Anda di halaman 1dari 6

EKSPERIMEN PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM PADA PIPA BERALIRAN LAMINIR

DENGAN PARAMETER LAJU ALIR DAN ADITIF ION CU2+ : KAJIAN KINETIS
Wiji Mangestiyono1), A.P. Bayuseno2), Stefanus Muryanto3)
1)
Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Undip
2)
Teknik Mesin Fakultas Teknik Undip
3)
Fakultas Teknik Untag

ABSTRACT

Wiji Mangestiyono, , A.P. Bayuseno2, Stefanus Muryanto, in this paper explain that the problem of
gypsum scaling becomes a trouble for some industry in which use some water for its system. Some disadvanteges
come up because of : the time of industrial process will be more longer and production cost increase
necesery.To prevent the growth of scale, the experiment must be done. Researcher try to answer this problem so
an experimental about kinetic study of gypsum scaling established. Flowrate would be a parameter with assume
that it has effect on reaction flow. The result of this experiment are : reaction rate increase when flow rate
increase; adition some aditives becomes reaction rate decrease.

Keywords : crystal, flow rate, reactio rate, gipsum

PENDAHULUAN mempunyai hubungan yang negatif terhadap waktu


Setiap industri yang menggunakan air kristalisasi tetapi positif terhadap jumlah impuritas
dalam sistem kerjanya bisa dipastikan bahwa selalu yang ada dalam air. Semakin tinggi kecepatan akan
mempunyai permasalahan dengan pengerakan. semakin rendah waktu reaksi pembentukan inti,
Pengerakaan terjadi pada komponen industri yang akan tetapi jumlah deposit yang diangkut menjadi
sangat komplek, misalnya pada industri listrik semakin banyak.
tenaga uap, pengerakan terjadi hampir pada Kerak yang terjadi pada dinding pipa atau
seluruh komponen yang ada pada industri tersebut pada bejana akan berakibat menimbulkan
meliputi komponen : Water Reservoir, Boiler, Heat berbagai kerugian pada system industri. Kerugian
Exchanger, Condenser (Jamaialahmadi,2007). kerugian yang terjadi bisa dijabarkan dalam poin-
Pengerakan merupakan proses alami yang poin berikut : Intensitas kerak ; menyebabkan
terjadi karena adanya reaksi antara kandungan berkurangnya penampang pipa atau bejana dimana
kandungan yang tidak dikendaki yang terdapat pada fluida dialirkan. Hal ini mengakibatkan
air. Kandungan yang dimaksudkan bisa meliputi menurunnya debit aliran sehingga proses industri
(Popescu,2008) : alkalin, kalsium, klorid, Sulfat, akan menjadi lebih lama serta beaya produksi akan
Nitrat, Besi, Seng, Tembaga, Phosphat, Aluminium lebih mahal.
dll. Penambahan ketebalan dinding ; misalnya
Selain faktor kimia yang mempengaruhi dinding ketel pipa air dimana pada pipa tsb
proses pengerakan ada pula faktor lain yaitu fisik dilakukan pembakaran maka proses
(Managing Queensland Natural Resources, 2006), perpindahan panas secara konduksi akan terhalang
misalnya temperatur, laju alir dan model aliran. oleh lapisan kerak yang berakibat terjadinya
Untuk kondisi lingkungan temperatur proses tidak penurunan efisiensi perpindahan panas.
mempunyai variasi yang besar yaitu masih berkisar Permasalahan ini tentu saja akan menjadikan
pada suhu kamar sebagai contoh pada industri air pemborosan yang kontradiktif dengan isu hemat
minum. Untuk beberapa industri temperatur proses enerji.
sangat variatif sesuai dengan kebutuhan industri itu Bila dilakukan pembersihan pada kerak yang
sendiri dimana akan memberikan pengaruh menempel pada dinding dimana kerak menempel
terhadap proses pengerakan. maka sistem produksi harus dihentikan sementara
Faktor fisik yang lainnya adalah model dimana akan mempunyai imbas berkurangnya
aliran yaitu apakah aliran yang ada pada proses produksi dan meningkatnya anggaran pembayaran
pengerakan adalah laminer atau turbulen dimana buruh industri.
keduanya memberikan pengaruh yang berbeda pada Dari uraian yang telah disebutkan ternyata
proses pengerakan. Pengerakan yang terjadi secara impuritas yang sangat berpeluang menimbulkan
assimtotik mempunyai perilaku yang berbeda kerak adalah kalsium dan sulfat dimana keduanya
dalam arah radial mau pun arah aksial (McKeon bersenyawa membentuk endapan CaSO4 yang
dkk,2007). Kecepatan aliran adalah faktor fisik dikenal sebagai kerak gipsum. Kerak gipsum sangat
yang mempunyai pengaruh kuat terhadap proses merugikan dalam proses produksi oleh karenanya
pengerakan. Ia memberikan tekanan aksial maupun harus dilakukan usaha untuk menghambat
radial yang berpengaruh terhadap proses pembentukannya dengan cara mengatur parameter
pembentukan inti kerak. Kecepatan aliran proses pertumbuhannya dimana salah satu

