Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DAN ETIKA AKADEMIK


Prof. Dr. Ir. YUNUS MUSA, M.SC.

RUSNI FITRI Y.R.


P013211010

S3 Ilmu Pertanian
Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
2021
1. Contoh penerapan 3 prinsip etika berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi:
a. Meta-Ethics: Metaetika merupakan pandangan luas dari keseluruhan aspek etika.
Dalam struktur sosial masyarakat seringkali kita mendapatkan perbedaan pekerjaan
dan proses pengambilan keputusan berdasarkan gender. Pada keluarga petani,
pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan usaha tani dibagi menjadi gender. Dimana
suami sebagai kepala keluarga dan biasanya dibantu anak laki-laki mereka bertugas
membajak sawah, memberi pupuk dan memanen. Sedangkan para perempuan
termasuk ibu dan anak perempuan menjemur gabah serta melakukan pekerjaan
domestik rumah tangga. Pada beberapa masyarakat petani miskin perempuan turut
serta pada lahan persawahan sebagai buruh tani. Walaupun perempuan turut serta
dalam pencarian nafkah dengan memegang banyak peran penting yang tidak hanya
berperan dalam proses produktif ekonomi rumah tanggga namun juga sebagai peran
reproduksi untuk melahirkan anak serta peran sosial dengan mengikuti arisan maupun
pengajian dilingkungan tempat tinggal, perempuan selalu kehilangan suara saat
proses pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan
kondisi sosial ekonomi dan kegiatan penting keluarga masih dipegang oleh laki-laki.
b. Normative Ethics: Etika normatif berkaitan dengan bagaimana seseorang harus
bertindak secara moral. Dalam melihat peran orang tua terhadap anaknya maka orang
tua memiliki kewajiban moral untuk memberikan sandang, pangan dan pendidikan
terhadap anak-anaknya. Pendidikan dalam hal ini tidak hanya pendidikan formal yaitu
bersekolah namun yang lebih penting adalah pendidikan keluarga yang menanamkan
etika, moral dan perilaku yang baik. Standar dalam pendidikan etika, moral dan
perilaku ini kemudian berdasar pada lingkungan dan struktur masyarakat sosial.
Contohnya: pada keluarga bugis makassar seorang anak tidak boleh menyela
pembicaraan orang tua pada saat orang tua lagi berbicara, jika lewat didepan orang
harus melakukan sikap “tabe” serta menyuguhkan minuman jika ada orang bertamu
ke rumah.
c. Applied Ethics: Etika terapan adalah etika yang khusus pada analisa moral yang
spesifik dan kontroversial. Pada masyarakat bugis makassar seorang laki-laki harus
memperlihatkan dirinya sebagai seorang yang bersikap jantan dan seorang
perempuan harus menampilkan sifat lemah lembut. Banyaknya peralihan sexualitas
dari laki-laki menjadi perempuan dan begitupun sebaliknya memberikan dampak
negatif yang tidak bermoral dan tidak dapat diterima oleh masyarakat. Walaupun
pemilihan jati diri dan operasi kelamin merupakan hak setiap indivdu dewasa namun
penerapannya masih ‘tabu’ apalagi untuk struktur masyarakat ketimuran di Suku Bugis
Makassar. Hal tersebut tidak hanya mencoreng nama baik individu tersebut namun

2
juga seluruh keluarga besar menanggung malu karena anggota keluarganya dianggap
tidak bermoral dan menyalahi aturan alam.

2. Penjabaran 4 prinsip dasar Etika Akademik; Honesty; Confidentiality; Conflict of Interest


dan Responsibility dengan memberikan dari masing2 prinsip berdasarkan Disiplin Ilmu
(Sosial Ekonomi), dan Akar Budaya (Bugis Makassar).
a. Kejujuran (Honesty): Penerapan kejujuran dalam akademik dan disiplin ilmu akan
saya jelaskan dari aspek peneliti. Bahwa seorang peneliti seharusnya jujur kepada
responden mereka mengenai tema penelitian dan isi kuisioner. Seorang peneliti
terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan secara rinci data apa saja yang
akan diambil dari responden. Pada beberapa kasus, seorang peneliti tidak jujur
kepada responden karena takut data bersifat sensitif dan kemungkinan besar
responden tidak akan memberikan data tersebut sehingga peneliti terkadang
memanipulasi pertanyaan dengan memutarbalikkan data yang ada. Berkaitan dengan
pengambilan data, seorang peneliti juga harus jujur saat melakukan input data pada
hasil penelitian. Jika yang terjadi dilapangan adalah Fenomena A maka hal itu yang
harus dijelaskan dalam hasil dan pembahasan laporan penelitian walupun hasil
tersebut ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi si peneliti.
b. Kerahasiaan (Confidentiality): Antara seorang peneliti dan respondennya
seharusnya ada hal-hal yang bersifat rahasia apalagi jika hal tersebut merupakan
permintaan dari responden. Pada penelitian sosial kaum perempuan biasanya
merasakan tekanan sosial yang lebih dibanding laki-laki. Untuk menyajikan data yang
real dilapangan merupakan hal yang sangat penting bagi penelitian sosial namun
terkadang responden tidak ingin diekspos identitas pribadinya. Sehingga seorang
peneliti harus merahasiakan identitas responden tersebut demi kepentingan
keselamatan dan menjaga kehormatan responden. Hal tersebut dapat menunjukkan
bahwa seorang peneliti tersebut dapat dipercaya dengan memegang kerahasiaan
responden. Dalam budaya masyarakat bugis menjaga hubungan baik dengan sesama
merupakan kunci kesuksesan seperti pada petuah bugis berikut “ Melleki tapada
melle; tapada mamminanga; tasiyallabuang” (marilah kita menjalin suatu
hubungan yang lebih baik agar cita-cita yang diinginkan bisa menjadi
kenyataan)
c. Konflik Kepentingan (Conflict of Interest): Pada penelitian sosial ekonomi,
pemilihan lokasi penelitian biasanya berdasarkan data jumlah populasi terbanyak dan
karakteristisk masyarakat sesuai dengan target penelitian. Hal ini menunjukkan tingkat
profesionalitas seorang peneliti lapangan karena merujuk lokasi berdasarkan data.

