Anda di halaman 1dari 37

GELOMBANG

ANGKATAN 26

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI – NILAI DASAR PNS


DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
KOTA MEDAN

OLEH :
INDRI DWISETYANI, A.Md
PENGATUR (II/c)
NIP. 199704272019032002

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS
di Kecamatan Medan Belawan
Kota Medan

NAMA : INDRI DWISETYANI, A.Md


NIP : 199704272019032002
PANGKAT/GOL : PENGATUR / II-c
JABATAN : CALON PENGELOLA DATA
INSTANSI : KECAMATAN MEDAN BELAWAN

GELOMBANG/ANGKATAN: / 26

Telah diseminarkan pada hari Kamis, tanggal dengan


Metode Pembelajaran JarakJauh (Distance Learning) di hadapan Coach, Penguji dan Mentor

Coach, Penguji, Mentor,

RAHMAN NASUTION, S. LINDA R. SILITONGA, SE DHARMAZIE DWI


Sos, MSi NIP. 196609121994032007 ILHAM, SST
NIP. 196410251985031003 NIP. 198801162011031002

Mengetahui,
An. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Sumatera Utara
Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial

Gadis Melani Rusli, SH


NIP.19700706 199801 1 001
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesempatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan
aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Pengarsipan Berkas berbasis Elektronik di Kecamatan
Medan Belawan”.
Penyelesaian laporan rancangan akualisasi oleh penulis tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Kaiman Turnip, M.Si selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Provinsi Sumatera Utara beserta staf dan Panitia Penyelenggara Diklat yang
telah menyediakan fasilitas dalam terlaksananya pelatihan dasar ini;
2. Bapak Rahman Nasution, S.Sos, M.Si selaku Coach yang telah memberikan nasehatnya
dalam penulisan laporan aktualisasi ini;
3. Ibu Linda R Silitonga, SE selaku Penguji yang telah memberikan nasehatnya dalam
penulisan laporan aktualisasi ini;
4. Bapak Dharmazie Dwi Ilham, SST selaku sebagai Mentor yang memberikan masukan
dan arahan terhadap aktualisasi ini;
5. Ibu Masdalifah, SE selaku LO Peserta Latsar CPNS Angkatan 26 tahun 2020 yang telah
memberikan nasehat dan bimbingan selama pelatihan dasar ini;
6. Para Widyaiswara Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sumatera Utara dan LPP
Agro Industri Medan selaku penyelenggara Latsar CPNS 2020;
7. Kedua orangtua dan adik-adik penulis yang selalu mendukung dalam segala apapun dan
seluruh rekan peserta Pelatihan Dasar CPNS Angkatan 26 tahun 2020 atas kerja samanya
selama masa pendidikan latsar.
Penulis menyadari semua itu adalah akumulasi dari usaha, bantuan, pertolongan serta
do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis baik dalam hal moril, materil
maupun spiritual penulis mengucapkan maaf jika terdapat kesalahan penulisan dan
menerima kritik dan saran.
Medan, 2020
Penulis

Indri Dwisetyani, A.Md


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Visi, Misi dan Tupoksi 2
1.2.1 Visi dan Misi 2
1.2.2 Tupoksi 3
1.3 Permasalahan 3
1.4 Tujuan dan Manfaat 4
1.5 Struktur Organisasi 4
BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISI MASALAH
2.1 Identifikasi Isu 6
2.2 Analisis Isu 6
2.3 Penetapan Isu dan Dampak 9
2.4 Rencana Gagasan Kegiatan 10
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Nilai Dasar Profesi ASN 11
3.1.1 Akuntabilitas 11

3.1.2 Nasionalisme 15
3.1.3 Etika Publik 16
3.1.4 Komitmen Mutu 17
3.1.5 Anti korupsi 18
3.1.6 Whole Of Government 19

3.2 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


3.2.1 Menejemen ASN 21
3.2.2 Pelayanan Publik 22
3.3 Rancangan Aktualisasi 26
3.4 Rencana Jadwal Kegiatan

BAB IV HABITUASI DAN AKTUALISASI DAN KOMPETENSI BIDANG


4.1 Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
4.2 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi
4.3 Pembimbingan
4.3.1 Pembimbingan dengan Coach
4.3.2 Pembimbingan dengan Mentor
4.3.3 Pengendalian Aktualisasi Oleh Coach dan Mentor
4.4 Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Aktualisasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan perjanjian kerja dan bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sendiri menurut Undang-undang adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.