152 GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011
parameternya adalah laju alir. Selain itu langkah terjadinya reaksi kimia yang akan mengakibatkan
untuk menghambat pertumbuhan kerak gipsum timbulnya kerak(Managing Queenslands
dilakukan pula dengan menggunakan aditif yang Resources,2006). Kenaikan temperatur, perubahan
bertujuan untuk menghambat pertumbuhan kristal kecepatan dan tekanan, perubahan pH juga akan
kerak gipsum. memicu timbulnya kerak( Ha Ming Ang dkk,2007).
Dalam penelitian ini peneliti membatasi Kesadahan air yang tinggi yaitu ditandai dengan
permasalahan kerak yang dikaji yaitu kerak yang tingginya kandungan ion Ca2+, ion Mg2+, ion Cl-,
timbul dari reaksi kalsium dengan sulfat yang lazim ion SO42- dan ion HCO3- sangat memicu proses
disebut dengan istilah kerak gipsum. Pemilihan ini terjadinya kerak. Ion-ion yang disebutkan akan
didasari pertimbangan bahwa kerak gipsum adalah mengalami reaksi sebagai berikut (Azimi dan
jenis kerak yang paling banyak dijumpai dalam Papangelakis,2009):
lingkungan sehari-hari atau dalam industri (Ha Ca2+ + Cl2 - ↔ CaCl2
Ming Ang dkk,2006). Ca2+ + SO42- ↔ CaSO4
Model aliran yang lazim dijumpai ada dua Mg2+ + Cl 2- ↔ MgCl2
macam aliran yaitu laminer dan turbulen. Untuk Mg2+ + SO42- ↔ MgSO4
hal ini peneliti membatasi masalah untuk meneliti Kerak biasanya merupakan senyawa mineral
dengan model aliran laminer. yang berupa kalsium karbonat, kalsium sulfat,
Temperatur sistem dimana terjadi proses magnesium karbonat dan dalam keadaan tertentu
pengerakan bisa sangat bervariasi. Dalam hal ini disertai pula unsur-unsur lain yaitu mineral besi
peneliti melakukan pembatasan temperatur dengan serta butiran pasir, namun demikian kerak kalsium
memilih temperatur kamar dengan alasan bahwa sulfatlah (CaSO4) yang paling banyak dijumpai dan
pada temperatur tersebut proses pengerakan terjadi lazim dinamakan orang sebagai kerak gypsum.
secara alami.
Aditif yang akan digunakan untuk METODOLOGI
menghambat pertumbuhan kerak adalah ion Cu2+. Bahan yang akan digunakan dalam
Pemilihan aditif ini berdasarkan pemikiran bahwa penelitian ini meliputi : Kristal CaCl2 . 2H2O
ion Cu2+ ( tembaga ) adalah jenis ion yang lazim (Calsium Clorid Dehidrad) ; kristal Na2SO4
dijumpai sebagai impuritas dalam air terbuka, air (NatriumSulfat); H2O (aquades) dan kristal CuCl2
sumber maupun pada sistem industri. Kecepatan (Cuprum Clorid) dimana semuanya grade analitik.
aliran yang dipilih mempunyai tiga variasi Peralatan yang digunakan meliputi : pompa