3
Namun ada juga peneliti yang memilih lokasi penelitian karena memiliki kepentingan
pada daerah tersebut sehingga memilih daerah tersebut sebagai lokaasi penelitian.
Padahal ada daerah lain yang lebih berpotensi menjadi lokasi penelitian berdasarkan
jumlah populasi dan karakteristik responden. Pemilihan lokasi berdasarkan
kepentingan si peneliti tidak hanya memunculkan keraguan terhadap proses penelitian
namun juga pada hasil penelitian.
d. Tanggung Jawab (Responsibility): Data yang diambil dilapangan merupakan data
mentah yang nantinya akan diolah dalam hasil dan pembahasan penelitian. Seorang
peneliti seharusnya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap data yang dikemukakan
dalam penelitian sehingga pada nantinya jika ada yang menyanggah hal tersebut bisa
dipertanggungjawabkan sepenuhnya. Seorang peneliti sosial tidak hanya
bertanggung jawab dengan hasil penelitian yang dia akan laporkan namun juga
bertanggung jawab kepada responden penelitian yang merupakan bagian dari
masyarakat. Tanggung jawab ini berupa memasukkan data yang sah dan sesuai
kondisi dilapangan yang sebenarnya. Bukan memanipulasi data sehingga terlihat baik
dan sesuai ekspektasi maupun teori. Penelitian yang baik adalah penelitian yang
menggambarkan fenomena yang terjadi dilapangn, bukan dari kehendak personal
seorang peneliti. Tanggung jawab seharusnya dilaksanakan pada saat menentukan
ide hingga melakukan publikasi.

3. Etika terkait secara dekat dengan Honesty. Apakah kejujuran dapat diperoleh secara
genetis atau secara pendidikan akademis formal, atau pendidikan informal?
Kejujuran bukan berasal dari genetis (keturunan) karena manusia lahir tidak
mengenal kejujuran dan tidak ada faktor kejujuran turunan dalam DNA manusia namun pada
saat bertumbuh dengan lingkungan sekitarnya barulah dia mengenal apa yang namanya
kejujuran. Jujur merupakan bagian dari moral dan etika yang seharusnya menjadi hal pertama
yang diajarkan di keluarga sebagai pendidikan pertama anak (pendidikan informal). Seiring
berjalan waktu, seorang anak akan belajar berkata dan berlaku jujur jika hal tersebut
dicontohkan oleh orang-orang disekitarnya terutama orang tua sebagai madrasah dasar dan
pertama seorang anak.
Selain dirumah, sekolah yang merupakan pendidikan formal juga memberikan
pelajaran kejujuran melalui mata pelajaran PPKN yang membawa nilai-nilai Pancasila untuk
saling menghormati dan jujur kepada orang lain. Perilaku jujur bisa dicontohkan seorang guru
kepada muridnya dengan memberikan nilai sesuai dengan kemampuan masing-masing
murid. Begitupula pada pendidikan tinggi, seorang dosen seharusnya memberikan nilai sesuai
dengan kinerja mahasiswa bukan karena kepentingan karena adanya hubungan kekerabatan.

4
Nilai-nilai kejujuran akan menular jika seorang pendidik mulai dari orang tua, guru hingga
dosen memberikan contoh perilaku jujur.

