%
Strategi Koordinasi Kesalahan 78,89% 85,33% 79,78% 80,67%
Pemahaman
Evaluasi 78,70% 86,67% 74,63% 76,11%

Komponen pada keterampilan regulasi yang akan berdampak dalam jangka panjang
metakognisi antara lain adalah Planning, (Paidi, 2011).
strategi informasi, monitoring, strategi Komponen strategi informasi merupakan
koordinasi kesalahan pemahaman, dan kemampuan dalam mengolah informasi dalam
evaluasi. Kemampuan planning merupakan memori dana menggunakan strategi efektif
salah satu komponen regulasi metakognisi. dalam membuat informasi secara bermakna.
Kemampuan planning adalah kemampuan Rata-rata kemampuan Komponen strategi
dalam merencanakan aktivitas belajar informasi yang dimiliki mahasiswa adalah
(Pujiank, 2016). Rata-rata kemampuan 77,58 % dengan perolehan skor angkatan 2015
planning yang dimiliki mahasiswa adalah 81,07 sebesar 78%, angkatan 2016 sebesar 82%,
% dengan perolehan skor angkatan 2015 angkatan 2017 sebesar 78,67% dan angkatan
sebesar 80,48%, angkatan 2016 sebesar 2018 sebesar 71,67%. Dalam kurva, nilai
81,11%, angkatan 2017 sebesar 82,70% dan strategi informasi ini memiliki kurva lebih
angkatan 2018 sebesar 80%. Data tersebut rendah dibandingkan dengan komponen
menunjukkan bahwa semua mahasiswa sudah planning.terdapat dua kategori kemampuan
mampu merencanakan aktivitas dalam belajar. metakognisi yang dapat sekaligus dikuasai
Kemampuan planning sangat dibutuhkan agar oleh mahasiswa, yaitu kemampuan
pembelajaran dapat berlangsung secara terarah metamemory dan metacomprehension. Pada
dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. aktivitas metakognisi membuat digaram atau
Kemampuan planning memberikan keahlian gambar secara bermasaan mampu membuat
kepada mahasiswa dalam memprediksi dan informasi yang didapat menjadi bermakna
menata keinginan dalam proses pembalajaran sehingga dapat disimpan dalam long term

7
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

memory dan sekaligus meningkatkan sebesar 79,78%, dan angkatan 2018 sebesar
pemahaman mahasiswa, sehingga membaantu 80,67%. Komponen ini memiliki kurva yang
dalam proses menghafal dalam proses lebih tinggi dibandingkan dengan komponen
pembelajaran biologi. monitoring dan bentuk kurva naik.
Komponen monitoring merupakan Kemampuan ini meliputi meminta bantuan
komponen yang meliputi penilaian terhadap seseorang ketika tidak memahami materi,
pembelajaran atau strategi yang digunakan. mengubah strategi yang digunakan ketika
Pemahaman ini tidak hanya sekedar tahu, gagal dalam penggunaan sebelumnya,
tetapi juga menghendaki agar subjek belajar mengevaluasi sendiri konsep yang
dapat memanfaatkan bahan- bahan yang telah membingungkan, berhenti dan mengulang
dipahami melalui perhatian, tanggapan, sikap, pada informasi yang belum jelas dipahami dan
dan perubahan tingkah laku dalam membaca ulang ketika merasa bingung.
pembelajran. Komponen ini memiliki nilai Komponen terakhir adalah evalusasi.
masing- masing yaitu angkatan 2015 sebesar Komponen ini merupakan kemampuan
76,03%, angkatan 2016 sebesar 78,57%, seseorang dalam menganalisis kinerja atau
angkatan 2017 sebesar 76,83% dan angkatan efektifitas strategi yang digunakan pada
2018 sebesar 79,21%. Kurva pada komponen kegiatan pembelajaran (Mukhidin, 2019).
ini hampir sama dengan komponen strategi Nilai dari komponen evaluasi masing-masing
informasi. Melalui penilaian atau refleksi angkatan yaitu, angkatan 2015 sebesar
terhadap strategi pembelajaran tersebut, 78,70%, angkatan 2016 sebesar 86,67%,
mahasiswa akan mampu mengetahui dan angkatan 2017 sebesar 74,63%, dan angkatan
memahami strategi yang efektif digunakan 2018 sebesar 76,11%. Pada kurva, komponen
dalam proses pembelajaran dan mampu ini memiliki nilai yang lebih rendah jika
menganalisis keberhasilan belajar yang telah dibandingkan dengan komponen strategi
dilakukan dengan menggunakan strategi koordinasi kesalahan pemahaman namun
tersebut. lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Kemampuan strategi koordinasi komponen monitoring. Dalam kemampuan
kesalahan pemahaman adalah komponen ini salah satunya adalah membuat catatan
yang meliputi kemampuan untuk atau rangkuman setelah pembelajaran, yang
memperbaiki pemahaman dan kinerja yang merupakan strategi pendukung dalam proses
salah. Komponen ini memiliki masing-masing menghafal (rehearsal) yang merupakan salah
nilai yaitu angkatan 2015 sebesar 78,89%, satu pendukung tahap pemrosesan informasi.
angkatan 2016 sebesar 85,33%, angkatan 2017