Pengangkatan seorang ASN dilakukan dengan serangkaian seleksi yang ketat dan transparan.
Setiap orang yang dinyatakan lulus dalam seleksi, tidak serta merta bisa langsung dinyatakan
sebagai PNS, namun masih berstatus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan
mengalami masa percobaan selama 1 tahun dan diharuskan untuk mengikuti Pendidikan dan
Diklat.

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat terintegrasi) adalah sebuah tahapan yang wajib untuk dilalui
oleh seorang Calon Pegawai Negeri Sipil dan merupakan salah satu syarat untuk menjadi
seorang PNS. Hal ini merupakan sebuah amanat yang diemban instansi oleh pemerintah
berdasarkan Undang-undang no. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Diklat
terintegrasi yang dimaksud adalah sebuah diklat yang tidak hanya berlangsung secara klasikal
di kelas, akan tetapi juga mencakup aktualisasi hasil pembelajaran di kelas ke tempat kerja
masing-masing CPNS. Diklat terintegrasi dimaksudkan untuk menguatkan nilai-nilai dan
pembentukan karakter dalam mencetak seorang PNS yang berintegritas moral, jujur, memiliki
semangat dan motivasi nasionalisme, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung
jawab, profesional dan sekaligus memiliki kualitas dalam bidangnya masing-masing.

Diklat terintegrasi, dalam pelaksanaannya dibagi ke dalam 4 agenda, yaitu pertama, agenda
sikap prilaku bela negara, kedua agenda nilai-nilai dasar PNS (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi), ketiga agenda kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI dan keempat agenda habituasi di tempat kerja masing-masing. Khusus pada

1
agenda ke-4, peserta terlebih dahulu diharuskan membuat dan mempresentasikan rancangan
aktualisasi sebelum kembali ke instansi masing-masing untuk kemudian melaksanakan
Habituasi selama 30 hari kerja.

Kemudian dalam rancangan aktualisasi ini, penulis memfokuskan kepada tugas sebagai dosen,
yaitu penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi dalam hal Pengabdian kepada masyarakat,
lebih spesifiknya tentang Optimalisasi Pengabdian Masyarakat Melalui Sosialisasi dan
Kalibrasi Arah Kiblat. Hal ini mejadi penting karena banyaknya permintaan masyarakat yang
merasa peru diadakannya pengkajian arah kiblat ulang di beberapa masjid di kota Jambi, hal ini
membuat penulis yang berlatar belakang ilmu Falak merasa terpanggil untuk turun ke
masyarakat menjawab persoalan tersebut, tentunya dengan bimbingan dan koordinasi dengan
pihak kampus yan terkait dengan hal ini.

1. 2. Visi Misi dan Tupoksi

1. 2. 1. Visi Dan Misi Kecamatan Medan Belawan


1. 2.1. 1 Visi
" Mewujudkan masyarakat Kecamatan Medan Belawan yang peduli, berdaya saing dan
sejahtera sebagai kawasan pintu gerbang Kota Medan metropolitan yang nyaman dan religious
".
1. 2. 1. 2 Misi
" Meningkatkan pelayanan secara transparan, akuntabel, dan partisiparif untuk
mendorong terciptanya rasa aman yang dinamis dalam segala aspek kehidupan masyarakat".
Adapun misi yang akan diwujudkan yaitu :
1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memberdayakan Kelurahan dengan memberdayakan masyarakat.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia.
4. Meningkatkan Pelayanan Prima kepada Masyarakat.
5. Meningkatkan kebersihan.
6. Meningkatkan derajat kesehatan manusia.
7. Meningkatkan kantibmas.

