Anda di halaman 1dari 9

KONSEP KEWARISAN ANAK LAKI-LAKI SAUDARA

LAKI-LAKI SEKANDUNG DAN SEBAPAK

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah-Satu Mata Kuliah Fiqhi Mawaris

Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syari’ah Dan Hukum

Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah Sengkang

OLEH :

SUKMAWATI
NIM: 18410183

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG


TAHUN AKADEMIK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah subahanahu wa ta”ala, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Konsep Kewarisan Anak Laki-Laki Saudara Laki-Laki Sekandung
Dan Sebapak”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi
Muhammad shallalahu alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman,
dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqhi
Mawaris. Semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan terutama bagi pembaca.

Namun demikian, disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangannya. Kekurangan ini akan diupayakan untuk
terus disempurnakan sesuai dengan kemampuan yang penyusun miliki.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Sengkang, Januari 2021

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 2

A. Pengertian Waris Pengertian Saudara.......................................................................... 2


B. Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an............................................................... 2-3
C. Kedudukan Dan Bagian Saudara................................................................................ 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 5

 KESIMPULAN ............................................................................................................ 5
 SARAN ........................................................................................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 6


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sitem kewarisan Islam di Indonesia sebelum lahirnya KHI, menganut sistem


kewarisan Jumhur yang oleh Hazairin dipandang sebagai sistem kewarisan patrilineal,
sementara sistem kewarisan al-Quran menurutnya berbentuk bilateral. 1 Hazairin melalui
penafsirannya terhadap beberapa ayat a-Qur‟an menetapkan dua garis hukum dalam
menentukan ahli waris, yaitu garis pokok keutamaan dan garis pokok penggantian. Garis
pokok keutamaan adalah suatu garis hukum yang menentukan perikutan keutamaan antara
golongan-golongan dalam keluarga pewaris atau yang menentukan urut-urutan keutamaan
di antara keluarga pewaris. Sedangkan garis pokok penggantian adalah setiap orang dalam
sekelompok keutamaan di mana antara dia dengan si pewaris tidak ada penghubung atau
tidak ada lagi penghubung yang masih hidup atau telah meninggal lebih dahulu dari
pewaris. atau yang disebut dengan ahli waris pengganti. 2 Sistem kewarisan Hazairin ini
banyak mengilhami ketentuan hukum waris dalam Buku II yang berbeda dengan sistem
kewarisan Jumhur maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI), antara lain tentang
keahliwarisan saudara.

2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengertian Saudara?
2. Jelaskan Apa Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an?
3. Sebutkan Kedudukan Dan Bagian Saudara?
3. Tujuan Masalah
1.Untuk Mengetahui Pengertian Saudara.
2.Untuk Mengetahui Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an.
3.Untuk mengetahui Kedudukan Dan Bagian Saudara.

1 Hazairin, 1982, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Tinta Mas, Jakarta, hlm. 1
2 Hazairin, ibid. hal 19-22

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Saudara

Saudara adalah orang yang memiliki pertalian darah; meliputi pertalian se-ayah dan
se-ibu (saudara kandung), pertalian se-ayah saja (saudara sebapak) dan pertalian si-ibu saja
(saudra se-ibu). Mereka bisa terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan atau perempuan, bisa
berjumlah satu orang atau lebih. Dalam kaitannya dengan perolehan hak bagian waris, kita
sering mendengar terjadinya keributan antar saudara karena berebut warisan, yang
terkadang menjadi sengketa warisan yang memutuskan hubungan keluarga, bahkan tak
jarang saling gugat di pengadilan. kedudukan status mereka dan ada tidaknya bagian
warisan mereka manakala ada anggota keluarganya yang meninggal dunia. Bagian waris
menurut hukum Islam yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya disertai contoh kasus.
1. Bagian Waris Saudara Laki-laki Sekandung
Mendapat semua bagian; jika si mati tidak meninggalkan ahli waris, kecuali
saudara laki-laki kandung. Jika jumlah saudara laki-laki kandung lebih dari satu orang,
maka harta dibagi rata untuk mereka.2:1; Jika si mati tidak meninggalkan ahli waris,
kecuali saudara laki-laki dan perempuan sekandung, tiap saudara laki-laki sekandung
mendapat dua kali bagian saudara perempuan sekandung.Mendapat sisa; Jika si mati ada
meninggalkan ahli waris.Mendapat 1/3; Jika si mati ada meninggalkan: suami, ibu saudara
se-ibu dan saudara kandung.
2.Bagian Waris Saudara Laki-Laki Sebapak.
Mengambil semua harta; Jika si mati tidak meninggalkan siapapun kecuali
dia.Dibagi rata; Jika si mati tidak meninggalkan ahli waris siapapun kecuali dua orang
saudara laki-laki sebapak atau lebih.2x bagian saudara perempuan; Jika si mati hanya
meninggalkan saudara sebapak-laki-laki dan perempuan.Mendapat sisa; Jika si mati tidak
meninggalkan anak laki-laki, tidak cucu laki-laki, tidak bapak dan tidak saudara laki-laki
sekandung, tetapi ada lain-lain ahli waris, maka sesudah dibagikan kepada ahli waris itu
diberikan kepada saudara laki-laki sebapak, kalau ada sisa.
B. Dasar Hukum Dalam Ayat- ayat Al-Qur’an
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perem- puan;
dan jika anak itu semuanya perem puan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo

2
harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya memperoleh seperenam.
Dalam Surah An-nisaa (4) ayat 11 Dijelaskan Ayat tentang Kewarisan:

‫َت َوا ِح َدةً فَلَهَا‬ ْ ‫ك ۚ َواِ ْن َكان‬ َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر‬ َ ْ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬
ِ ْ‫يُو‬
َ‫ث ۚ فَا ِ ْن َكان‬ ُ ُ‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ ٓ اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬ َ ‫النِّصْ فُ ۗ وَاِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬
ۗ ِ ‫ضةً ِّمنَ هّٰللا‬َ ‫ص ْي بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰابَ ۤا ُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤا ُؤ ُك ۚ ْم اَل تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬ ِ ‫لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬
‫اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬

Artinya: “Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan


untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih
dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan).
Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak
mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya
bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
(QS. An-nisaa (4) :11)
 Yang Terhalang Mendapat Warisan Kalau Ada Saudara Laki-Laki
Sebapak Adalah:
a) Keponakan sekandung (anak saudara sekandung).
b) keponakan sebapak (anak saudara satu bapak).
c) Paman sekandung (saudara sekandung bapak).
d) Paman sebapak (saudara satu bapaknya bapak).
e) Sepupu kandung (anak paman sekandung).

3
f) Sepupu sebapak (Anak paman satu bapak).

 Yang Menghalangi Saudara Laki-Laki Sebapak Mendapatkan


Warisan Adalah:
1. Saudara laki-laki sekandung.
2. Bapak.
3. Anak laki-laki
4. Cucu laki-laki.
5. Saudara perempuan sekandung+anak perempuan/cucu perempuan (dari
anak laki-laki).
C. Kedudukan Dan Bagian Saudara
Perbedaan derajat ini membawa konsekuensi terjadinya hijab-mahjub di antara
mereka.
 Bagian Saudara Laki-laki Kandung dan Saudara Laki-laki Seayah. Jumhur
menempatkan saudara laki-laki sekandung dan seayah selalu sebagai zawil ashabah (bi
nafsih) sehingga mereka tidak mempunyai bagian tertentu. Mereka mendapatkan sisa
setelah ahli waris zawil furudl mengambil bagain masing-masing. Sebagai
konsekuensinya, mereka dapat memperoleh bagian yang besar, atau memperoleh bagian
yang kecil tergantung sisa yang ada, bahkan bisa tidak memperoleh sama sekali jika harta
warisan itu habis diberikan kepada ahli waris zawil furudl. Saudara laki-laki kandung yang
kedudukannya dipandang lebih utama dari saudara laki-laki seayah, maka saudara laki-laki
seayah terhijab oleh saudara laki-laki kandung, namun saudara laki-laki seibu meskipun
kedudukannya paling lemah, akan tetapi mereka tidak terhijab. Mengenai hal ini akan
dijelaskan dalam pembahasan saudara seibu.

4
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Saudara adalah orang yang memiliki pertalian darah; meliputi pertalian se-ayah dan
se-ibu (saudara kandung), pertalian se-ayah saja (saudara sebapak) dan pertalian si-ibu saja
(saudra se-ibu). Mereka bisa terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan atau perempuan, bisa
berjumlah satu orang atau lebih. Dalam kaitannya dengan perolehan hak bagian waris, kita
sering mendengar terjadinya keributan antar saudara karena berebut warisan, yang
terkadang menjadi sengketa warisan yang memutuskan hubungan keluarga, bahkan tak
jarang saling gugat di pengadilan. kedudukan status mereka dan ada tidaknya bagian
warisan mereka manakala ada anggota keluarganya yang meninggal dunia.
 Saran
Kedudukan saudara sekandung, seayah dan seibu dalam pandangan Jumhur tidak
sama. Saudara sekandung dipandang lebih utama daripada saudara seayah dan seibu, dan
saudara seayah lebih utama dari saudara seibu. Kekerabatan saudara seibu dipandang
paling lemah sehingga tidak bisa menghijab semua ahli waris zawil furudl dan tidak bisa
menduduki kedudukan ashabah.3 Perbedaan derajat ini membawa konsekuensi terjadinya
hijab-mahjub di antara mereka.

3 Fatchur Raman, op cit. hal. 322

5
DAFTAR PUSTAKA
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Tinta
Mas) 1982.
Al-Musytarikah

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b7021295093e/cara-hitung-
pembagian-waris-anak-menurut-hukum-islam/

Konsepp/KEDUDUKAN_SAUDARA_DALAM_KEWARISAN_ISLAM.pdf

Anda mungkin juga menyukai