Tabel 3. Uji Perbedaan Keterampilan Regulasi Metakognisi Mahasiswa Pendidikan Biologi di salah satu
Universitas di Surakarta
ANAVA
Keterampilan Sum of Mean
Df F Sig.
Regulasi Metakognisi Squares Square
Between Groups 85.750 3 28.583 3.158 0,054
Within Groups 144.800 16 9.050
Total 230.550 19
Keterangan
 Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan antar strata angkatan
 Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antar strata angkatan
(Wagner, 2010).

8
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

Berdasarkan hasil uji anava didapatkan KESIMPULAN


nilai signifikansi sebesar 0,054 (p>0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Berdasarkan hasil penelitian dan
perbedaan yang signifikan antar strata pembahasan disimpulkan bahwa (1) skor
angkatan mahasiswa Pendidikan Biologi di keterampilan regulasi metakognisi mahasiswa
salah satu Universitas di Surakarta sehingga program S1 Pendidikan Biologi di salah satu
tidak perlu dilakukan uji lanjut. Hal tersebut universitas di Surakarta termasuk dalam
sesuai dengan penelitian Arifin & Saenab kategori berkembang baik dengan rata-rata
(2014) yang menunjukan keterampilan 79,06%. Rata-rata skor tertinggi keterampilan
regulasi metakognisi setiap strata angkatan regulasi metakognisi dimiliki oleh mahasiswa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan Pendidikan Biologi angkatan 2016 sebesar
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, 82,48%, diikuti oleh mahasiswa angkatan
meliputi kesadaran berpikir (perencanaan, 2018 sebesar 79,97%, kemudian angkatan
strategi mengolah informasi, pemantauan diri, 2017 sebesar 79,81%, dan terakhir angkatan
koordinasi kesalahan pemahaman, dan 2015 sebesar 77,80 %. (2) skor kemampuan
evaluasi), proses pembelajaran, model regulasi metakognisi mahasiswa progran studi
pembelajaran yang telah diajarkan mencakup S1 Pendidikan Biologi di salah satu
pembelajaran kontruktivisme. Selain itu, universiatas di Surakarta untuk setiap
terdapat pula faktor pengetahuan kognisi komponen dikategorikan berkembang baik
dimana pada umumnya, mahasiswa mampu (71,67 %-86,67%). (3) hasil uji ANAVA
memanfaatkan pengetahuan kognisi mereka menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
sehingga terjadi interaksi antara pengetahuan signifikan antar strata angkatan dengan nilai
metakognisi, pengalaman metakognisi, tujuan signifikansi sebesar 0,054. Hasil penelitian ini
dan strategi (Pai’pinan, 2015). Faktor-faktor akan memberikan kontribusi riset pada sains
yang disebutkan telah dimiliki oleh setiap terkait dengan keterampilan regulasi
strata angkatan sehingga dapat dikatakan tidak metakognisi yang harus dimiliki seseorang
ada perbedaan keterampilan regulasi sebagai bekal abad 21. Keterampilan regulasi
metakognitif. metakognisi berkaitan dengan pengalaman diri
Sedangkan penelitian oleh Arief et al. dalam memaknai proses berpikir dan untuk
(2011) dengan subyek penelitian adalah apa berpikir itu. Keterampilan regulasi
mahasiswa semester 2, 4, 6, 8 dan 10 metakognisi sebagai riset pengembangan di
menunjukan hasil yang sedikit berbeda, yaitu masa depan dalam semua bidang ilmu
tingkat kemampuan metakognisi setiap strata sehingga harus dilakukan pemberdayaan.
angkatan akan semakin rendah sesuai dengan
lama masa studi mahasiswa. Hal tersebut DAFTAR PUSTAKA
meliputi (1) kemampuan merancang startegi
belajar, (2) kemampuan memilih dan Abdillah, A. (2011). Hubungan Kemampuan
Metakognitif dan Lingkungan Belajar Rumah
menggunakan strategi, (3) kemampuan
Sakit dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
memantau dan menilai strategi belajar, (4) Asuhan Keperawatan pada Mahasiswa
kemampuan memadukan strategi belajar, yang (Akademi Keperawatan Lumajang). Tesis di
semuanya berada pada tahap sudah Bidang Pendidikan Profesi Kesehatan Program
Pascasarjana UNS Surakarta.
berkembang dan berkembang sangat baik. Arief, R. H., Firdaus, & Ar, N. R. (2011). Profil
Kemampuan Metakognisi Mahasiswa Program

