Abstract
The purpose of this study is to find the implementation new model of constructivism learning
to improve the learning quality. The formula of constructivism learning model is formulated
trough introduction stage, development stage and testing stage. The purpose of introduction
stage is to get the review of the implementation of constructivism learning at SMP Negeri 21
Semarang. The development stage was established by formulating the model draft trough the
presence certain situation and condition. More over, the testing stage conducted to assess the
effectiveness of model in the field. The instruments of this study were observation guidance,
interview guidance and questionnaire. The data collection was analyzed trough descriptive
analysis and compared to the existed criteria. The data analysis shows that the constructiv-
ism learning model using LMS Moodle can improve the students’ activity, independency and
achievement. Considering this result, this learning model can be applied in broad scale. I
suggest the teacher to use this learning model to improve the pedagogic competence and profes-
sional competence related to the ability to implement the learning model and learning technol-
ogy mastery. The LMS Moodle should have wide bandwidth in order to get ease of access and
to extent the learning access.
© 2012 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-7125
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
Email: pps@unnes.ac.id
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
tahuan seseorang itu dibangun berdasarkan pen- konstruksi pengetahuan dalam tulisan dan baha-
getahuan yang dimilikinya, maka Piaget sudah sa siswa sendiri.
mulai menambahkan nilai-nilai sosial, yaitu pen-
galaman dan aktivitas sehari-hari, sebagai unsur Appersepsi
yang mempengaruhi pengetahuan.
Pendapat tersebut dikuatkan dengan
pendapat Lev Vygotsky (1978), dalam Binadja Refleksi Interaksi dan
2002, yang mengatakan bahwa, “the knowledge kolaborasi
in a person’s mind is constructed by the circumstance”.
Pengetahuan yang ada pada pikiran seseorang Gambar 2. siklus pembelajaran konstruktivistik
itu dibentuk atau dibangun oleh suatu keadaan
sekelilingnya. Berdasarkan ketiga pendapat dia- Mengapa digambarkan menyerupai
tas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kon- siklus?, karena refleksi akan menghasilkan se-
struktivistik adalah proses dimana siswa secara buah konstruksi yang akan menjadi modal awal
aktif membangun ide-ide dan konsep-konsep siswa dalam mempelajari pengetahuan barunya
baru berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya nanti. Modal awal itu akan diproses dalam ap-
serta pengalaman yang pernah dialaminya. persepsi, lalu interaksi dan kolaborasi, begitu se-
Kamii, 1979 (dalam Dahar, 1989:160) terusnya. Sehingga pengetahuan siswa bagaikan
mengatakan bahwa anak-anak banyak mempero- ”bola salju” yang semakin lama semakin mem-
leh banyak pengetahuan dari luar sekolah. Hal ini besar.
perlu diperhatikan dan dimanfaatkan dalam pe- Proses pembelajaran yang konstruktivistik
laksanaan pembelajaran di sekolah. Anak-anak dapat dilakukan melalui empat fase, yaitu fase pe-
bukanlah botol kosong yang tidak mengetahui nyampaian tujuan pembelajaran, fase appersepsi,
apa-apa, tetapi merupakan individu yang mem- fase interaksi dan fase refleksi. Keempat fase ter-
punyai ”modal” pengetahuan awal yang didapat- sebut diturunkan dari beberapa unsur dalam kon-
kannya dari luar sekolah. struktivistik, yang telah dijelaskan sebelumnya.
