Anda di halaman 1dari 3

Niat Sebagai Barometer

,‫ وفقراؤهم للمسألة‬,‫ وأغنياؤهم للتجارة‬,‫ سال طينهم للنزهة‬:‫إذا كان آ خر الزمان خرج الناس إلى الحج أاربعة أصناف‬
‫وقراؤهم للسمعة‬.

Artinya: Pada akhir zaman orang akan keluar haji dalam empat golongan, pemimpin-
pemimpin mereka keluar untuk berwisata ( jalan-jalan ), orang-orang kaya mereka keluar
untuk berniga, orang-orang faqir mereka keluar untuk meminta-minta, dan Qurro’ mereka
untuk ketenaran.

Dalam hadits ini terkandung suatu ibroh dan gambaran bagaimana pada akhir zaman akan
ada orang yang berhaji tetapi tidak mendapatkan apa yang menjadi target dari haji itu
sendiri, apalagi notabene amal ini adalah ibadah dengan nilai besar dihadapan Allah
sehingga bisa menghapus dosa-dosa yang besar dan kecil.

Diriwayatkan bahwa syaitan yang merasa lebih mulia dari Nabi Adam pun pada hari itu
kelihatan kecil, terkucilkan, terhina, dan merasa sangat jengkel, semua itu disebabkan
karena dia melihat betapa banyak Allah menurunkan rahmatnya bagi hambaNya yang
berhaji ke baitullah.Hal ini bersandar pada hadits Nabi yang mengatakan bahwa setiap
hari akan turun di Baitullah itu 120 rahmat : 60 diantaranya diperuntukkan bagi orang
yang thowaf, 40 rahmat bagi orang-orang yang sholat disekitar Ka’bah, sedangkan 20
sisanya diberikan bagi yang melihatnya.

Dewasa ini sudah bisa dilihat dan dibuktikan akan kebenaran sabda Nabi yang mulia,
tidaklah beliau mengabarkan suatu berita melainkan hal itu semata-mata wahyu dari
Allah swt,sebagaimana yang tertera dalam Al-qur’an :
) 4 : ‫وما ينطق عن الهوى إن هوإالوحي يوحى ( النجم‬

Artinya : Dan tidaklah Dia ( Rasulullah ) itu berucap dari hawa nafsunya, melainkan dari
wahyu yang diwahyukan ( kepadanya )

Ungkapan-ungkapan Nabi disamping indah juga bermakna sangat dalam dan luas baik
yang tersirat maupun yang tersurat sehingga beliau diberi gelar ”jawaami’u al-kaliim”
yaitu orang yang memiliki ucapan yang ringkas tapi bermakna luas dan mencakup.

Disini akan dibahas mengapa beliau menggambarkan pentingnya kemurnian niat dengan
bentuk ibadah haji?. Hal itu dikarenakan ibadah ini merupakan simbol dari ketaatan
seorang hamba untuk mengerahkan segenap daya upaya baik dari segi riil ,ataupun
materil disetiap rukun-rukun yang terdapat didalamnya.

Sedangkan alasan bahwa hanya empat golongan ini saja yang dijadikan perumpamaan
adalah karena keempatnya telah mewakili berbagai strata sosial yang mereka merupakan
pelaku-pelaku dalam tatanan masyarakat, empat golongan itu adalah:
Pemimpin ( golongan atasan )
Banyak dari mereka melaksanakan ibadah haji hanya dengan niat wisata, dengan
anggapan bahwa hal itu bisa meringankan beban mereka dari rutinitas sehari-hari.
orang-orang kaya (golongan atas)
Dalam haji tujuan utama mereka adalah berdagang, itu disebabkan adanya peluang-
peluang bisnis yang terbuka lebar dan menguntungkan di sektor komoditi dan perniagaan
dengan momen musim haji. Agama islam tidaklah melarang adanya transaksi jual- beli
atau perdagangan dalam manasik haji, selama hal tersebut tidak menyebabkan pelakunya
lalai dan memalingkan perhatiannya dari menunaikan rukun-rukun serta kewajiban haji
lainnya dengan sebenar-benarnya untuk sibuk mengurusi barang dagangannya.
orang-orang faqir (golongan bawah)
Fenomena pada musim haji sekarang ini terdapat banyak para orang faqir berbondong-
bondong ke Makkah bukan dengan tujuan ibadah melainkan hanya untuk mengais rezeki
disela-sela rutinitas para jemaah haji,yang mempunyai antusias tinggi dalam
memperbanyak amal.
orang ahli Al-qur’an ( golongan berilmu )
Golongan yang satu ini termasuk didalamnya semua orang yang berkecimpung di semua
disiplin ilmu ( ulama ). Tetapi tujuan mereka haji adalah hanya untuk mencari ketenaran
agar bisa mendapatkan keuntungan yang bersifat duniawi, hal itu bisa mereka raih hanya
dengan berada di tanah Haram, selain daripada itu mereka akan memperoleh kedudukan
yang tinggi disana sebab penghormatan yang diberikan para penduduk di wilayah ini
terhadap para ulama tergolong sangat besar.

Memang dalam beribadah seorang hamba dituntut agar bisa membersihkan hati dari niat-
niat yang bisa merusak nilai dan kualitas amal yang dikerjakan, sebab hal itu merupakan
bagian sentral dan sangat krusial ibarat jantung dalam tubuh, yang dengan tanpanya tidak
akan berfungsi seluruh organ

Menyikapi hadits tersebut Imam Ghozali menyebutkan bahwa sabda nabi ini merupakan
petunjuk tentang adanya tujuan-tujuan duniawi yang terkandung dalam ibadah seorang
hamba, akan tetapi jika ibadah itu dibarengi dengan amaliah duniawi yang hanya sekedar
untuk dapat melaksanakan ibadah itu sendiri atau dalam artian sebagai perantara yang
menyampaikan pada tujuan utama yang tidak merusak nilai ibadah itu sendiri, dan agar
tidak menggunakan agama sebagai sarana untuk memperoleh dunia akan tetapi
sebaliknya, yakni dunialah yang dijadikan perantara untuk akhirat. Sebagaimana cerita
ibunda Nabi Musa yang menyamarkan identitasnya agar mudah untuk menyusui
anaknya.

Disamping niat itu memiliki peran penting dalam struktural ibadah,juga terdapat
keutamaan-keutamaan khusus yang dimilikinya sebagaimana sabda Nabi saw :
‫نية المؤمن خير من عمله‬

Akan tetapi telah banyak orang yang salah dalam meletakkan sebuah dalil pada porsi
yang semestinya,karena ketidakpahaman mereka atau sengaja mencari cara yang mudah
dengan menyalahgunakan sebuah hadits demi mendukung perbuatannya.Mereka
beranggapan, walaupun hanya dengan niat mereka akan mendapatkan fadilah melebihi
orang yang mengerjakan amaliah suatu ibadah yang sama. Padahal, yang dimaksud disini
adalah bahwa jikal ada seorang mukmin yang pada waktu sehatnya selalu istiqomah
mengerjakan ibadah-ibadah tertentu,maka dikala dia sudah tidak mampu mengerjakannya
karena uzur sakit atau lanjut usia maka dia masih akan tetap mendapatkan pahala sama
seperti yang dilakukannya saat dia mampu.

Niat merupakan sebab utama kekalnya ahli surga dalam surga dan ahli neraka dalam
neraka. Imam Hasan Basri ra. Menjelaskan bahwa masuknya ahli surga dalam surga dan
ahli neraka dalam neraka itu tergantung amal-amal mereka. Sedangkan faktor utama
mengapa mereka kekal didalamnya adalah karena niat-niat mereka yang seandainya
mereka diberikan umur panjang oleh Allah di dunua maka yang ahli surga akan tetap
dalam ketaatan pada Allah sepanjang hidupnya. Begitu juga sebaliknya, ahli neraka akan
tetap dalam kemaksiatan atau kekafirannya.

Niat yang dimaksud disini adalah niat ikhlas semata-mata mencari ridho Allah yang
merupakan tujuan utama ibadah seorang hamba. Namun kenyataaannya sangtlah jarang
kita temukan orang-orang yang mempunyai hati seperti ini, dan itu memang sebagai bukti
akan kebenaran semua yang disampaikan oleh Rasulullah pada umatnya.

Jika kita mengkaji lebih dalam lagi apa hakekat ikhlas itu maka ada baiknya kita
menelaah apa yang telah dipaparkan oleh Imam Dzun Nun Al-Misri ketika beliau ditanya
oleh seorang tentang kapankah seorang hamba itu mengetahui bahwa dia termasuk
oorang-orang yang ikhlas. Beliau menjawab bahwa jika seorang hamba sudah
mengerahkan segala usahanya dalam menunaikan etaatan dan lebih menyenangi turunnya
derajat ( kehinaan ) dimata manusia.

Akhirnya setelah kita memahami arti dan maksud dari niat hati yang ikhlas secara
mendetail dari itu kita akan bisa meraba, menentukan, dan memastikan apakah kita ini
sudah termasuk hamba yang menyembah Rabbnya dengan sepenuh hati, serta
senantiasalah mengharap perlindungan pada Allah agar hati kita selalu terjaga dari
gangguan setan yang tak akan pernah rela melihat bani Adam selamat melewati ujian
dunia ini Karena Rasulullah telah bersabda mengenai hal ini.
‫إنه أسرع تقلبا من القدر إذاستجمعت غليانه‬

“bahwa hati itu lebih cepat pergolakannya daripada buih air yang mendidih dalam panci”

Oleh karena itu marilah kita memperbanyak membaca doa :


‫يا مقلب القلننوب ثبت قلوبنا على دينك‬

Anda mungkin juga menyukai