2
8. Meningkatkan penghijauan.
9. Meningkatkan pendapatan daerah.
- Meningkatkan potensi yang ada
- Penataan sarana dan prasarana
- Penataan wilayah menjadi kawasan wisata bahari
10. Mewujudkan kerjasama bagi masyarakat dalam dan luar negeri.

1.2. 2. Tupoksi
1. Mengagendakan Surat Masuk Dan Surat Keluar Sesuai Prosedur Dan Ketentuan Yang
Berlaku Agar Tercipta Tertib Adminisrasi;
2. Mengklasifikasikan Surat/Berkas/Dokumen Yang Masuk Dan Keluar Sesuai Dengan
Pengkodean Atau Tata Naskah Dinas Untuk Kelancaran Pelaksanaan Tugas;
3. Mengarsipkan Dokumen Ke Dalam File Surat Sesuai Dengan Pengkodean Atau Tata
Naskah Dinas Sesuai Dengan Tugas Dan Tanggung Jawab Yang Diberikan Untuk
Memudahkan Dalam Pengendalian Dokumen;
4. Mendistribusikan Surat Ke Alamat Yang Dituju Sesuai Prosedur Dan Meminta Tanda
Bukti Penerimaan Sebagai Bahan Laporan Kepimpinan;
5. Membuat Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Sesuai Dengan Prosedur Yang Berlaku
Sebagai Bahan Evaluasi Dan Pertanggung Jawaban;
6. Melaksanakan Tugas Kedinasan Lain Yang Diberikan Pimpinan Baik Lisan Maupun
Tertulis;

1. 3. Masalah
Permasalahan yang terjadi di Kantor Camat Medan Belawan adalah masih kurangnya
Pegarsipan berkas berdasarkan bagian. Berkas yang disimpan tidak disusn atau disimpan dengan
baik sehingga menyulitkan dalam pencarian berkas jika sewaktu waktu dibutuhkan. Pertemuan
rapat/ diskusi dengan instansi lain juga merupakan maslah yang dialami di Kantor Camat Medan
Belawan saat pandemi Covid 19 ini. Karena kita dianjurkan pemerintah untuk melakukan social
distancing dan meghindari keramaian di mana saat ini jumlah penderita Covid 19 selalu
meningkat per-harinya. Pendistribusian surat juga merupakan masalah yang dialami karena

3
adanya pandemi ini, sehingga disarankan untuk melakukan pendistribusian surat melalui social
media.

1. 4. Tujuan dan Manfaat

Agenda aktualisasi ini secara umum bertujuan untuk membentuk pribadi Aparatur Sipil
Negara yang berkompeten dan unggul berlandaskan 5 nilai dasar ANEKA. (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi). Rancangan aktualisasi
mengharapkan terwujudnya ASN berperilaku nilai dasar ANEKA melalui kegiatan aktualisasi.
Program aktualisasi memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi CPNS peserta Latsar, pengalaman aktualisasi nilai-nilai dasar yang dipelajari
selama di balai diklat adalah modal yang besar dalam meningkatkan kompetensi diri
serta membentuk diri sebagai ASN yang akuntabel, memiliki jiwa nasionalis, berprilaku
berdasar etika terhadap publik, berkomitmen terhadap mutu, serta memiliki jiwa anti
korupsi Bagi unit kerja, dengan adanya penyusunan arsip berdasarkan kodefikasi secara
digital ini akan megnhindari kehilangan arsip.
2. Bagi unit kerja, dengan adanya program pengabdian kepada masyarakat terkait
sosialisasi pengarsipan akan meningkatkan sinergitas unit kerja.
3. Bagi Masyarakat, kebutuhan akan pengarsipan menjadi hal yang urgen dan
dibutuhkan, oleh sebab itu pengarsipan secara digital akan dilakukan secara berkala.

1. 5. Struktur Organisasi
Berikut merupakan Struktur Organisasi dari instansi Kantor Camat Medan Belawan
yang dipimpin oleh Camat bernama Ahmad, SP, MM dan Sekretaris Camat Subhan Fajri
Harahap, S.STP, M. AP, dengan struktur di bawah ini.