Selanjutnya Dahar menambahkan, bahwa Fase appersepsi bermanfaat untuk mengukur se-
nilai-nilai konstruktivisme dapat hidup dalam jauh mana modal awal siswa dalam belajar. Fase
kelas, jika guru: a. Memperkenalkan kegiatan interaksi dan kolaborasi bermanfaat dalam men-
yang layak dan menarik; b. Memberikan kebeba- ciptakan lingkungan belajar bagi siswa, sehingga
san siswa untuk menolak metode mengajar guru; mereka dapat membangun pengetahuannya den-
c. Menganjurkan siswa untuk saling berinteraksi; gan teman-temannya.
d. Menganjurkan siswa untuk berpikir dengan Moodle adalah sebuah nama untuk se-
cara mereka sendiri buah program aplikasi yang dapat mengubah se-
Inti dari nilai-nilai tersebut adalah kebeba- buah media pembelajaran ke dalam bentuk web.
san siswa untuk belajar dengan cara mereka sen- Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk
diri. Jika metode mengajar guru kurang disukai, kedalam ”ruang kelas” digital untuk mengakses
siswa boleh memprotes dan meminta guru untuk materi-materi pembelajaran. Moodle merupakan
mengganti metode mengajarnya. alat pengembang pembelajaran yang paling po-
Pendapat Gredler (1991: 351-352) tentang puler, di antara Blackboard, WebCT, Edumate,
landasan pembelajaran konstruktivistik adalah: First Class. Menurut penelitian yang dilakukan
a. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa; b. oleh Dave Bremer dan Reuben Bryant, fasilitas
Setiap siswa memiliki pemikiran dan pengeta- Moodle lebih menarik dibandingkan program
huan dasar; c. Proses pembinaan pengetahuan lain, lisensinya mudah dan programnya gratis
melibatkan aspek sosial; d. Guru merupakan fa- (Bremer & Bryant 2004: 139).
silitator dalam proses pembinaan pengetahuan Penerapan LMS Moodle memerlukan
pelajar. pembentukan sebuah tim pengembang atau dise-
Penerapan unsur-unsur konstruktivistik but dengan Course Development Team. Tim terse-
dapat diaplikasikan dalam tiga hal, yaitu ap- but beranggotakan minimal seorang instructional
persepsi, interaksi dan refleksi (lihat gambar 2). designer, web programmer, web designer dan graphics
Appersepsi merupakan proses dimana siswa me- artist (Anaraki, 2006:40).
recall pengetahuan lamanya, lalu mengubungkan Beberapa pilihan bahasa juga telah disedia-
dengan pengetahuan yang baru. Interaksi adalah kan oleh aplikasi Moodle. Dukungan terhadap
proses mengkomunikasikan hasil penggabun- bahasa tertentu ini terus berkembang dan dapat
gan pengetahuan lama dan baru kepada orang di dapatkan dengan cara men-download-nya dari
lain. Sedangkan refleksi adalah penuangan hasil website Moodle. Saat ini penggunaan bahasa
32
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
TAHAP PENGEMBANGAN
Pengembangan desain :
Uji coba teoritik (validasi ahli)
Perumusan dan penyusunan
desain model
TAHAP PENGUJIAN
Uji coba empirik
Revisi hasil uji coba
empirik (terbatas) (terbatas)
33
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
konsep
Perangkat implementasi
Model Konstruktivistik
LMS Moodle
Landasan pengem-
bangan model
Landasan Pemblj:
Teoritik
Tujuan Blj Siswa
Sintaks
Pelaksanaan Pe mbelajaran
Isi model
Tapka (tatap muka)
34
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
Hasil validasi ahli menyatakan bahwa alur lam skala terbatas, yaitu di kelas VIII ICT SMP
dan draft model sudah berada pada kategori baik. Negeri 21 Semarang. Metode uji coba yang dipa-
Namun ada beberapa hal yang perlu direvisi yai- kai adalah desain single one shot case study, dimana
tu tentang alokasi waktu, konsep peta program pengguna model diberi perlakuan berupa pem-
dan kepraktisan LMS Moodle. Alokasi waktu belajaran konstruktivistik dengan LMS Moodle,
pembelajaran online harus disesuaikan dengan si- lalu diobservasi perkembangannya.
tuasi dan kondisi yang ada mengingat intensitas Perkembangan pembelajaran konstrukti-
tatap muka yang masih tinggi. Peta program ha- vistik akan dilihat dan diamati lewat pertemu-
rus menggambarkan secara jelas tentang aktivitas an tatap muka di kelas dan pertemuan online di
yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran onli- http://smpn21online.info. Berdasarkan hasil ob-
ne, mulai dari pembuatan objek ajar, pelaksanaan servasi pada tiga kali pertemuan pembelajaran,
pembelajaran dan evaluasi. ada perkembangan positif pada pelaksanaan
Setelah divalidasi, model diujicobakan da- pembelajaran konstruktivistik (lihat tabel 1) .
