Anda di halaman 1dari 2

HASIL DISKUSI TENTANG SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

FILSAFAT HUKUM ISLAM


OLEH KELOMPOK 6

Ketua : Zamzawir Akbar (201912056)


Sekretaris : Shafia Balqis (201912074)
Anggota : Farid Al Fatah (201912060)
Sukmayani Sinulingga (201912055)
Zahara Fonna (201912077)
Unit :3
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Hasil Diskusi :
1. Sejarah Pertumbuhan Filsafat Hukum Islam
Filsafat, berasal dari Keldania (sekarang Irak), kemudian pindah ke Mesir, lalu ke
Yunani, Suryani, dan akhirnya sampai ke negeri Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah
datangnya Islam. Setelah kaum muslimin membentuk suatu negara raksasa yang membentang
dari penghujung negeri Cina di timur, sampai ke penghujung semenanjung Andalusia di
Barat. Mereka telah menerima dan memegang panji-panji peradaban dunia, mendalami
berbagai disiplin ilmu dan seni, serta merenungkan dasar-dasarnya. . Pemikiran filsafat
masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8
Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Sejatinya awal
mula dari adanya kegiatan berijtihad sebenarnya telah diajarkan oleh baginda rasulullah,
dengan segala bentuk dan konsentrasi beliau dalam kasus yang dihadapinya, terlepas dari
kontrofersi penamaan penelusuran nabi masuk kategori ijtihad atau bukan.
Adapun awal pertumbuhan dari pada filsafat hukum islam adalah pertama
pemahaman orang islam atas pemberian izin oleh Rasul kepada Mu’adz untuk melakukan
ijtihad yaitu tentang permasalahan hukum Sehigga dari hal ini maka sedikit meawakili bukti
akan diperbolehkannya kegiatan berfikir atau berfilsafat dalam rangka menemukan dan
merumuskan suatu undang-undang atas kasus yang datang kemudian tampa ada keterangan
langsung dari wahyu dan hadits nabi. Bukti lain juga digambarkan oleh para sahabat nabi
dalam masa kepemimpinannya, salah satu dari itu adalah masa kepeminpinan sayyidina umar
yang secara tegas dan jelas dalam memberikan vonis atas orang yang melakukan
pelanggaran, beliau tidak lantas memberikan sanksi pada pelanggaar tersebut, bahkan kadang
keputusannya berbeda dengan apa yang dituangkan dalam al-Quran ataupun al-Hadits.

2. Sejarah perkembangan filsafat hukum islam


Setelah islam memiliki tempat yang tinggi dihati para umatnya, maka islam ditantang
oleh berbagai persoalan yang terus menerus mengalir tampa batas, sehingga para tokoh-
tokohnya harus melakukan penelitian yang konstruktif sebagai bentuk responya. Periodesasi
Perkembangan Filsafat Hukum Islam, yaitu; Pada masa nabi Muhammad saw, Pada masa
khulafaur rasidin, Pada masa pembinaan & pembukuan, Masa kelesuan pemikiran, Masa
kebangkitan, Menurut Jalaluddin dan Usman Said, ada 3 periode yaitu; periode awal
perkembangan Islam, periode klasik dan periode modern.Kegiatan penelitian terhadap hukum
Islam telah banyak dilakukan oleh para ulama yang dikenal dengan sebutan ushul fiqh.
Ulama generasi awal yang sudah melakukan kegiatan ijtihad ini dikenal dengan sebutan
imam empat mazhab, yaitu Malik ibn Anas, Abu Hanifah, Asy-syafi’iy dan Ahmad bin
Hambal. Kegiatan filsafat hukum Islam ini terus berlanjut oleh generasi berikutnya. Al-
Juwaini yang dikenal sebagai ulama ushul fiqh generasi awal menekankan pentingnya
memahami maqashid al-syariah (tujuanhukum) dalam menetapkan hukum. Ia secara tegas
menyatakan bahwa seseorang tidak dikatakan mampu menetapkan hukum dalam Islam
sebelum ia dapat memahami dengan benar tujuan Allah menetapkan perintah-perintah dan
larangan-larangannya. Kemudian ia mengaitkan tujuan hukum tersebut dalam kaitannya pada
pembahasan ‘illah dalam masalah qiyas.Menurut pendapatnya, dalam kaitan dengan ‘illah,
ashl dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu daruriyat, hajiyyat, dan makramat.
Kerangka berpikir `al-Juwaini diatas dikembangkan oleh muridnya al-Ghazali. Dalam
kitabnya Syifa’al-Ghalil, Ghazali menjelaskan maksud syariat dalam kaitannya dengan
pembahasan al-munasabatal-mashalahiyah dalam qiyas. Sementara dalam kitabnya yang lain
ia membicarakannya dalam pembahasan istishlah. Menurut al-Ghazali, mashlahat adalah
memelihara maksud al-Syar’i(pembuathukum). Kemudian ia memerinci mashlahat itu
menjadi lima, yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Pada masa sekarang kegiatan berfilsafat, dalam hukum islam ini telah dinaumgi dalam
sebuah organisasi keislaman yang bertugas mencari ketetapan hukum terhadap masalah-
masalah baru yang terdapat didalam masyarakatnya. Pada masyarakat Indonesia, proses
ijtihad ini dilakukan oleh organisasi-organisasi islam yang di sebut dengan majelis ulama
Indonesia (MUI) yang bertugas memberikan jawaban-jawaban atas permasalahan baru yang
muncul dikalangan umat islam di Indonesia.Dalam menetapkan hukum, MUI menggunakan
suatu istilah yang disebut dengan fatwa, yaitu keputusan atau ketetapan hukum baru terhadap
permasalahan yang tidak terdapat didalam Al-Quran, Hadits, maupau kitab-kitab hukum
islam terdahulu agar terpeliharanya keamanan dan kesejahteraan umat islam di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai