Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali kasus pelanggaran-pelanggaran terutama
banyak terjadi di Indonesia, salah satunya yaitu kasus pelanggaran etika profesi
akuntansi. Tidak ada hanya masyarakat menengah yang mengalami pelanggaran
tersebut, yang lebih banyak pelanggaran yaitu terjadi di kalangan atas, seperti kasus
pelanggaran korupsi, kesalahan dalam melakukan pembuatan laporan
keuangan,bahkan melalukan pemalsuan tanda tangan terhadap nasabah bank, kasus
ini terlibat karena kurangnya ketelitian dalam pembuatan laporan keuangan dan
kurangnya sistem dalam perusahaan yang bersangkutan.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia bukan lagi merupakan
sebuah fenomena, melainkan sudah merupakan fakta yang terkenal dimana mana.
Kini setelah rezim otoriter orde baru tumbang tampak jelas bahwa praktik KKn
selama ini terbukti telah menjadi tradisi dan budaya yang keberadaannya meluas,
berura akar, dan menggurtia dalam masyarakat serta sistem birokrasi Indonesia, mulai
dari pusat hingga lapisan kekuasaan yang paling bawah.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Kredibilitas.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh
Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang
bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Pernyataan
Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan
Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika dan Tujuan Profesi Akuntansi ?
2. Apa Tantangan Profesi Akuntan Global ?
3. Bagaimana Kode Etik Profesi Akuntan yang berlaku di Amerika Serikat (AS) ?
4. Bagaimana Kode Etik Akuntan yang diperkenalkan oleh Internasional Federation
of Accountants (IFAC) ?
5. Bagaimana Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah kita bisa diharapkan memperoleh pencerahan
tentang, ketertinggalan pengembangan profesi akuntan dalam menunjang kesatuan
ekonomi global, memahami kode etik profesi akuntan yang berlaku di Amerika
Serikat (AS), memahami profesi akuntan indonesia dan IFAC, serta memahami kode
etik akuntan yang diperkenalkan oleh Internasional Federation of Accountants
(IFAC).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Menurut buku yang berjudul “Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis” karangan
Agus Arijanto, S.E., M.M, pengertian etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”
berarti adat istiadat atau kebiasaan. Hal ini berarti berkaitan dengan nilai-nilai, tata
cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang
lainnya.Selain itu, etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai
moral yang benar dan salah.Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan pelaku bisnis.
Sedangkan menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan
Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani
yang diartikan identik dengan moral atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan
sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan manusia dengan penilaian baik atau
buruk dan benar atau salah. Etika melibatkan analisis kritis mengenai tindakan
manusia untuk menentukan suatu nilai benar atau salah dari segi kebenaran dan
keadilan. Jadi ukuran yang dipergunakan adalah norma, agama, nilai positif,
universalitas. Oleh karena itu istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah-istilah
tata krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila dan lain-lain yang berpijak
pada norma-norma tata hubungan antarunsur atau antarelemen di dalam masyarakat
dan lingkungannya.
Di samping etika merupakan ilmu yang memberikan pedoman norma tentang
bagaimana hidup manusia diatur secara harmonis, agar tercapai keselarasan dan
keserasian dalam kehidupan baik antarsesama manusia maupun antarmanusia dengan
lingkungannya. Etika juga mengatur tata hubungan antara institusi di dalam
masyarakat dengan institusi lain dalam sistem masyarakat dan environment
(lingkungan)-nya.

3
B. Tujuan Profesi Akuntansi
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi. Profesionalisme, Diperlukan individu yang dengan jelas
dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa, masyarakat membutuhkan kredibilitas
informasi dan sistem informasi, kualitas jasa terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa
yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi, kepercayaan
pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

C. Tantangan Profesi Akuntan Global


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem
informasi dan komunikasi, telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju
penyatuan sistem ekonomi global. Penyatuan sistem ekonomi global ini makin
mendorong tumbuhnya perusahaan –perusahaan multinasional yang beroperasi
melampaui batas-batas suatu negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat
jelas pada aktivitas bursa saham dan perdagangan valuta asing. Berbagai kesepakatan
dan kerja sama politik yang dicapai oleh para pemimpin negara-negara di dunia,
antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa (Europian Union-EU), dan terakhir
perjanjian WTO, makin mendorong ke arah penyatuan sistem ekonomi dunia.
Sayangnya, aktivitas bisnis perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan-
perusahaan multinasional yang bergerak di mancanegara, masih menyisahkan
permasalahan di bidang profesi audit dan akuntansi. Saat ini sedikitnya ada dua
persoalan dibidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung ke
arah kesatuan ekonomi global, yaitu :
1. Setiap negara masih mempunyai prisip akuntansi dan standar audit sendiri-
sendiri, yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
Banyak negara yang mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi
di wilyahnya menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku dinegara masing-masing.
2. Profesi akuntan didunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan
standar prilakuetis profesi akuntansi.