4
5
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

2.1. Identifikasi Isu


Berikut identifikas isu yang akan penulis angkat dari masalah masalah yang ada di
Kantor Camat Medan Belawan sesuai dengan tupoksi penulis sebagai Calon Pengelola Data:
1. Optimalisasi Pengarsipan Berkas berbasis Elektronik di Kecamatan Medan
Belawan.
2. Tingkat partisipasi SKPD yang masih kurang memperhatikan social distancing
dalam pelaksanaan tugas melalui media daring saat pandemi covid 19.
3. Orientasi pendistribusian surat yang tidak mengindahkan pola pelayanan elektronik.
4. Kurang optimalnya pengagendaan surat masuk dan surat keluar menggunakan medi
digital.
5. Kondisi website Kecamaan Medan Belawan yang masih kurang dalam menampilkan
informasi yang dibuttuhkan masyarakat.

2. 2. Analisis Isu
Dalam menganalisa isu-isu yang muncul menggunakan APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak). Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang terjadi.
Problematika artinya sebuah isu memiliki permasalahan yang kompleks sehingga butuh
dicarikan solusi permasalahannya. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Layak artinya isu yang diangkat realistis dan masuk akal untuk dipecahkan
masalahnya. Jabaran terkait analisa APKL dapat dilihat pada berikut:

Tabel 2.1 Pemilihan Isu Menggunakan Kriteria APKL


No Isu Kriteria Isu
A P K L
1 Optimalisasi Pengarsipan Berkas berbasis √ √ √ √
Elektronik di Kecamatan Medan Belawan.
2 Tingkat partisipasi SKPD yang masih kurang √ √ √ √
memperhatikan social distancing dalam
pelaksanaan tugas melalui media daring saat
pandemi covid 19.

6
3 Orientasi pendistribusian surat yang tidak √ √ √ √
mengindahkan pola pelayanan elektronik.
4 Kondisi website Kecamaan Medan Belawan yang √ √ √ √
masih kurang dalam menampilkan informasi yang
dibuttuhkan masyarakat.
5 Kurang optimalnya pengagendaan surat masuk dan x x x x
surat keluar menggunakan media digital.

Dari identifikasi isu yang dikemukakan di atas menggunakan metode APKL, maka
penulis akan menentukan isu yang diangkat, penulis menggunakan teknih USG yang mana
pengertian USG (Urgency, Seriousness, Growt) adalah sebagai berikut :
Urgency (U)
Seberapa mendesak isu tersebut dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan
waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tersebut.

Seriousness (S)
Seberapa serius isu tersebut perlu di bahas dikatikan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah- masalah lain kalau masalah isu tidak dipecahkan.
Perlu dipahami bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bla dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.

Growth (G)
Seberapa besar kemungkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.
Penentuan kualitas kriteria isu dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growt)
dilakukan dengan pembobotan 1 sampai dengan 5 untuk setiap kriterianya, adapun
keterangan dari setiap bobot, yaitu pada tabel 3.1 dan 3.2:

7
Tabel 3.1
Bobot Penetapan Kriteria Kualitas ISU USG
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya

Tabel 3.2
Perumusan Isu Dan Penetapan Isu
Prioritas Masalah USG
No. Total Ranking
U S G
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Optimalisasi Pengarsipan Berkas
berbasis Elektronik di Kecamatan
4 4 5 13 1
Medan Belawan.

8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2. Tingkat partisipasi SKPD yang masih
kurang memperhatikan social 3 3 4 10 4
distancing dalam pelaksanaan tugas
melalui media daring saat pandemi
covid 19.

3. Orientasi pendistribusian surat yang


tidak mengindahkan pola pelayanan 3 3 3 9 3
elektronik.

5. Kondisi website Kecamaan Medan


Belawan yang masih kurang dalam 4 4 3 11 2
menampilkan informasi yang
dibuttuhkan masyarakat.