kecepatan volumetrik yaitu 30 mL, 40 mL dan 50 air, daya 20 watt, jumlah 2 buah, kapasitas 10
mL per menit. L/jam ; gelas ukur dan stopwatch, untuk mengukur
kecepatan aliran air ; TDS, untuk mengukur
TINJAUAN PUSTAKA konduktifitas listrik pada larutan ; stabiliser
Pengerakan dalam pipa adalah suatu proses tegangan listrik ; bejana penampung larutan
terbentuknya endapan yang terjadi dalam kondisi kapasitas 10 liter 3 buah ; coupon ( tabung
alami pada suatu pipa yang mengalirkan air dengan pengerakan).
kesadahan, temperatur, kecepatan dan konsentrasi Disain alat yang dimaksudkan seperti
yang tertentu(Ha Ming Ang,2007). Pengerakan terlihat pada Gambar 1. Alat tersebut
dipengaruhi oleh kondisi phisik, seperti temperatur, memiliki lima bejana penampung larutan yaitu
kecepatan aliran, model aliran serta dipengaruhi bejana I dan III untuk menampung larutan CaCl2
pula oleh kondisi kimia seperti tingkat kesadahan ,bejana IIIdan IV menampung larutan Na2SO4
air yang mengalir dalam pipa, intensitas impuritas sedangkan bejana V digunakan untuk menampung
yang berada dalam air. Bisa dikatakan disini bahwa limbah. Pompa 1 yang dipasangkan digunakan
kondisi air yang dialirkan itulah yang pada akhirnya memompa larutan dari bejana I menuju bejana III,
menimbulkan permasalahan kerak itu sendiri( Al pompa 2 digunakan untuk memompa larutan dari
Barrak dan Rowell,2006). bejana II menuju bejana IV. Permukaan larutan
Kemungkinan bahwa air akan pada bejana III serta bejana IV dijaga agar
mengendapkan kerak bisa diukur dengan water keduanya mempunyai ketinggian yang sama yaitu
analysis. Ukuran dari water hardness ( kesadahan ), dengan cara memasangkan saluran yang terbuka
pH dan rasio klorid dengan carbonat adalah dari bejana III menuju bejana I dan dari bejana
merupakan indikator adanya kemungkinan bahwa IV menuju bejana II. Pada skema terlihat notasi Δh
air akan menimbulkan endapan kerak(Managing yaitu merupakan selisih ketinggian antara
Queenslands Natural Resources,2006). permukaan bejana III dan IV terhadap ketinggian
Pembentukan kerak juga dipengaruhi oleh beberapa saluran limbah. Δh bisa diatur dengan maksud
perubahan yang terjadi di dalam air termasuk di untuk mendapatkan laju alir yang berbeda-beda
dalamnya perubahan sifat phisik maupun perubahan sesuai dengan yang direncanakan yaitu sebesar 30
sifat kimia dalam system pengaliran air. Sebagai mL / menit; 40 mL per menit dan 50 mL / menit.
contoh pelepasan karbon dioksida pada waktu Nilai Δh didapat melalui langkah trial and error.
proses pemompaan dari sumur akan memacu Larutan yang terdapat pada bejana III dan IV

GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011 153
secara bersamaan dialirkan menuju coupon dan penimbangan kebutuhan CaCl2.2H2O dan Na2SO4
seterusnya menuju penampungan limbah. Pada sesuai dengan hasil perhitungan. Kemudian bejana
coupon ion Ca+ dan ion SO4- dari kedua larutan diisi dengan aquades sebanyak satu liter dan
mengadakan reaksi dan mengendap pada dinding CaCl2.2H2O dimasukkan dengan diaduk sampai
coupon sehingga terjadi kerak CaSO4. Nilai rata. Selanjutnya ditambah dengan aquades lagi
konduktivitas yang berubah pada saluran limbah hingga volumenya mencapai lima liter. Untuk
diukur dengan menggunakan TDS (Total Disolve menghilangkan partikel yang terbawa dalam
Solid ) yaitu suatu instrumen yang bisa digunakan larutan dilakukan penyaringan menggunakan
untuk mengukur konduktivitas larutan. kertas penyaring. Dengan demikian maka larutan
Pengukuran konduktifitas larutan dilakukan setiap CaCl2.2H2O telah siap. Langkah ini juga
lima menit sekali. dilakukan pula untuk pembuatan larutan Na2SO4
CaCl2 mulai dari volume lima hingga tujuh liter.
CaCl2
Jumlah coupon ada empat dipasang dari
CaCl2 bawah keatas seperti telah terlihat pada gambar
III
CONDUCTIVITY METER sebelumnya. Dimensi coupon adalah; panjang 30
III IV
III
Δh
m; diameter luar 18 mm dan diameter dalam 12,5
III IV V
mm. Sebelum dipasangkan pada rumahnya terlebih
V
V
dahulu coupon dipoles hingga permukaan bagian
V dalam menjadi halus. Selanjutnya n dalam menjadi
COUPON halus. Selanjutnya dicelupkan di dalam cairan HCl
selama 3 menit terus dibilas dengan air bersih dan
POMPA 1 POMPA 2
yang terakhir dibilas dengan aquades. Setelah itu
I II
I dikeringkan dengan memakai hair dryer.
I. CaCl2 . 2H2O
I
I
HEATER
II HEATER II. Na2SO4
Selanjutnya coupon dipasang pada rumah coupon.
I II HEATER
HEATER
III. CaCL2. 2H2O Pengambilan data (percobaan) dilakukan
STABILISER
HEATER
IV. Na2SO4 sebanyak sembilan kali yaitu terdiri dari tiga kali
TEGANGAN V. LIMBAH percobaan untuk pembentukan kerak tanpa aditif,
enam kali percobaan untuk pembentukan kerak
ARUS PLN
dengan aditif ion Cu2+. Pertama kali larutan
CaCl2.2H2O dimasukkan sejumlah lima liter dalam
bejana I selanjutnya larutan Na2SO4 dimasukkan
Gambar 1. Skema Alat Percobaan Pembuatan kedalam bejana II lima liter pula. Setelah itu
Kerak Gypsum pompa dihidupkan dan larutan akan naik mengisi
sampai batas atas bejana III dan bejana IV dan
Perhitungan dan pembuatan larutan segera kemudian pompa dimatikan. Beberapa saat
CaCl2.2H2O; Na2SO dan CuCl2 dilakukan sbb : kemudian pompa dihidupkan dan larutan mulai
konsentrasi Ca sebesar 3500 ppm adalah setara mengisi coupon dan dengan demikian runing telah
dengan 3,5 gram/liter. Karena BA Ca = 40 dimulai. Pencatat waktu pada saat yang sama juga
sedangkan BM CaCl2.2H2O adalah 147 maka bisa diaktifkan dimana setiap dua menit sekali perlu
ditemukan berat CaCl2.2H2O yaitu 3,5/40 x 147 dilakukan pengukuran terhadap konduktifitas
= 12,8625 gram/liter. Sedangkan perhitungan berat larutan. Untuk melakukan pengukuran
SO4 dihitung dengan cara mengacu pada senyawa konduktifitas larutan limbah larutan yang keluar
CaSO4 dimana mempunyai BM 136 sedangkan SO4 dari coupon ditampung pada bejana kecil yang
mempunyai BM 96, maka berat CaSO4 menjadi terbuat dari plastik dan segera mungkin elektroda
3,5/40 x 136 = 11,9 gram/liter. Selanjutnya SO4 TDS dimasukkan. TDS akan mengukur nilai
bisa didapatkan yaitu 11,9/136 x 96 = 8,4 konduktifitas larutansehingga pembacaan digitalnya
gram/liter. Seperti diketahui bahwa SO4 berada mulai berjalan dari nol naik terus sehingga akhirnya
dalam senyawa Na2SO4 dengan BM = 142. Maka berhenti. Angka yang terakhir inilah yang dicatat.
kebutuhan Na2SO4 per liter adalah 8,4/96 x 142= Demikian ini dilakukan berulang ulang setiap lima
12,425 gram/liter. Kebutuhan CuCl2 konsentrasi 5 menit sekali. Setelah waktu mencapai empat jam
ppm bisa dihitung sbb : 0,005/63,55 x 127,55 maka pompa dihentikan dan saluran menuju
=0,01 gram/liter sedangkan untuk konsentrasi10 coupon dilepas. Satu jam kemudian coupon
ppm: 0,01/63,55 x 127,55 = 0,02 gram /liter. diambil dari rumahnya dan dikeringkan dalam
Setelah jumlah kebutuhan senyawa kalsium oven suhu 600C selama enam jam.
dan senyawa sulfat telah dihitung dengan baik
maka mulailah langkah pembuatan larutan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Yang perlu dipersiapkan adalah aquades ; kertas Pembahasan kajian kinetis yang dilakukan
membran; bejana dari plastik; gelas ukur; gelas meliputi kajian waktu induksi (laju reaksi) yaitu
labu; timbangan analitik; pengaduk dari plastik. waktu yang dibutuhkan oleh senyawa kalsium
Langkah berikutnya adalah melakukan sulfat untuk membentuk inti kristal pertamakali.