4
Pada abad ake-20 dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang
dominan diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu :
1. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS.
2. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa negara
Eropa lainnya.
3. Sistem yang berlaku di Inggris dan negara-negara persemakmuran.
Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat
menyulitkan perusahaan-perusahaan multinasional-perusahaan-perusahaan yang telah
beroperasi melampaui batas-batas wilayah negaranya-untuk menyusun laporan
keuangan gabungan atau laporan keuangan konsolodasi sebagai satu kesatuan entitas.
Belum lagi, jika suatu entitas perusahaan ingin go public di suatu negara, maka setiap
pengatur (regulator) di negara tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di negara pengatur
tersebut.
Memasuki abad ke-21, profesi akuntan didunia tercoreng oleh berbagai
skandal di bidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu
sendiri. Bgai tersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi
akuntan mulai menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar
kode etik profesiyang lebih ketat, disamping upaya untuk mengembangkan standar
teknis audit dan akuntansi itu sendiri. Selama ini terkesan bahwa upaya
pengembangan, penegakan, dan pengawasan terhadap penerapan kode etik profesi
akuntasi kurang mendapatkan perhatian yang serius.
Walaupun agak tertinggal, para akuntan didunia tidak tinggal diam dalam
menghadapi dua persoalan tersebut. Organisasi IAI sebagai wadah profesi akuntan di
Indonesia telah merintis berbagai kerja sama dengan beberapa organisasi profesi
akuntan di negara-negara ASEANdan Australia dalam upaya mempersempit jurang
perbedaan yang ada, baik yang menyangkut standar teknis maupun standar perilaku.
Di tingkat dunia, mulai terbentuk badan atau lembaga seperti International
Accounting Standard Board (IASB) dan International Federation of Accountants
(IFAC). Kedua badan ini tidak saja sangant peduli dengan upaya-upaya untuk
melakukan harmonisasi prinsip atau standar audit dan akuntansi di seluruh dunia,
tetapi juga mulai mengembangkan standar/kode atik profesi akuntan global dala
upaya mendukung aktivitas perkenomian global. Kelambatan dan kesulitan dalam
mengembangkan standar teknis audit, akuntansi dan kode etik profesi akuntan global,

5
antara lain disebabkan oleh banyaknya pihak yang berkepentingan dan banyaknya
badan/lembaga yang merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina, dan
mengawasi profesi akuntan itu sendiri. Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama
ini berkaitan langsung dengan profesi akuntansi, antara lain :
1. Pemerintah dan lembaga legislatif melalui produk peraturan dan
perundang-undangan.
2. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam, LK, BEI, SEC, NYSE,
dan lain-lain)
3. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA,
AAA, CICA, IMA dan lain-lain)
4. Badan/organisasi mandiri internasional (IFAC dan IASB)
5. Para pemakai/pengguna laporan keuangan, dan sebagainy.
Meskipun megalami banyak hambatan, diharapkan melalui kesadaran semua
pihak tentang pentingnya standar akuntansi, audit dan kode etik bertaraf internasional,
serta melaui berbagai bentuk kerja sama untuk meningkatkan citra profesi akuntan
sedunia, dapat segera dihasilkan dan disepakati bersama prinsip dan standar audit,
akuntansi, dan kode etik profesi yang berlaku sama di seluruh dunia.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka
mengantisipasi keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu
yang tidak terlalu lama lagi, organisasi IAI telah sepakat mengadopsi standar audit,
akuntansi, dan kode etik internasional yang dikeluarkan oleh IFAC.

D. Kode Etik Profesi Akuntan di AS


Sebagaimana dikatakan oleh [ CITATION Dus051 \l 1057 ] Enam manfaat dari
kode etik profesi,yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan
sejawat (peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku
yang diakui umum yang harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah
daripada mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu
bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang
abu-abu (ambiguous situational).

6
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees),
namun dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggungjawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis
tidak mau mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan
bertindak mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah
memberikan kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management
Accountants (IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang
berpraktik pada kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi
para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi
perusahaan.