2. 3. Penetapan Isu dan Dampak


Berdasarkan hasil analisa isu menggunakan alat analisa USG (Urgency, Seriousness,
Growt) di atas dapat dilihat bagaimana kualitas isu yang ada. Isu yang mendapatkan prioritas
tertinggi adalah isu final/isu (core issue) yang perlu diangkat yaitu : “Optimalisasi
Pengarsipan Berkas berbasis Elektronik di Kecamatan Medan Belawan.” dan menjadi isu
yang perlu dicarikan pemecahan masalahnya.

Jika isu tersebut tidak bisa segera dipecahkan maka akan


mengangkibatkan/berdampak pada hal-hal lain sebagai berikut :
Untuk menghindari kemusnahan berkas dari kemungkinan terjadinya bencana alam,
keteledoran dalam menyimpan berkas, pencurian dan penggandaan berkas secara illegal,

9
maka pengarsipan berkas dengan tingkat keamanan yang tinggi secara digital sangat
diwajibkan untuk segera dilaksanakan pengaktualisasiannya.

2. 4. Penetapan Gagasan Kegiatan


1. Melakukan Perancangan Aplikasi dengan system PHP MYSQL untuk pengarsipan
elektronik.
2. Melakukan sosialisasi kepada seluruh ASN di Kantor Camat Medan Belawan agar
mulai mengarsipkan berkas secara digital.
3. Membuat video SOP dan tutorial rancangan penggunaan Aplikasi serta fungsinya.
4. Membuat SOP dengan desain flyeryang menarik dan menempelkan di papan
informasi.
5. Membuat pengodefikasian arsip sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012.

9
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Nilai Dasar Profesi ASN


3.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang
sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal,
kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun
pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda- beda. Adanya norma yang
bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are done
around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi
aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap
CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada
pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi
tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan

11
nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan
kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan
komisi investigasi legislatif.

Akuntabilitas tidak akan terwujud jika tidak ada alat akuntabilitas berupa Perencanaan
Strategis, Kontrak Kinerja dan Laporan Kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang
berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun
PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan
sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS
perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan
publik, imparsial, dan berintegritas.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.

12
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan
komisi investigasi legislatif.

Akuntabilitas tidak akan terwujud jika tidak ada alat akuntabilitas berupa Perencanaan
Strategis, Kontrak Kinerja dan Laporan Kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang
berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun
PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan
sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS
perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan
publik, imparsial, dan berintegritas.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan
komisi investigasi legislatif.

Akuntabilitas tidak akan terwujud jika tidak ada alat akuntabilitas berupa Perencanaan
Strategis, Kontrak Kinerja dan Laporan Kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang

13
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang
berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun
PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan
sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS
perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan
publik, imparsial, dan berintegritas.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan
komisi investigasi legislatif.

Akuntabilitas tidak akan terwujud jika tidak ada alat akuntabilitas berupa Perencanaan
Strategis, Kontrak Kinerja dan Laporan Kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang
mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang
berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun
PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan
sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS
perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan
publik, imparsial, dan berintegritas.

14
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan
komisi investigasi legislatif.

3.1.2.Nasionalisme
Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung citacita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan
atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya
maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita sebagai warga negara
Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia.
Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih
hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat
nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling
menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia


terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilainilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;menunjukkan
sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;bangga sebagai bangsa Indonesia
dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;menumbuhkan

15
sikap saling mencintai sesama manusia;mengembangkan sikap tenggang rasa.

Wawasan kebangsaan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam mengekspresikan diri
sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungan nusantara itu. Unsur-unsur dasar
wawasan kebangsaan itu ialah: wadah (organisasi), isi, dan tata laku.

3. 1. 3. Etika Publik
Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas
publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi
peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).

Menurut Azyumardi Azra (2012), etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur. Dengan pengertian ini
menurut Azyumardi Azra, etika tumpang tindih dengan moralitas dan/atau akhlak dan/atau
social decorum (kepantasan sosial) yaitu seperangkat nilai dan norma yang mengatur
perilaku manusia yang bisa diterima masyarakat, bangsa dan negara secara keseluruhan.
Dalam konteks Indonesia, menurut Azyumardi Azra, nilai-nilai etika sebenarnya tidak hanya
terkandung dalam ajaran agama dan ketentuan hukum, tetapi juga dalam social decorum
berupa adat istiadat dan nilai luhur sosial budaya termasuk nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam ajaran Pancasila. Etika sebenarnya dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku
serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut (Catalano, 1991). Kode Etik adalah
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya

16
hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuanketentuan tertulis.