1 Guru membuat peta RPP dan peta RPP dan peta pro- RPP dan peta program
program dan RPP program ada gram ada ada
2 Guru melakukan pre- Tidak melaku- Guru mengajukan Guru mengulas materi
test kan pertanyaan sebelum lalu untuk dihubungkan
pelajaran dengan materi baru
3 Guru memberi cerita Tidak memberi Guru menyampai- Guru menampilkan
yang menarik pertany- kan hal yang kont- gambar tokoh muslim
aan siswa roversial
4 Siswa diperbolehkan Tidak diberi kes- Tidak diberi kesem- Guru memberi kesem-
mengomentari metode empatan patan patan, namun tidak ada
guru yang memberi komen-
tar
5 Siswa diperbolehkan Siswa menan- Siswa menanyakan Siswa menanyakan hal
untuk mengomentari yakan hal yang hal yang belum yang belum dipahami
materi guru belum dipahami dipahami
6 Siswa berdiskusi Siswa bertanya 30% siswa aktif 50% siswa aktif dalam
dengan teman lainnya tanpa ditunjuk, dalam memberikan memberikan pendapat
namun pertany- pendapat dengan dengan baik
aan kurang rele- baik
van
7 Siswa saling bertanya Siswa bertanya Siswa bertanya jika Siswa bertanya jika ti-
jika belum memahami jika tidak paham tidak paham dak paham
materi
8 Siswa membuat simpu- 25% siswa men- 30 % siswa menca- 70% siswa mencatat
lan atau tugas uji pema- catat dengan ba- tat dengan bahasa dengan bahasa sendiri
haman dengan bahasa hasa sendiri sendiri
sendiri
Hasil observasi pada tabel 1 juga dikuat- bangan, karena pada tahap pendahuluan rata-ra-
kan dengan hasil angket yang disebarkan kepada ta keterlaksanaan pembelajaran hanya mencapai
siswa untuk mengukur persepsi mereka terhadap rata-rata 59 % (sedang)
keterlaksanaan pembelajaran konstruktivistik Perkembangan tersebut dikarenakan terpe-
pada pembelajaran tatap muka. Hasil angket me- nuhinya perangkat implementasi pembelajaran
nyatakan bahwa keterlakasanaan pembelajaran berupa RPP dan peta program yang konstruk-
konstruktivistik pada pembelajaran tatap muka tivistik serta penerapannya dalam kelas tatap
mencapai rata-rata 75 % (tinggi) (lihat tabel 6). muka.
Hal ini sudah mengindikasikan adanya perkem- Sedangkan pada kelas online, aktivitas be-
35
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
lajar juga bertambah. Hal ini disebabkan peru- yang konstruktivistik. Sehingga dapat merang-
bahan program aplikasi pembelajaran online dari sang aktivitas online siswa. Selain itu LMS Mood-
Content Management System (CMS) ke Learning le juga mudah untuk dioperasikan, sehingga
Management System (LMS). LMS Moodle yang SMP Negeri 21 Semarang dapat mengelolanya
digunakan untuk menunjang pembelajaran tatap secara mandiri.
