Fiqhi Mawaris (SUKMAWATI)
Fiqhi Mawaris (SUKMAWATI)
OLEH :
SUKMAWATI
NIM: 18410183
Puji dan syukur kehadirat Allah subahanahu wa ta”ala, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Konsep Kewarisan Anak Laki-Laki Saudara Laki-Laki Sekandung
Dan Sebapak”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi
Muhammad shallalahu alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman,
dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqhi
Mawaris. Semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan terutama bagi pembaca.
Namun demikian, disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangannya. Kekurangan ini akan diupayakan untuk
terus disempurnakan sesuai dengan kemampuan yang penyusun miliki.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
KESIMPULAN ............................................................................................................ 5
SARAN ........................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengertian Saudara?
2. Jelaskan Apa Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an?
3. Sebutkan Kedudukan Dan Bagian Saudara?
3. Tujuan Masalah
1.Untuk Mengetahui Pengertian Saudara.
2.Untuk Mengetahui Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an.
3.Untuk mengetahui Kedudukan Dan Bagian Saudara.
1 Hazairin, 1982, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Tinta Mas, Jakarta, hlm. 1
2 Hazairin, ibid. hal 19-22
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Saudara
Saudara adalah orang yang memiliki pertalian darah; meliputi pertalian se-ayah dan
se-ibu (saudara kandung), pertalian se-ayah saja (saudara sebapak) dan pertalian si-ibu saja
(saudra se-ibu). Mereka bisa terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan atau perempuan, bisa
berjumlah satu orang atau lebih. Dalam kaitannya dengan perolehan hak bagian waris, kita
sering mendengar terjadinya keributan antar saudara karena berebut warisan, yang
terkadang menjadi sengketa warisan yang memutuskan hubungan keluarga, bahkan tak
jarang saling gugat di pengadilan. kedudukan status mereka dan ada tidaknya bagian
warisan mereka manakala ada anggota keluarganya yang meninggal dunia. Bagian waris
menurut hukum Islam yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya disertai contoh kasus.
1. Bagian Waris Saudara Laki-laki Sekandung
Mendapat semua bagian; jika si mati tidak meninggalkan ahli waris, kecuali
saudara laki-laki kandung. Jika jumlah saudara laki-laki kandung lebih dari satu orang,
maka harta dibagi rata untuk mereka.2:1; Jika si mati tidak meninggalkan ahli waris,
kecuali saudara laki-laki dan perempuan sekandung, tiap saudara laki-laki sekandung
mendapat dua kali bagian saudara perempuan sekandung.Mendapat sisa; Jika si mati ada
meninggalkan ahli waris.Mendapat 1/3; Jika si mati ada meninggalkan: suami, ibu saudara
se-ibu dan saudara kandung.
2.Bagian Waris Saudara Laki-Laki Sebapak.
Mengambil semua harta; Jika si mati tidak meninggalkan siapapun kecuali
dia.Dibagi rata; Jika si mati tidak meninggalkan ahli waris siapapun kecuali dua orang
saudara laki-laki sebapak atau lebih.2x bagian saudara perempuan; Jika si mati hanya
meninggalkan saudara sebapak-laki-laki dan perempuan.Mendapat sisa; Jika si mati tidak
meninggalkan anak laki-laki, tidak cucu laki-laki, tidak bapak dan tidak saudara laki-laki
sekandung, tetapi ada lain-lain ahli waris, maka sesudah dibagikan kepada ahli waris itu
diberikan kepada saudara laki-laki sebapak, kalau ada sisa.
B. Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perem- puan;
dan jika anak itu semuanya perem puan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo
2
harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya memperoleh seperenam.
Dalam Surah An-nisaa (4) ayat 11 Dijelaskan Ayat tentang Kewarisan:
َت َوا ِح َدةً فَلَهَا ْ ك ۚ َواِ ْن َكان َ ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر َ ْص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو
ِ ْيُو
َث ۚ فَا ِ ْن َكان ُ ُك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ ٓ اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل َ النِّصْ فُ ۗ وَاِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر
ۗ ِ ضةً ِّمنَ هّٰللاَ ص ْي بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰابَ ۤا ُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤا ُؤ ُك ۚ ْم اَل تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي ِ لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو
ِ ْصيَّ ٍة يُّو
اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما
3
f) Sepupu sebapak (Anak paman satu bapak).
4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saudara adalah orang yang memiliki pertalian darah; meliputi pertalian se-ayah dan
se-ibu (saudara kandung), pertalian se-ayah saja (saudara sebapak) dan pertalian si-ibu saja
(saudra se-ibu). Mereka bisa terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan atau perempuan, bisa
berjumlah satu orang atau lebih. Dalam kaitannya dengan perolehan hak bagian waris, kita
sering mendengar terjadinya keributan antar saudara karena berebut warisan, yang
terkadang menjadi sengketa warisan yang memutuskan hubungan keluarga, bahkan tak
jarang saling gugat di pengadilan. kedudukan status mereka dan ada tidaknya bagian
warisan mereka manakala ada anggota keluarganya yang meninggal dunia.
Saran
Kedudukan saudara sekandung, seayah dan seibu dalam pandangan Jumhur tidak
sama. Saudara sekandung dipandang lebih utama daripada saudara seayah dan seibu, dan
saudara seayah lebih utama dari saudara seibu. Kekerabatan saudara seibu dipandang
paling lemah sehingga tidak bisa menghijab semua ahli waris zawil furudl dan tidak bisa
menduduki kedudukan ashabah.3 Perbedaan derajat ini membawa konsekuensi terjadinya
hijab-mahjub di antara mereka.
5
DAFTAR PUSTAKA
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Tinta
Mas) 1982.
Al-Musytarikah
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b7021295093e/cara-hitung-
pembagian-waris-anak-menurut-hukum-islam/
Konsepp/KEDUDUKAN_SAUDARA_DALAM_KEWARISAN_ISLAM.pdf