3. 1. 4. Komitmen Mutu
Efektivitas dan efisiensi selalu menjadi tema menarik yang menjadi sorotan publik
dalam memberikan penilaian terhadap capaian kinerja perusahaan ataupun institusi
pemerintahan. Namun dalam kenyataanya seringkali kedua aspek tersebut terlupakan, atau
bahkan diabaikan. Saudara tentu sering membaca berita atau melihat tayangan televisi terkait
para pejabat yang korupsi, program kerja yang tidak dituntaskan, target kinerja yang tidak
tercapai, perilaku tidak jujur, pegawai yang mangkir, datang terlambat tetapi pulang lebih
awal, serta peristiwa lain yang tidak sesuai harapan. Realita tersebut menjadi salah satu bukti
adanya ketidakefektifan dan ketidak-efisienan.

Karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu
hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari
penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Oleh karena
itu, jika dalam pelaksanaan tugas tidak memperhatikan efektivitas dan efisiensi maka akan
berdampak pada ketidaktercapaian target kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat
bekerja, dan bahkan akan menimbulkan kerugian.

Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi


dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara lain oleh
pergeseran selera pasar, peningkatan harapan dan daya beli masyarakat, pergeseran gaya
hidup, peningkatan kesejahteraan, perkembangan ekonomi, pengaruh globalisasi, serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana pendapat
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (Buku: 2011: 56) bahwa, “Inovasi barang dan jasa
adalah cara utama di mana suatu organisasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di
pasar, teknologi, dan persaingan.”

Inovasi dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan
mind-set baru sebagai apartur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk

17
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan
atau menggugurkan tugas rutin.

Konsep mutu berkembang seiring dengan berubahnya paradigma organisasi terkait


pemuasan kebutuhan manusia, yang semula lebih berorientasi pada terpenuhinya jumlah
(kuantitas) produk sesuai permintaan, dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi telah
membanjiri pasar, maka kepuasan customers lebih dititikberatkan pada aspek mutu (kualitas)
produk. Mutu sudah menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Para pelanggan, secara individual, bisa
memberikan penilaian dan makna yang berbeda terhadap mutu suatu produk atau jasa
(layanan). Hal ini dipengaruhi oleh persepsi masing-masing berdasarkan tingkat kepuasan
mereka atas produk tersebut, dan juga bergantung pada konteksnya. Dengan demikian,
kepuasan pelanggan/konsumen terhadap mutu suatu produk/jasa yang sama bisa berbeda-
beda, bergantung dari sudut pandang masing-masing ataupun preferensi nilai yang
digunakannya sebagai rujukan. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi,
dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan
mutu agar dapat memuaskan pelanggan.

3. 1. 5. Anti Korupsi
Kesadaran Anti korupsi yang telah mencapai puncak tertinggi akan menyentuh spiritual
accountability, apalagi ketika menyadari bahwa dampak korupsi itu tidak sekedar kerugian
keuangan negara, namun ada kaitannya dengan kerusakan kehidupan. Sebagai bagian dari
warga negara Indonesia dengan keyakinan akan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka
kehidupan akan disadari sebagai 3 episode utama, sebelum kehidupan dunia, kehidupan
dunia sendiri dan kehidupan paska dunia. Penyimpangan secara sosial terjadi ketika manusia
menyimpang atau lupa pada perjanjian mereka dengan Tuhannya, pada saat di alam Roh
(Primordial Covenant).
Mereka yang memiliki spiritual accountability akan selalu ingat pada perjanjian dengan
Tuhannya tersebut, yang pada dasarnya : 1) merupakan tujuan hidup dan 2) kesadaran bahwa
hidup mereka harus dipertanggungjawabkan. Tuhan yang menciptakan kehidupan,
memberikan amanah pada manusia dan meminta pertanggungjawaban.

