OLEH : KELOMPOK II
NAMA :
NUR AFRA ( 6120 12020012)
AHMAD DZULFIQRAM ( 6120 12020001)
Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang
digunakan merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek,
subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat bahwa hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas cakupannya, yaitu termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
2. Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu lintas devisa, dan
sistem nilai tukar. Adapun bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan meliputi
pengelolaan perusahaan negara/daerah.
1. Keuntungan BUMN/BUMD
Keuntungan perusahaan BUMN meliputi perusahaan-perusahaan baik PMA maupun PMDN
sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh
BUMN. Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak
memperoleh bagian laba BUMD.
2. Pajak
Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah “pusat/daerah” terhadap wajib
pajak tertentu berdasarkan undang-undang “pemungutannya dapat dipaksakan” tanpa ada
imbalan langsung bagi pembayarnya. Dalam periode 2006-2010, Pph merupakan komponen
terbesar dalam penerimaan pajak dalam negeri sebesar 52,1%.
Sementara PPN dan PPnBM sebagai penyumbang terbesar kedua sebesar 32,6%. Sedangkan
pajak perdagangan internasional sebesar 4,0% terhadap total penerimaan perpajakan dengan
kontribusi bea masuk sebesar 3,1% dan bea keluar sebesar 0,9%.
3. Pencetakan Uang
Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka menutup definisi anggaran,
apabila tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya jumlah
uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan
inflasi.
4. Pinjaman
Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang dilakukan apabila terjadi
defisit anggaran. Pinjaman pemerintah di kemudian hari akan menjadi beban pemerintah,
karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat
diperoleh dari dalam maupun luar negeri, sumber pinjaman bisa berasal dari pemerintah,
institusi perbankan, institusi non bank, maupun individu.
5. Sumbangan, Hadiah Dan Hibah
Sumbangan, hadian dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu, institusi atau
pemerintah. Sumbangan, hadiah dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri.
Dan tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah atau hibah.
Sumbangan, hadiah dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan
perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah atau hibah.
6. Denda Dan Sita
Pemerintah berhak memungut denda atau menyita aset milik masyarakat, apabila masyarakat
“Individu/kelompok/organisasi” diketahui telah melanggar peraturan pemerintah. Misalnya
denda pelanggaran lalu lintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan barang-
barang ilegal, penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll.
7. Cukai
Cukai adalah pungutan oleh negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik perlu untuk dibatasi, diawasi
produksinya dan peredarannya, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan dan
ketertiban sosial. Dengan demikian peranan cukai tidak saja berorientasi pada penerimaan
negara, melainkan mempertimbangkan pula aspek pembatasan produksi dan konsumsi. Oleh
karena itu, dasar pertimbangan besarnya penerimaan cukai tergantung dari jumlah barang
yang kena cukai, tarif cukai dan harga dasar barang kena cukai.
8. Retribusi
Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh daerah berdasarkan peraturan daerah
“pemungutannya dapat dipaksakan” dimana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi
pembayarannya. Contoh pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanan
perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang sekolah dll.
9. Penyelenggaraan Undian Berhadiah
Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah dengan menunjuk suatu institusi
tertentu sebagai penyelenggara. Jumlah yang diterima pemerintah ialah selisih dari
penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang
dibagikan.
Dalam pelaksanaannya, kekuasaan presiden tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh presiden,
melainkan:
Pengelolaan keuangan negara secara teknis dilaksanakan melalui dua pengurusan, yaitu
pengurusan umum/administrasi yang mengandung unsur penguasaan dan pengurusan khusus
yang mengandung unsure kewajiban. Pengurusan umum erat hubungannya dengan
penyelenggaraan tugas pemerintah di segala bidang dan tindakannya dapat membawa akibat
penge- luaran dan atau menimbulkan penerimaan negara.
Dalam pengurusan umum terdapat dua pejabat atau subjek pengurusan, yang disebut otorisator
dan ordonator.
1. Otorisator
Otorisator adalah pejabat yang memperoleh pelimpahan wewenang untuk mengambil
tindakan-tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan dan/atau pengeluaran negara.
Tindakan-tindakan otorisator yang bisa berakibat penerimaan dan/atau pengeluaran
tersebut disebut otorisasi.
Otorisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
otorisasi bersifat luas atau otorisasi umum
otorisasi bersifat sempit atau otorisasi
2. Ordonator
Ordonator adalah pejabat yang berwenang untuk melakukan pengujian dan pembebanan
tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan dengan tindakan
otorisator serta memerintahkan pembayaran dan atau menagih penerimaan yang timbul
sebagai akibat pelaksanaan anggaran.
Secara garis besar, ordonator bertugas untuk menguji, meneliti dan mengawasi
penerimaan-penerimaan dan pengeluaranpengeluaran negara termasuk tagihan-tagihan
yang diajukan oleh pihak ketiga kepada pemerintah, apakah benar-benar telah sesuai
dengan otorisasi yang dikeluarkan oleh otorisator dan belum kedaluwarsa. Apabila
tagihan-tagihan tersebut telah memenuhi persyaratan, maka ordonator mener-bitkan Surat
Perintah Membayar (SPM) dan/atau Surat Penagihan. Sedangkan pengurusan khusus atau
pengurusan komptabel mempunyai kewajiban melaksana-kan perintah-perintah yang
datangnya dari pengurusan umum.
Kewenangan pengurusan khusus atau pengurusan kebendaharaan (komptable) di- pegang
oleh menteri keuangan, sesuai pasal 7 UU No. 1Tahun 2004 yang menetapkan bahwa
menteri keuangan adalah Bendahara Umum Negara.