9
Suwandi et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 9 (1) (2019) 1 - 10

Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mazancieux, A., Souchay, C., Casez, O., &
Riau Berdasarkan Tingkat Masa Studi. Moulin, C. (2018). Metacognition and
Biogenesis (Jurnal Pendidikan Sains dan Biologi), selfawareness in Multiple Sclerosis. Cortex,1(1),
8(1), 17-24 111. https://doi.org/10.1016/j.cortex
Arifin, Arifah Novia., Saenab, Sitti. (2014). .2018.11.012
Perbandingan Kesadaran Metakognitif Siswa Mukhidin, Esi Febrina. (2019). Metakognitif
Yang Diajar Menggunakan Model Problem- Sebagai Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Based Instruction (Pbi) Dengan Kooperatif Tipe pada Pembelajaran Abad 21. Jurnal Ilmu
Think Pair Share (Tps). Jurnal Bionature, 15 (2), Pendidikan dan Pengajaran, 6(1)
81-89. Nelson-Jones, R. (2015). Basic counselling skills: A
Asmarani, D., & Sholihah, U. (2016). Karakteristik Helper’s Manual 4th Edition. Sydney: SAGE
Metakognisi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Publications Ltd.
Masalah Matematika Berdasarkan Langkah- Paidi. (2009). Pengembangan Perangkat
Langkah Polya Dan De Corte. Al-Khwarizmi : Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap
Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Kemampuan Metakognitif, Pemecahan
Pengetahuan Alam, 4. Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi.
https://doi.org/10.24256/akh.v4i1.451 Jurnal Pendidikan Biologi UM, 1(1):20-29
Ayu, N., Aritonng, R. (2019). Metode Kooperatif Paidi. (2011). Pengembangan Perangkat
Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah. Jurnal
Kemampuan Metakognitif dan Prestasi Belajar Kependidikan, 41(2), 185-201
Siswa. Juenal Keperawatan Vol.9 No.1p 1084- Pai'pinan, Maitus. (2015). Profil Metakognisi
ISSN : 2086-9703 e ISSN : 2621-7694 Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam
Barry, M. (2012). What skills will you need to succeed Menyelesaikan Masalah Terbuka Geometri
in the future? Phoenix Forward (online). Arizona: Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Ilmiah
University of Phoenix Matematika dan Pembelajarannya, 1(1), 66-79
Budi M, Ipah., Ghofar, Azizul. (2017). Analisis Pertiwi, Faninda & Ahmadi. (2018). Analisis
Keterampilan Berpikir Kritis Dan Metakognitif Tingkat Kemampuan Metakognitif Mahasiswa
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi. Melalui MAI (Metacognitive Awareness
Bioma, 6 (1) Inventory) pada Eksperimen Berbasis Problem
Concepción, D. W. (2004). Reading philosophy Solving.Kodifikasia, 12(35)
with background knowledge and Pujiank, S., Jamaluddin, J., & Hadiprayitno, G.
metacognition. Teaching Philosophy, 27(4), 351– (2016). Kemampuan Metakognisi Mahasiswa
368. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Djuanda, M. 2008. Urgensi Metakognitif Dalam Universitas Mataram. Jurnal Pendidikan, Teori,
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Madrasah, Dan Pengembangan, 1(10)
(Online), Schunk, D.H., Pintrich, P.R., &Meece, J.L. (2010).
(http://bdkjakarta.kemenag.go.idindex.php?a= Motivation in Education: Theory, Research, and
artikel &id=884). Applications Third Edition. New Jersey: Pearson
Foong, Pui Yee (2002). Using Short Open-Ended Education.
Mathematics Questions to Promote Thinking Suherman, E. (2003). Strategi pembelajaran
and Understanding. The Mathematics Education matematika kontemporer. Bandung: Jica.
into the 21st Century Project. Palermo, Italy Wagner, T. (2010). Overcoming The Global
Griffin, P., McGaw, B. and Care, E. (eds). (2012). Achievement Gap (online). Cambridge: Harvard
Assessment and Teaching of 21st Century Skills. University.
Dordrecht: Springer. Wibowo, Y., Widowati, A., & Krisnawati, T.
Hall, C. W., & Webster, R. E. (2008). (2012). Pengaruh Pembelajaran Diagram
Metacognitive and Affective Factors of College Roundhouse Terhadap Kemampuan Kognitif
Students with and without Learning dan Metakognitif Siswa SMAN 1 Ngaglik
Disabilities. Journal of Postsecondary Education Sleman Yogyakarta. Jurnal Bioedukasi, 5(2), 39–
and Disability, 21(1), 32–41. 49.

10

Anda mungkin juga menyukai