E. Kode Etik Profesi Akuntan: International Federation Of Accountants (IFAC)


Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik
secara lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ;
Bagian A berisi prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh
profesi akuntan dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip
tersebut; Bagian B berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka
konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus,
terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental
pada bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi
akuntan bisnis (akuntan manajemen).
1. Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC
Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi
Kode Etik IFAC sebagai berikut:
a. Memahami Struktur Kode Etik,
b. Memahami Kerangka Dasar Kode Etik untuk melakukan penilaian
yang bijak,
c. Proses Menjamin Independensi Pikiran (independence in mind)
dan Independensi Penampilan (independence in appearance),

7
d. Pengamanan untuk mengurangi Risiko Situasi konflik
Kepentingan.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:
a. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa
kewajiban akuntan adalah untuk melayani kepentingan publik.
b. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eklusif
hanya melayani klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau
hanya melayani atasan (dari sudut pandang akuntan bisnis),
melainkan melayani kepentingan public dalam arti luas.
c. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan
profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik.
d. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan
dasar, yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi,
dan kerahasiaan.
e. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan
dilandasi oleh prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri
atas: integritas, objektivitas, kompetensi professional dan kehati-
hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
f. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat
diterapkan jika akuntan mempunyai sikap independen, baik
independensi dalam pikiran (independence in mind) maupun
independen dalam penampilan (independence in appearance).
Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain:
a. Prinsip-prinsip Fundamental Etika.
b. Independensi.
c. Ancaman terhadap Independensi.
d. Pengamanan terhadap Ancaman Independensi.

2. Prinsip-prinsip Fundamental Etika


Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri dari :
a. Tanggung jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai

8
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama anggota
untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-
jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting
di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan
sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini
hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada
tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang
teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan
tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota
mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota

9
harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan
bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka
kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota
mengharapkan anggota untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan
integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan
untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan
berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme
yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam
hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam
menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji
keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah
melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah
anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan
anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan
etika.
Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip
obyektivitas dan kehati-hatian profesional.

10
d. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas
jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan
harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan,
serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan
bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih
orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas,
pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor
berikut:
Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan
kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan
semua situasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran
kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan
standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau
kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.
Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau
pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.

11
Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-
orang yang terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip
obyektivitas.
Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-
orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakhir.
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan
ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya, derni kepentingan pengguna jasa dan
konsisten dengan tanggung-jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya mernilki keahlian
atau pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan
dan dalam semua tanggung-jawabnya, setiap anggota harus melakukan
upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan
bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang
terpisah:

12
1) Pencapaian Kompetensi Profesional.
Pencapaian kompetensi professional pada
awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang
tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan
ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan,
dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola
pengembangan yang normal untuk anggota.
2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui
kornitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan
profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggota.
Pemeliharaan kompetensi profesional
memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya
pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan
peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional
yang relevan.
Anggota harus menerapkan suatu program yang
dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu
atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan
standar nasional dan internasional.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya
pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung-jawab untuk
menentukan kompetensi masing-masing atau menilai
apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang

13
diperlukan memadai untuk tanggung-jawab yang harus
dipenuhinya.
Anggota harus tekun dalam memenuhi
tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan publik.
Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-
jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan
berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan
etika yang berlaku.
Kehati-hatian profesional mengharuskan
anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara
seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi
tanggung-jawabnya.
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi
iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh
melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau
pemberi kerja berakhir. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali
jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal
atau profesional untuk mengungkapkan informasi. Anggota
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan
informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh
informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau
terlihat menggunakan informasi terse but untuk keuntungan pribadi
atau keuntungan pihak ketiga. Anggota yang mempunyai akses
terhadap informasi rahasia ten tang penerima jasa tidak boleh

14
mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure)
kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi
dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan standar
profesional.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta
mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan :
Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk
mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua
pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh
harus dipertimbangkan.
Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di
mana anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan
informasi rahasia adalah: untuk menghasilkan dokumen atau
memberikan bukti dalam proses hukum; dan untuk mengungkapkan
adanya pelanggaran hukum kepada publik.
Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk
mengungkapkan :
1) Untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika;
pengungkapan seperti itu tidak bertentangan dengan prinsip
etika ini;
2) Untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam
sidang pengadilan;
3) Untuk menaati peneleahan mutu (atau penelaahan sejawat)
IAI atau badan profesionallainnya; dan
4) Untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI
atau badan pengatur.