18
3. 1. 6. Whole of Goverment
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.

WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan


sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya
bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal. Pendekatan WoG
dapat beroperasi dalam tataran kelembagaan nasional maupun daerah. Penataan
kelembagaan menjadi sebuah keharusan ketika pendekatan ini diperkenalkan. Namun
penataan ini tidak serta merta merubah kelembagaan, atau sebaliknya. Terdapat beberapa
cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun
informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia
dalam level-level tertentu.

a. Penguatan koordinasi antar lembaga


Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga- lembaga yang dikoordinasikan
masih terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali
yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuahkoordinasi. Dengan
jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.

b. Membentuk lembaga koordinasi khusus


Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan
sektor atau kementerian adalah salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini
biasanya diberikan status kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikannya.

c. Membentuk gugus tugas

19
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur
formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah
satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.

d. Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau
lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini. Di Australia
dalam masa pemerintahan Howard melakukan hal ini dengan mendorong inisiatif koalisi
sosial antar aktor pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini
mendorong adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal, sehingga pada akhirnya
akan terjadi.

20
3. 2. Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI

3. 2. 1. Manajemen Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang
Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut,


pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk
mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan
dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara
yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari
praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat.

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum sempurna
untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun profesionalitas
birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
21
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

3. 2. 2. Pelayanan Publik

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan publik
sebagai berikut: Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.

21
Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan publik, yaitu (Bharata, 2004:11):

1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada
konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods)
atau jasa-jasa (services).
2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau
customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak
yang membutuhkan layanan.
4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada
tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan
karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat
dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.

Ciri-ciri pelayanan publik yang baik adalah memiliki unsur-unsur sebagai berikut (Kasmir,
2006:34):

1. Tersedianya karyawan yang baik.


2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
3. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga akhir.
4. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
5. Mampu berkomunikasi.
6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
8. Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan).
9. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan).

Asas-asas Pelayanan Publik


Terdapat beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan yang harus
diperhatikan, yaitu (Ratminto dan Winarsih, 2006:245):

21
1. Empati dengan customers. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi
penyelenggara jasa perizinan harus dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa
pelayanan.
2. Pembatasan prosedur. Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian
konsep one stop shop benar-benar diterapkan.
3. Kejelasan tatacara pelayanan. Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana mungkin
dan dikomunikasikan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan.
4. Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus
dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.
5. Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa
pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi
kewenangan.
6. Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan
setransparan mungkin.
7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti,
sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah.
8. Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akan
dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan).
9. Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindarkan terlalu seringnya
masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.
10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan curtomers. Hak-hak dan kewajiban-
kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus dirumuskan secara jelas, dan
dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.
11. Efektivitas penanganan keluhan. Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus
menghindarkan terjadinya keluhan. Akan tetapi jika muncul keluhan, maka harus
dirancang suatu mekanisme yang dapat memastikan bahwa keluhan tersebut akan ditangani
secara efektif sehingga permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan dengan baik.

21
21
RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN
DASAR CPNS
Nama : Indri Dwisetyàni, A. Md
No.Absen : 14
Angkatan : 26
Jabatan : Calon Pengelola Data

Identifikasi Isi :
1. Kurangnya kepedulian akan pengarsipan berkas yang aman dan benar sesuai kodefikasi di Kantor Camat Medan Belawan.
2. Minimnya ruang penyimpanan pengarsipan berkas di Kantor Camat Medan Belawan
3. Orientasi pengarsipan berkas secara berkala dari tahun ke tahun yang belum optimal.
4. Menghindari pemusnahan berkas baik akibat bencana alam, keteledoran, penggandaan secara ilegal oleh pihak tidak berwenang, dan hal lainnya yang tidak
terduga di Kantor Camat Medan Belawan.
5. Tidak lengkapnya berkas yang disimpan dari tahun ke tahun di Kantor Camat Medan Belawan.

Isu yang diangkat :


Optimalisasi Pengarsipan Berkas berbasis Elektronik di Kecamatan Medan Belawan.

