Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEDELAPAN

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

RANGKUMAN

NAMA : MUHAMMAD RAIHAN RAHMANU


NIM : L031191033
KELAS : BIOTEKNOLOGI KELAS A

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENYAKIT EPIFIT

Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya perairan yang menjadi primadona
karena permintaan dunia akan produk ini menunjukkan angka yang semakin meningkat setiap
tahunnya. Diharapkan komoditas ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menyerap
tenaga kerja serta meningkatkan devisa negara. Demikian juga dengan produk olahan dalam
bentuk bahan dasar karaginan, agar dan alginat, maupun dalam bentuk formulasi. Peluang pasar
pengembangan usaha rumput laut sangat menjanjikan dengan tingginya permintaan pasar rumput
laut dan hasil olahannya, baik dalam maupun luar negeri. Dengan semakin meningkatnya permintaan
pasar rumput laut saat ini sehingga sudah saatnya diantisipasi dengan cara budidaya. Hal ini didukung
dengan upaya pemerintah untuk memasukkan komodinas ini menjadi program unggulan saat ini.
Dengan adanya potensi areal budidaya rumput laut yang cukup besar seluas 4,5 juta hektar memicu
pemerintah menargetkan produksi rumput laut Indonesia menjadi terbesar didunia.

Menurut Mudeng (2017), Epifit (tumbuhan penempel) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Gangguan epifit menjadi sebuah isu kontroversi pada
saat budidaya rumput laut gagal di pulau Calaguas (Camarines Sur) Filipina pada awal tahun
2000. Tumbuhan penempel bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi untuk pertumbuhan. Alga
filament dapat menjadi pengganggu karena menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi
proses penyerapan dan fotosintesa. Disamping sebagai kompetitor tumbuhan penempel ini
juga merupakan salah satu penyebab awal terjadinya infeksi bakteri penyebab penyakit ‘ice-ice’.
Tumbuhan penempel tersebut antara lain Hypnea, Dictyota, Acanthopora, Laurencia, Padina,
Ampiroa dan alga filament seperti Chaetomorpha. Lyngbya dan Symploca.

Menurut Ghazali, dkk (2018) mengatakan, Epifit adalah tumbuhan yang hidup menempel
pada tumbuhan lain sebagai penopang atau inang, umumnya berukuran lebih kecil dan tidak
memberikan efek negative secara langsung pada inangnya. Epifit berbeda dengan parasit, epifit
tidak sepenuhnya bergantung pada tumbuhan induknya akan tetapi dapat hidup mandiri, lepas
dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya maupun dari hara yang
disediakan tumbuahan lainnya.Beberapa jenis makroalga sering kali ditemukan hidup dan melekat
pada tumbuhan lain sebagai epifit, salah satunya yaitu pada talus alga budidaya Kappaphycus alvarezii.

Keberadaaan epifit pada talus alga budidaya tidak memberikan dampak negatif secara
langsung. Tetapi, keberadaan epifit dapat menjadi competitor bagi inangnya. Epifit dan inang
memiliki kebutuhan yang sama untuk memenuhi kebutuhanmelalui proses fotosintesis, sehingga
keberadaanepifit pada talus akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup Kappaphycus
alvarezii. Pengaruh tersebut diantaranya ialah mengganggu atau menghalangi Kappaphycus alvarezii
budidaya untuk menyerap nutrisi dan cahaya. Bahkan keberadaan epifit dapat mengundang kehadiran
organisme yang merugikan. Selain itu sebagian makroalga epifit bersifat parasit. Pada sebagian
alga, holfast dapat menembus talus inang dan menyerap nutrisi dari inangnya. Kondisi ini dapat
mengakibatkan gagal panen pada kegiatan budidaya.

AGEN

Menurut La Mala, dkk (2016) mengatakan, Selain penggunaan bibit yang rentan terhadap
penyakit, penurunan produksi budidaya rumput laut juga disebabkan oleh hama dan penyakit yang bisa
merusak kondisi fisik tanaman rumput laut sehingga dengan mudah terkena infeksi penyakit.
Kontaminasi epifit dan infeksi penyakit menyebabkan kualitas bibit menjadi tidak layak budidaya. Oleh
karena itu ketahanan rumput laut terhadap epifit merupakan indikator keberhasilan usaha budidaya
rumput laut. Teknologi budidaya rumput laut yang sederhana dan murah yang saat ini banyak
digunakan pembudidaya belum didukung oleh ketersediaan bibit yang bebas penyakit ice-ice dan epifit,
Keberadaan organisme penempel ini secara tidak langsung akan menyebabkan timbulnya penyakit
terhadap rumput laut seperti kerusakan pada tallus. Jenis tumbuhan penempel ini berupa epifit.