15
g. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi: Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi hams dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar profesional yang hams ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan
Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur,
dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
3. Independensi
Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal,
yaitu independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan.
Untuk independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu
independensi dalam pikiran.
Dalam pikiran: suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mempromosikan penilaian profesional.
Dalam penampilan: penghindaran fakta dan kondisi yang sedekimian
signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional -
dengan memiliki pengetahuan.
a. Ancaman terhadap Independensi
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap
independensi dapat berbentuk :
1) Kepentingan diri (self-interest)
2) Review diri (self-review)
3) Advokasi (advocacy)

16
4) Kekerabatan (familiarity)
5) Intimidasi (intimidation).
b. Ancaman Independensi Akuntan Publik
Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan
keuangan, atau ada kepentingan dari keluarga langsung atau
keluarga dekat, atau kepentingan lain dari akuntan yang
bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan
dengan kepentingan public yang lebih luas. Contoh langsung
ancaman kepentingan diri untuk akuntan public, antara lain, namun
tidak terbatas pada:
1) Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau
kepentingan keuangan bersama pada suatu perusahaan
klien.
2) Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu
klien.
3) Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
4) Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
5) Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
6) Fee kontijensi sehubungan dengan perikatan penjaminan.
7) Ada pinjaman dari/atau kepada klien penjaminan, atau
kepada/dari direktur atau pejabat dari klien (IFAC, 200.4)
Contoh langsung Ancaman Kepentingan Diri untuk akuntan
bisnis:
1) Kepentingan keuangan, pinjaman, dan garansi;
2) Perjanjian kompensasi insentif;
3) Penggunaan harta perusahaan yang tidak tepat;
4) Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan.
c. Pengamanan terhadap ancaman
Ada dua kategori pengamanan terhadap Ancaman
Independensi, yaitu: Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau
regulasi; Pengamanan lingkungan kerja.

17
F. Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC
Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan
manajemen, mengikuti standar kompetensi yang beralku di AS. Namun dengan
kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau seluruh
profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem ekonomi global
tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kecenderungan timbulmya
kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh keseragaman atau keharmonisan
penerapan standar-standar teknis akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh
dunia.
Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkali-kali mengadakan
diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi standar-standar teknis dan
kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai forum, seperti kongres, seminar,
lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar terakhir, pengurus IAI bertekad untuk sesegera
mungkin agar profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang
dikeluarkan oleh International Federation of Accountans (IFAC).

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari contoh kasus dan penjelasan materi yang sudang dibahas, dapat kita
simpulkan beberapa hal yang penting. Seorang akuntan harus memegang teguh pada
prinsip akuntan yang professional karena dengan dilanggarnya prinsip tersebut
seorang akuntan tidak bisa disebut tenaga ahli yang professional karena
mempermainkan keadilan dan kejujuran.
Tidak hanya melakukan kolusi yang dapat merugikan masyarakat banyak
namun tindakan-tindakan diluar dari standar seorang akuntan yang professional juga
bisa menodai namanya sendiri sebagai seorang professional maupun orang-orang
yang berkerja di bidang tersebut karna masyarakt otomatis sudah tertipu oleh
kumpulan kasus-kasus pelanggaran etika professional akuntan.
Seorang akuntan juga harus bertanggung jawab akan laporan yang dibuat,
laporan tersebut harus bersih, jujur dan bebas dari hal-hal negatif yang melanggak
kode etik prrofessinya, prinsip kepentingan public juga harus dimiliki karena seorang
akuntan memang secara langsung berkerja untuk sebuah perusahaan namun bila
terjadi kecurangan dan ditutupi oleh akuntan hal tersebut juga merugikan hak-hak
masyarakat. Integritas yang tinggi harus dijunjung karena dengan adaanya prinsip
tersebut seorang akuntan tidak mudah diajak berkerjasama untuk merugikan
masyarakat dan hanya mementingkan keperluan perusahaan karena hal tersebut
menyangkut nama baiknya. Prinsip objektifitas perlu diberlakukan oleh seorang
akuntan dalam menjunjung tinggi keadilan secara intelektual, jujur dan tidak
memihak dan harus focus dengan apa yang ia kerjakan sebagai kewajibannya yang
harus dipertanggung jawabkan. Dan prinsip teknis adalah prinsip yang menjadi acuan
untuk seorang akuntan menjalankan tugasnya dengan benar karna prinsip teknis bila
dilanggar oleh seorang akuntan bisa langsung dikeluarkan dari lembaga-lembaga yang
menaungi akuntan professional maupun lembaga tinggi dari professional akuntan
publik.

19
20

Anda mungkin juga menyukai