muka, dilengkapi dengan fasilitas pembelajaran
Tabel 2. Hasil Angket Siswa pada Tahap Pengujian
NO INDIKATOR PERSENTASE KATEGORI
1. Membaca materi lalu sebelum materi baru 74 tinggi
2. Meminta guru menjelaskan materi lalu yang belum 75 tinggi
dipahami
3. Guru melakukan appersepsi 77 tinggi
4. Siswa mempunyai referensi lain selain buku paket 71 tinggi
5. Siswa mengkritik guru jika metode mengajar tidak 73 tinggi
enak
6. Siswa diam saja selama pelajaran berlangsung 73 tinggi
7. Siswa bertanya kepada teman dan guru jika belum 84 tinggi
paham
8. Mengerjakan latihan soal sendiri tanpa bekerjasama 72 tinggi
dengan teman
9. Mencatat materi dengan bahasa sendiri 81 tinggi
10. Merefleksikan pelajaran 71 tinggi
Rata-rata 75 tinggi
Selain peningkatan aktivitas belajar tatap Moodle memberi pengaruh positif pada pening-
muka dan online, hasil belajar siswa pada tiap per- katan hasil belajar siswa.
temuan juga mengindikasikan adanya pengaruh
100
positif dari model yang diterapkan. Hasil belajar
80 tidak mencapai KKM
siswa dalam mata pelajaran PAI pada tiap perte-
60 mencapai KKM
muan semakin meningkat. Pada uji coba perta- 40 melampaui KKM
ma, rata-rata ulangan harian siswa adalah 72, uji 20
coba kedua rata-rata ulangannya 80 dan uji coba 0
ketiga rata-rata ulangannya 82. Rata-rata uji coba
pe
pe
pe
rt
rt
rt
em
ua
un
ua
> 72) dan rata-rata uji coba ketiga lebih besar dari
n
n
I
II
III
pada uji coba kedua (82 > 80). Gambar 5. Grafik hasil belajar siswa pada uji ter-
Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) untuk batas
mata pelajaran PAI adalah 75. Saat ini, Dinas
Pendidikan Kabupaten Kota Semarang member- Catatan yang perlu diperhatikan adalah
lakukan tiga kategori dalam penilaian, yaitu tidak fungsi pembelajaran online itu sendiri terhadap
mencapai KKM, mencapai KKM dan melam- pembelajaran tatap muka. Siahaan (dalam Has-
paui KKM. Pada uji coba pertama, ada 8 siswa bullah, 2008) menyatakan bahwa fungsi pembela-
tidak mencapai kriteria, 2 siswa mencapai batas jaran online ada tiga, yaitu suplemen, komplemen
kriteria dan 10 siswa melampaui batas kriteria. dan subtitusi. Pembelajaran online di SMP Negeri
Pada uji coba kedua, 1 siswa mencapai batas kri- 21 Semarang berfungsi sebagai komplemen atau
teria dan 19 siswa melampaui batas kriteria. ��� Se- pelengkap pembelajaran tatap muka. Fungsi ter-
dangkan pada uji coba ketiga, semua siswa me- sebut tidak dapat berubah menjadi subtitusi atau
lampaui batas kriteria minimal. Jika dilihat dari pengganti, karena SMP Negeri 21 Semarang me-
persentase ketuntasan belajar, pada pertemuan rupakan sekolah formal yang mempunyai inten-
pertama ketuntasan belajarnya 60%, pertemuan sitas tatap muka yang tinggi.
kedua 95% dan pertemuan ketiga 100%.
Kenaikan persentase ketuntasan siswa Simpulan
pada mata pelajaran PAI menunjukkan bahwa
pembelajaran konstruktivistik dengan LMS Pembelajaran konstruktivistik yang telah
36
Ratna Juwita , dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)
berjalan di SMP Negeri 21 Semarang masih be- dan materi mengajarnya, menekankan kepada
lum optimal. Terbukti dengan hasil angket yang siswa untuk selalu berinteraksi dengan temannya
menyimpulkan bahwa keterlaksanaan pembela- dalam belajar serta memberi kesempatan untuk
jaran konstruktivistik yang hanya mencapai 59% merefleksikan manfaat pembelajaran.
