Hasil Diskusi :
1. Sejarah Pertumbuhan Filsafat Hukum Islam
Filsafat, berasal dari Keldania (sekarang Irak), kemudian pindah ke Mesir, lalu ke
Yunani, Suryani, dan akhirnya sampai ke negeri Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah
datangnya Islam. Setelah kaum muslimin membentuk suatu negara raksasa yang membentang
dari penghujung negeri Cina di timur, sampai ke penghujung semenanjung Andalusia di
Barat. Mereka telah menerima dan memegang panji-panji peradaban dunia, mendalami
berbagai disiplin ilmu dan seni, serta merenungkan dasar-dasarnya. . Pemikiran filsafat
masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8
Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Sejatinya awal
mula dari adanya kegiatan berijtihad sebenarnya telah diajarkan oleh baginda rasulullah,
dengan segala bentuk dan konsentrasi beliau dalam kasus yang dihadapinya, terlepas dari
kontrofersi penamaan penelusuran nabi masuk kategori ijtihad atau bukan.
Adapun awal pertumbuhan dari pada filsafat hukum islam adalah pertama
pemahaman orang islam atas pemberian izin oleh Rasul kepada Mu’adz untuk melakukan
ijtihad yaitu tentang permasalahan hukum Sehigga dari hal ini maka sedikit meawakili bukti
akan diperbolehkannya kegiatan berfikir atau berfilsafat dalam rangka menemukan dan
merumuskan suatu undang-undang atas kasus yang datang kemudian tampa ada keterangan
langsung dari wahyu dan hadits nabi. Bukti lain juga digambarkan oleh para sahabat nabi
dalam masa kepemimpinannya, salah satu dari itu adalah masa kepeminpinan sayyidina umar
yang secara tegas dan jelas dalam memberikan vonis atas orang yang melakukan
pelanggaran, beliau tidak lantas memberikan sanksi pada pelanggaar tersebut, bahkan kadang
keputusannya berbeda dengan apa yang dituangkan dalam al-Quran ataupun al-Hadits.
Pada masa sekarang kegiatan berfilsafat, dalam hukum islam ini telah dinaumgi dalam
sebuah organisasi keislaman yang bertugas mencari ketetapan hukum terhadap masalah-
masalah baru yang terdapat didalam masyarakatnya. Pada masyarakat Indonesia, proses
ijtihad ini dilakukan oleh organisasi-organisasi islam yang di sebut dengan majelis ulama
Indonesia (MUI) yang bertugas memberikan jawaban-jawaban atas permasalahan baru yang
muncul dikalangan umat islam di Indonesia.Dalam menetapkan hukum, MUI menggunakan
suatu istilah yang disebut dengan fatwa, yaitu keputusan atau ketetapan hukum baru terhadap
permasalahan yang tidak terdapat didalam Al-Quran, Hadits, maupau kitab-kitab hukum
islam terdahulu agar terpeliharanya keamanan dan kesejahteraan umat islam di Indonesia.