Anda di halaman 1dari 2

Assalamu'alaikum,

Banyak orang tua yang keliru dalam memahami masalah Kafa'ah atau kufu'
(Kesepadanan) dalam konsep Islam.
Yang menjadi pertimbangan mereka pada umumnya adalah status sosial, keturunan,
materi duniawi, Padahal dalam Islam aturan kafa'ah (kesepadanan) hanya ditinjau dari
sisi kualitas agama seseorang, bukan status sosial.
Allah berfirman:
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 49:13)

Dalil lainnya adalah hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah telah menikahkan

1). Zait bin Haritsah (Pembantu beliau, mantan budak) dengan Zainab binti Jahsy
(Wanita keturunan suku Quraish, Bangsawan).

2). Rasulullah juga menikahkan Fatimah binti Qais (juga keturunan Quraish, bangsawan)
dengan Usamah bin Zait bin Haritsah (Juga pembantu Rasulullah,mantan budak).

3). Abu Hudzaifah bin Utbah (Sahabat Nabi yang juga turut serta dalam perang badar,
keturunan Quraish) telah mengangkat Salim sebagai anak angkatnya.
Abu Hudzaifah menikahkan Salim dengan keponakannya, padahal Salim adalah
pembantu beliau, mantan budak.

4). Saudara perempuan Abdurrahman bin Auf (Quraish) dinikahi oleh Bilal (Sahabat
Nabi, seorang budak berkebangsaan Habasyah (Etiopia) yang dimerdekakan oleh Abu
bakar).

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari 4 contoh diatas. Sahabat nabi adalah
manusia-manusia terbaik setelah Rasulullah, Allah telah memuji mereka dalam Al-Qur'an
dan Allah telah ridha kepada mereka. Mereka adalah murid2 terbaik dari guru terbaik
(Rasulullah). Merekalah yang jauh lebih paham tentang tuntunan Islam (termasuk
masalah Kafa'ah/kesepadanan) dari pada endatu-endatu kita. Sudah selayaknya kita
merujuk pada ijma' mereka.
Note: Tetap perlu hati2 dalam menasehati orang tua, kepada orang tua yang kafir saja
wajib bersikap santun apalagi terhadap orang tua yang muslim.

Orang tua harus memahami yang harus diperhatikan adalah sejauhmana komitmen calon
mantunya terhadap agama.
Kafa'ah (kesepadanan) dalam kualitas agama dipandang sangat penting agar usaha untuk
mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami dapat terwujud, InsyaAllah.
kepada para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berfaham materialis dan yang
taqlid pada adat istiadat, wajib bagi mereka untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wanita dikawini karena empat hal :
Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya.
Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak
demikian, niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari 6:123,
Muslim4:175).

Dalam hadits lainnya, Rasulullah juga bersabda: "Apabila seseorang yang kamu ridhai
agamanya dan akhlaknya datang kepadamu untuk melamar, maka kawinkanlah ia
(dengan puterimu), jika kami tidak melakukannya niscaya terjadi fitnah dan kerusakan
dimuka bumi ini" (HR At-Tirmidzi 1085).
InsyaAllah, sesorang muslim yang baik akan membimbing anggota keluarganya dan
tidak berlaku semena-mena terhadap mereka, karena ia paham bahwa istri dan anak2nya
adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggung jawabkan kelak.

Ada contoh yang sangat baik dari seorang Syeikh dosen di university di Saudi (Afwan,
tidak ingat namanya siapa), ketika hendak mencarikan suami untuk putri kesayangnnya,
Beliau datang ke mesjid jauh sebelum shalat subuh dimulai dan memperhatikan
mahasiswa yang paling baik shalatnya (mengikuti sunnah) untuk ditawarkan menjadi
menantunya. Perlu diketahui level Syeikh di Saudi seperti ibarat Profesor nya Profesor di
tempat kita, tetapi mereka disana memang tidak gila gelar karena takut akan ancaman
Allah terhadap mereka yang riya dengan ilmunya. (Tidak salahnya jika kita juga
menggunakan cara Syeikh tsb untuk memilih jodoh buat aneuk2 inong boh hate).

Ada juga yang berargumen tentang perlunya memilih nasab keturunan, dengan alasan
Hadits Riwayat ibnu Majah berikut iini.
"Pilihlah untuk nuthfah (anak keturunan) kamu dan nikahilah wanita-wanita yang
sepadan dan nikahkanlah (puteri2 mu) dengan mereka (yang sepadan)"
Dalam fatwanya Syeikh Utsaimin Rahimahullah telah mengatakan bahwa hadits tersebut
tidak shahih, maka dengan sendirinya hujjah dalil tersebut gugur.
(Didalam sanadnya ada perawi yang bernama al-Harits bin Imran, yaitu seorang yang
haditsnya harus diabaikan).

Semoga bermanfaat. Lebih detailnya bisa dilihat dari kitab fatwa2 ulama Lajnah Da'imah.

Anda mungkin juga menyukai