Gagasan Pemecahan Isu :


1. Melakukan pengkodefikasian ulang untuk segala jenis berkas dari tahun ke tahun secara berkala di Kantor Camat Medan Belawan.
2. Melakukan perancangan aplikasi elektronik untuk pengarsipan berkas di Kantor Camat Medan Belawan.
3. Menyedikan ruang lebih untuk penyimpanan berkas secara digital dengan security system yang baik.
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan dengan Kontribusiterhadap Penguatan Nilai-
Nilai-Nilai Dasar Visi/MisiOrganisasi Nilai Organisasi
1 Melakukan - Membuat kerangka aplikasi. Tersedianya Aplikasi Nilai Akuntabilitas, Nilai Meningkatkan kinerja Kecamatan Medan
Perancangan Pengarsipan dalam Komitmen Mutu, secara transparan, Belawan mendukung
Aplikasi dengan - Mengidentifikasi point-point yang bentuk Digital Pelayanan Publik. akuntabel, dan partisipatif visi misi Kota Medan
system PHP diperlukan dalam aplikasi. untuk mendorong untuk sebagai "smart
MYSQLuntuk terciptanya pengarsipan city" dengan
pengarsipan - Membuat project Planning untuk yang baik dan tepat menggunakan aplikasi
elektronik. memgetahui pentingnya segitiga penunjang kinerja
manajemen proyek yaitu waktu, secara digital.
biaya, dan ruang lingkup suatu
kegiatan.

2 Melakukan - Meminta persetujuan atau izin dari Terlaksananya Nilai Akuntabilitas, mendorong terciptanya Kecamatan Medan
sosialisasi kepada pimpinan yang terkait. sosialiasi pengarsipan Komitmen Mutu, kinerja yang dinamis, dan Belawan bergerak
seluruh ASN di berkas yang dihadiri Nasionalisme, pelayanan profesional. mengikuti
Kantor Camat - Melakukan pendataan kepada ihak-pihak terkait. publik. perkembangan zaman,
Medan Belawan seluruh ASN agar terdaftar pada mampu beradaptasi
agar mulai sistem online. dengan kemajuan
mengarsipkan teknologi.
berkas secara - Membangun sistem enkripsi dan
digital. security firewall agar sistem tidak
mudah mengalami pencurian data.
3 Membuat video - Merancang video pengarsipan Terciptanya video Nilai Akuntabilitas, Memudahkan ASN dalam Kecamatan Medan
SOP dan tutorial dalam bentuk animasi. animasi tutorial tata Komitmen Mutu, melakukan kinerja berbasis Belawan memfasilitasi
rancangan cara pengunaan dan Nasionalisme, pelayanan Elektronik penggunaan aplikasi
penggunaan fungsi aplikasi. publik.
Aplikasi serta
fugsinya.

4 Membuat SOP - Meminta persetujuan atau izin dari Tersedianya SOP Pelayanan Publik, Etika Terciptanya kinerja yang Kecamatan Medan
dengan desain pimpinan yang terkait. dalam bentuk design Publik, Akuntabilitas, transparan dengan aturan Belawan
flyer yang menarik flyer. Koitmen Mutu, Etika yang berlaku meningkatkan kualitas
dan menempelkan - Membuat desain dari SOP tersebut Publik. ketransparanan
di papan informasi. informasi antar ASN

5 Membuat - Membuat daftar dan jenis berkas Tersimpannya berkas Pelayanan Publik, Etika Terciptanya tatanan arsip Kecamatan Medan
pengodefikasian yang akan diarsipkan sesuai dengan sesuai kode arsip Publik, Akuntabilitas, sesuai dengan Peraturan Belawan berhasil
arsip sesuai kode menurut Peraturan Pemerintah sesuai Peraturan Koitmen Mutu, Etika Perintah dan terciptanya menerapkan Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Publik. pengklasifikasian arsip Pemerintah dalam
Pemerintah Nomor Tahun 2012 yang transparan dan pengarsipan berkas
28 Tahun 2012 lengkap.
21
21
21

Anda mungkin juga menyukai