154 GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011
Waktu ini ditandai dengan menurunnya gipsum. Grafiknya dicantumkan dalam Gambar 3.
konduktifitas larutan dimana menandakan bahwa Pada gambar yang dimaksudkan bisa didapatkan
ion-kalsium telah bereaksi dengan ion sulfat dan bahwa waktu induksi mempunyai nilai sebesar 30
mengendap membentuk inti kerak. Waktu induksi menit untuk laju alir 50 mL/menit, 34 menit untuk
untuk laju alir 30 mL/menit, 40 mL/menit dan 50 laju alir 40 mL/menit dan 38 menit untuk laju alir
mL/menit masing-masing menunjukkan angka yang 30 mL/menit. Nilai konduktifitas larutan yang
berbeda. Hal ini bisa dibaca melalui grafik dicatat mempunyai nilai 9072 – 8470 µS/Cm untuk
Hubungan Antara Kondukt ifitas Dengan Waktu laju alir 30 mL/menit; 9047 – 8321 µS/Cm dan
yang dicantumkan pada Gambar 2. 9016 – 8182 µS/Cm. Data ini bisa memberikan
9200 informasi bahwa penambahan aditif sebesar lima
ppm menjadikan waktu induksi lebih panjang
9000 dibanding tanpa aditif. Akibat lebih lanjut tentu saja
KONDUKTIVITAS (