4. Academic Integrity berarti bertindak dengan nilai-nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan,


rasa hormat dan tanggung jawab dalam belajar. Hal ini juga berarti mempraktikkan nilai-nilai
tersebut secara aktual dalam lingkungan akademik universitas sehingga seorang akademisi
bisa bersikap adil kepada orang lain, bertanggung jawab untuk belajar dan jujur melakukan
tugas-tugasnya. Setiap civitas akademika harus JUJUR secara pribadi maupun intelekttual
dalam proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Mereka juga
harus bisa saling PERCAYA dan ADIL bahwa tiap orang melakukan tugasnya masing-
masing. Dalam hal menghormati maka setiap peneliti di universitas harus MENGHORMATI
karya masing-masing orang dengan tidak melakukan plagiarism terhadap hasil karya orang
lain. Jika ada yang melakukan pelanggaran maka harus BERTANGGUNG JAWAB dan
menerima sanksi akademik jika terbukti benar melakukan tindakan tersebut

5. Plagiarisme: Sebagian besar perguruan tinggi telah membuat panduan anti plagiarisme
karena maraknya berbagai praktek plagiat yang dilakukan bukan hanya mahasiswa namun
juga oleh dosen. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Plagiat adalah pengambilan
karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah pendapat
(karangan) sendiri. Dalam Permendiknas No.17 tahun 2010: Plagiat adalah perbuatan secara
sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai
untuk suatu karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai.
Batasan Plagiarisme: tidak ada aturan jelas seberapa besar atau seberapa banyak
persentase dari mengutip naskah orang lain sehingga disebut plagiat. Namun ada
pemahaman bersama (konvensi) bahwa jika ada kemiripan (similarity) dibawah 15 % (>15%)
maka naskah tersebut tidak dikatakan plagiat. Lalu ada juga yang memberikan batasan
dibawah 25 % (>25%) tidak dikatakan plagiat. Aturan seberapa besar batasan plagiarisme
memang sepertinya berbeda-beda tiap institusi maupun jurnal sehingga sebagai
peneliti/penulis harus menyesuaikan aturan dari tiap institusi maupun jurnal tersebut.

6. Dampak buruk dari kegiatan Plagiarisme:


a. Penurunan Nilai: jika seorang terjerat kasus plagiarisme maka dengan sendirinya akan
menurunkan citra dan harga dirinya sebagai seorang akademisi.
b. Pemberhentian dari Universitas (dipecat): konsekuensi dari tindakan plagiat salah
satunya adalah pemecatan. Tindakan ini tidak hanya mencoreng nama penulis secara
pribadi namun juga kampus tempatnya mengabdi karena dalam sebuah naskah

5
penelitian dan artikel yang dipublikasi seorang penulis pasti mencantumkan nama
instansi/kampus tempatnya bekerja. Sehingga hal ini membawa dampak buruk
terhadap institusi
c. Ketidakpercayaan dari mahasiswa dan dosen: kegiatan plagiat membuat hilangnya
kepercayaan orang lain. Karena mereka pasti juga takut jika nantinya suatu hari hasil
pemikiran mereka akan diambil/dicuri.
d. Hancurnya karir dan reputasi profesional: kasus plagiarisme dengan cepat dapat
menyebar dikalangan akademisi sehingga akan banyak orang yang mengetahui
tindakan tersebut. Banyaknya orang yang mengetahui kasusnya sehingga nama
seorang plagiator akan diingat dan sangat kecil kemungkinan akademisi lain ingin
melakukan kolaborasi sebagai tim penulis karena reputasinya sebagai seorang
plagiator. Orang-orang enggan berurusan dengan seorang plagiator.

7. Cara Menghindari Plagiarisme:


a. Memulai menulis artikel diawal waktu: jangan menunda ketika akan menulis artikel.
Lakukan pencarian dan pembacaan sumber pustaka lebih awal sehingga menemukan
banyak literatur yang berfungsi untuk membuka wawasan yang lebih luas akan topik
yang akan ditulis.
b. Merekam dengan baik sumber-sumber yang digunakan: simpanlah selalu catatan
dengan baik sumber pustaka yang akan dijadikan bahan dalam artikel. Usahakan
langsung mencatat dengan lengkap sumber bacaan dan sitasi.
c. Pelajari cara mengutip: semua sumber kutipan baik dari web, pidato atau artikel ilmiah
harus ditulis dalam daftar pustaka. Cara mengutip baik kutipan langsung maupun
pharaprase tetap harus dituliskan sumbernya.
d. Gunakan banyak sumber: jika menjelaskan sebuah konsep dalam artikel maka
usahakan untuk menggunakan banyak sumber dan cantumkan dalam pustaka.
e. Kembangkan gaya penulisan sendiri: jangan hanya menyalin pendapat orang lain lalu
mengklaim sebagai hasil pemikiran sendiri. Namun kembangkan kalimat sendiri dari
catatan serta jangan lupa mencantumkan sumber pustakanya
f. Gunakan aplikasi pengelolaan pustaka: pengunaan aplikasi Zotero, Endnote,
Mendeley untuk memudahkan penyimpanan sumber pustaka. Buatlah folder
penyimpanan diaplikasi untuk keselurahan sumber pustaka yang digunakan.

6
Sumber Rujukan:

Musa, Y. 2021. Bahan Ajar Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Akademik. Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.

Panduan Anti Plagiarism. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Diunduh pada tanggal 3
Desember 2021, http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327

Soetanto, H. 2014. Memahami Plagiarisme Akademik. Diunduh pada tanggal 3 Desember


2021, https://ppikid.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Plagiarisme-Akademik-
2014.pdf

Anda mungkin juga menyukai