dengan kategori sedang. Hal itu disebabkan tidak Jika model pembelajaran konstruktivitik
adanya perangkat implementasi pembelajaran menggunakan LMS Moodle akan diterapkan
konstruktivistik berupa RPP dan peta program pada skala yang lebih luas, sebaiknya peneliti
dalam tahap perencanaan. Program aplikasi menggunakan metode time series test yaitu den-
pembelajaran online yang tidak berbasis LMS gan melakukan tes berulang-ulang untuk menda-
juga menyebabkan terbatasnya akrivitas belajar patkan hasil yang maksimal. Hal ini didasarkan
siswa. pada hasil observasi dengan metode one shot case
Draft model telah divalidasi oleh ahli da- study yang menunjukkan perbaikan dan pening-
lam uji coba teoritik mendapatkan nilai rata-rata katan pada tiap pertemuannya. Kelas online den-
79% atau dalam predikat baik dengan beberapa gan LMS Moodle harus diperbesar bandwidth nya
perbaikan. Perbaikan yang harus dilakukan ber- agar akses pembelajaran menjadi lebih cepat dan
kaitan dengan alur pembelajaran konstruktivis- muda
tik, alokasi waktu dan format peta program.
Hasil uji coba terbatas pembelajaran kon- Daftar Pustaka
struktivistik meningkatkan aktivitas belajar sis-
wa dan hasil belajarnya. Peningkatan aktivitas Anaraki, Firouz. 2006. Developing an Effective and Ef-
belajar konstruktivistik dibuktikan dengan hasil ficient e-Learning Platform Using Open Source
angket siswa tentang keterlaksanaan pembelaja- Software. Makalah disampaikan dalam Third
International Conference on e-Learning for
ran yang mencapai 75 % dengan kategori tinggi.
Knowledge-Based Society, Bangkok, Thailand,
Sedangkan hasil belajar dibuktikan dengan ma- 3-4 Agustus
kin tingginya ketuntasan belajar siswa berdasar- Binadja, Achmad. 2002. Kumpulan Rujukan Konstruk-
kan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal tivism, Prodi Pendidikan IPA, Program Pasca
(KKM), dari 60 % menjadi 95 % dan akhirnya Sarjana UNNES
mencapai 100%. Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien Gall. 1989.
Peningkatan aktivitas belajar dan hasil be- Educational Research: An Introduction, fifth edi-
lajar siswa pada uji coba terbatas, mengindikasi- tion. New York : Longman
kan bahwa perangkat implementasi model pem- Bremer, Dave & Reuben Bryant. 2004. a Comparison
belajaran konstruktivistik menggunakan LMS of Two Learning Management System : Moodle vs
Blackboard. Concise Paper. Otago Polytechnic
Moodle dapat diterapkan pada skala yang lebih
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori Teori Belajar. Bandung:
luas. Erlangga
Model pembelajaran konstruktivistik Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membela-
menggunakan LMS Moodle dilengkapi oleh jarkan. Terjemahan Munandhir. Jakarta : Raja-
perangkat implementasi berupa RPP dan peta wali
program. RPP konstruktivistik memuat tahap- Hasbullah. 2008. Perancangan dan Implementasi Model
tahap appersepsi, interaksi dan refleksi dalam Pembelajaran e-Learning untuk Meningkatkan
pembelajaran tatap muka. Peta program memuat Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK UPI. La-
macam-bacam bahan ajar, interaksi dan evaluasi poran Penelitian. Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro. Universitas Pendidikan Indonesia
pembelajaran online. Kedua perangkat tersebut
Pallof, Rena M. 1950. Collborating Online ; Learning To-
harus berorientasi pada proses pembangunan
gether in Community. San Fansisco : Jossey Bass)
pengetahuan siswa. Wibowo, Teddy. 2008.Pengembangan Model Pembelaja-
Pada pembelajaran tatap muka guru seyo- ran Efektif (DI, CL dan PBI). Makalah disampai-
gyanya lebih banyak memberi kesempatan ke- kan dalam Seminar Peningkatan SDM Guru
pada siswa untuk berkomentar tentang metode PAI, 15 April 2009
37