8800 30 massa kerak juga akan lebih berkurang.


mL/menit 9200
8600
µS/Cm )

40 9000

KONDUKTIFITAS
8400 mL/menit
8800 30

(µS/Cm )
8200 50 mL/menit
8000 mL/menit 8600
40
0 100 200 300 8400 mL/menit
WAKTU ( MENIT )
8200 50
Gambar 2. Grafik hubungan antara konduktivitas
mL/menit
dengan waktu, tanpa aditif 8000
0 100 200 300
Pada grafik diatas terlihat bahwa waktu
induksi untuk laju alir 30mL/menit adalah lebih WAKTU ( MENIT )
besar yaitu 34 menit. Sedangkan untuk laju alir 40 Gambar 3. Grafik hubungan konduktifitas dengan
mL/menit waktu induksi sebesar 30 menit dan dan waktu dengan aditif 5 ppm
untuk laju alir 50 mL/menit waktu induksi sebesar
26 menit. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar Pada kajian ini aditif ion Cu2+ dinaikkan lagi
dalam mengambil kesimpulan bahwa didalam konsentrasinya menjadi sebesar 10 ppm. Percobaan
proses pertumbuhan kerak gypsum laju alir yang dilakukan melalui prosedur yang sama dengan
mempunyai pengaruh terhadap waktu terbentuknya sebelumnya dan hasilnya diuraikan berikut ini.
inti kristal pertamakali. Bentuk pengaruhnya adalah Waktu induksi pembentukan kristal gipsum
semakin tinggi laju alir maka waktu pembentukan mengalami peningkatan yaitu 34 menit untuk laju
inti kristal akan semakin pendek. Implikasi lebih alir 50 mL/menit, 38 menit untuk laju alir 40
lanjut dari kesimpulan ini adalah bila inti kristal mL/menit dan 42 menit untuk laju alir 30mL/menit,
lebih cepat terbentuk maka massa kristal akan seperti yang dicantumkan pada Gambar 3. Adapun
menjadi lebih banyak. hasil pencatatan konduktifitas larutan setiap dua
Distribusi nilai konduktifitas seperti terlihat menit bisa dibaca pada grafik yang telah
pada Gambar 2 ternyata menunjukkan kondisi yang dicantumkan. Konduktifitas mulai percobaan dan
tidak terduga sebelumnya. Konduktifitas yang setelah akhir percobaan yaitu pada menit ke 240
tercatat lima menit pertama untuk tiga variasi laju didapatkan sbb : 9102 – 8528 µS/Cm untuk laju alir
alir menunjukkan angka yang berbeda yaitu 9041 30 mL/menit, 9075 – 8401 µS/Cm untuk laju alir
µS/Cm, 9016 µS/Cm dan 8988 µS/Cm dari laju alir 40 mL/menit dan 9043 – 8291 µS/Cm untuk laju
terrendah ke tertinggi. Pada menit ke 200 dimana alir 50mL/menit. Angka–angka ini sedikit
konduktifitas larutan mulai stabil nilainyapun mengalami penurunan dibanding dengan data yang
berbeda pula untuk ketiga variasi laju alir yaitu dicatat pada penambahan aditif sebesar lima ppm.
sebesar 8430 µS/Cm, 8275 µS/Cm dan 8135 Lebih lanjut kajian kinetis ini bisa diperjelas
µS/Cm. Hal ini bisa disimpulkan sebagai berikut : melalui pembuatan grafik yang menunjukkan
mengingat bahwa kerak terbentuk oleh adanya hubungan antara waktu induksi dengan laju alir
reaksi dan pengendapan antara ion-ion maka bila seperti tercantum dalam Gambar 4. Melalui grafik
semakin banyak ion yang bereaksi dan mengendap tersebut terbaca dengan jelas nilai waktu induksi
akan menjadikan konduktifitas larutan menjadi untuk tiga variasi laju alir tanpa aditif, dengan aditif
lebih kecil. Akibat lebih lanjut adalah akan lima ppm dan dengan aditif 10 ppm. Berturut-turut
terbentuk massa kerak yang lebih banyak. nilai waktu induksi untuk tanpa aditif, dengan aditif
Setelah larutan diberi ion Cu2+ sebanyak lima ppm dan dengan aditif 10 ppm adalah 34; 38
lima ppm dan kemudian dilakukan percobaan maka dan 42 menit untuk laju alir 30 mL/menit, 30; 34
didapatlah waktu induksi pembentukan kristal dan 38 menit untuk laju alir 40 mL/menit dan 24;
28 dan 32 menit untuk laju alir 50 mL/menit.

GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011 155
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa laju alir Bagi operator industri dimana dalam sistem
yang lebih tinggi baik tanpa aditif maupun dengan industrinya menggunakan air yang mengalir
aditif dalam proses kristalisasi gipsum disarankan untuk memilih laju alir serendah
menyebabkan lebih mudah pembentukan kristal mungkin sepanjang masih memenuhi ketentuan
dibanding dengan laju alir yang lebih rendah. industri untuk mencegah atau menghambat
Pembentukan kristal yang lebih cepat akan pertumbuhan kerak gipsum. Sebagai contoh bila
menyebabkan lebih mudah pula terjadi proses laju alir yang diijinkan dalam panduan operasi
pengerakan. adalah 2 – 4 m per detik maka sebaiknya memilih
yang terrendah yaitu 2 m per detik.
9200 Bagi disainer atau perancang industri agar
9100 memilih penampang pipa yang lebih besar untuk
9000 mengalirkan air sehingga untuk debit yang sama
8900 30 laju alirnya bisa menjadi lebih rendah dan
KONDUKTIFITAS µS/Cm