GEJALA

Menurut Bunga, dkk (2018) mengatakan Gejala awal yang ditimbulkan adalah munculnya
bintik-bintik hitam kecil yang kelihatannya tertanam pada lapisan korteks. Kemudian bentuk vegetatif
muncul setelah 2 minggu berukuran kurang dari 0,5 mm dengan kepadatan kurang dari 25,0 epi -2 cm.
Setelah pematangan rumput laut yang terinfeksi akan mengalami pembengkakan kortikal. Epifit
yang muncul sebagai tanaman soliter dengan beberapa rhizoids sekunder atau sebagai tanaman soliter
dengan beberapa epifit muncul dari kortikal tunggal pembukaan. Pada akhir infeksi, epifit
meninggalkan lubang gelap pada pembengkakan kortikal, dan carrageenophytes terinfeksi oleh bakteri
oportunistik.

MEKANISME KEJADIAN

Menurut La Mala (2016), Organisme penempel (biofouling) yang banyak ditemukan adalah dari
jenis tunikata, amphipoda, danalgae. Keberadaan alga penempel pada budidaya rumput laut akan
menimbulkan persaingan dalam mendapatkan cahaya Matahari, dimana cahaya Matahari tersebut
dibutuhkan pada proses fotosintesis. Selain itu, salah satu alga yang terkenal sebagai alga penempel
(Cladophora) menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi invertebrata dan ikan-ikan kecil. Akibat
dari epifit ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi proses pertumbuhan rumput laut karena akan
terjadi perebutan cahaya Matahari dalam proses fotosintesis, sehingga secara tidak langsung
pertumbuhan akan menurun. Epifit juga merupakan salah satu faktor pengontrol yang sulit
penanggulangannya, serta dampak yang ditimbulkan walaupun lambat tapi sangat fatal. Epifit tersebut
menempel pada thalli rumput laut budidaya, akibatnya akan mengganggu dan menghalangi dalam
memperoleh makanan, tempat, dan cahaya bahkan akan mengundang kehadiran binatang yang
merugikan tanaman rumput laut.

Berkurangnya komponen yang dibutuhkan dalam proses metabolisme, secara perlahan-lahan


menyebabkan tanaman jadi kurus, lembek, pucat dan akhirnya hancur. Kasus-kasus kerugian yang
disebabkan oleh algae filamen epifit tersebut hampir terjadi pada sebagian besar budidaya rumput laut
karaginofit di Indonesia. Alga kompetitor ini biasanya munculnya pada awal musim kemarau.

KETERKAITAN PENYAKIT EPIFIT DENGAN BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

Menurut saya, Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika
secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan manusia. Biokimia
mempelajari struktur kimiawi organisme. Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan
mentransplantasi gen dari satu organisme ke organisme lain. Bioteknologi merupakan salah satu bidang
sains di mana benda hidup digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang
berguna untuk manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi bantu dalam
menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit. Bioteknologi boleh digunakan
untuk menyelesaikan masalah dan untuk membantu dalam penyelidikan berbagai permasalahan.

Daftar Pustaka

Bunga, M., Latama, G., dan Irawati. 2018. Prevalensi Epifit Neosiphoniasp. Pada Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii Varietas Coklat Dan Hijau. Jurnal. Prosiding Simposium
Nasional Kelautan dan Perikanan V.
Ghazali, M., Mardiana, Menip, dan Bangun. 2018. Jenis-Jenis Makroalga Epifit Pada
Budidaya (Kappaphycus alvarezii) di Perairan Teluk Gerupuk Lombok Tengah.
Jurnal. Jurnal Bologi Tropis, 18 (2) :208 - 215.
La Mala, Latama, G., Abustang, dan Ambo Tuwo. 2016. Analisis Perbandingan Pertumbuhan
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varietas Coklat yang Terkena Epifit di
Perairan Libukang, Kabupaten Jeneponto. Jurnal. Jurnal Rumput Laut Indonesia
(2016) 1(1):52-56.
Mudeng, J., D. 2017. Epifit pada rumput laut di lahan budidaya desa Tumbak. Jurnal. Budidaya
Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 57 - 62 .

Anda mungkin juga menyukai