8800 mL/MENIT diharapkan bisa menghambat pertumbuhan kerak


8700 gipsum.
8600 40
8500 mL/MENIT DAFTAR PUSTAKA.
8400 1. Ang. Haming, et all, 2006, Gypsum scale
)

50
8300 mL/MENIT
Formation Control In Pipe Flow System : A
8200 Systemic Study On The Effect Of
Process Parameters An Additives,
0 100 200 300 Curtin University Of Technology,
WAKTU ( MENIT ) Perth,Australia.
Gambar 4. Grafik hubungan konduktifitas dengan 2. Al-Barrak.K, Rowell. D.L, 2006, The
waktu, aditif 10 ppm Solubility Of Gypsum In Calcareous
Soil, Science Direct, 136 pp : 830-837.
45 3. Beck. Ralf, et all, 2009, The Effect Of
WAKTU INDUKSI (

Crystalization Conditions, Cristal


40 Morphology And Size On Pressure
TANPA
MENIT )

Filtration Of L-Glutamic Acid And An


35
ADITIF Aromatic Amine, Elseiver, Separation And
30 Publication Technology, 66 pp:549-558.
ADITIF 5 4. Hoang. Tung A, et all, 2007, Effect
25 PPM Temperature On Scaling Of Calcium
Sulfate In Pipe, Powder Technology 179
20 ADITIF 10
pp: 31-37.
20 40 60 PPM
5. Isopescu.Raluca, et all, 2009, The Effect Of
Organic Additive On Induction Time And
LAJU ALIR ( mL/MENIT ) Characteristic Of Precipitated Calcium
Carbonate, Chemical Engineering And
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Waktu Induksi Research Design.
Dengan Laju Alir 6. Jamaialahmadi. M, Steinhagen. H. Muller,
2007, Heat Exchanger Fouling And
KESIMPULAN Cleaning In The Dehydrate Process For
Waktu induksi untuk percobaan tanpa The Production Of The Phosporic Acid,
menggunakan aditif berturut-turut dari laju alir 30; Chemical Engineering Research And Design,
40 dan 50 mL/menit adalah 34; 30 dan 26 menit. 85 pp : 245-255.
Hal ini memberikan arti bahwa semakin besar laju 7. Jun. Liu Wen, et all, 2009, Anti Scaling
alir maka waktu pembentukan kristal akan semakin Properties Of Zinc Ion And Copper Ion
cepat dan pertumbuhan kerak akan semakin lebih In The Recycling Water, Ionics, 15 pp:
cepat pula. 337-343.
Penambahan aditif ion Cu2+ sebesar 10 ppm 8. Mwaba. Misheck G, et all, 2007, Effect Of
mengakibatkan waktu induksi meningkat. Sebagai Magnetic Field On Calcium Sulfate
contoh pada laju alir 50 mL/menit waktu induksi Crystal Morphology, Journal Of Crystal
meningkat dari 26 menjadi 34 menit. Jadi Growth, 303 pp : 381-386.
pembentukan kristal yang semula membutuhkan 9. Mwaba. M. G, et all, 2006, A Semi
waktu 26 menit berubah menjadi 34 menit. Maka Emperical Correlation For Crystalization
bisa disimpulkan bahwa aditif ion Cu2+ yang Fouling On Heat Exchange Surfaces,
ditambahkan mampu menghambat pertumbuhan Applied Thermal Engineering, 26 pp: 440-
kerak. 447.

156 GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011
10. Sayan. Pervis, et all, 2007, Effect Of Trace Gypsum, Cryst. Res. Technol. 42 pp: 961-
Metals On Reactive Crystalization 970.

Tabel 1. Kebutuhan CaCl2.2H2O; Na2SO4 dan CuCl2


Lajur Alir Volume CaCl2.2H20 Na2SO4 CuCl2 5ppm CuCl2 10ppm
(mL/menit) (liter) (gram) (gram) (gram) (gram)
30 10 128,6250 124,2500 0,1 0,2
40 12 154,3500 149,1000 0,12 0,24
50 14 180,0750 173,9500 0,14 0,28

GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011 157

Anda mungkin juga menyukai