2. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk rgan
tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu
sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh
ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus (clubfoot).
3. Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode
organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada
trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb
virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat
menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli
dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis,
kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system
saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat
erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah
diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya
fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun
hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya
pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang
tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan
akibatnya terhadap bayi.
Ahmad Pambuko 2011-11-148 Oral Surgery 2
6. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami
gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7. Faktor Radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada
janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan
mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor Gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan
kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan
kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya
defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian
&elainan kongenital.
9. Faktor-faktor Lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor
lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia,
atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai
tidak diketahui.
Ahmad Pambuko 2011-11-148 Oral Surgery 2
1.Hipoplasia Enamel
Hipoplasia Enamel adalah suatu kondisi dalam mulut yang memperlihatkan adanya pembentukan
enamel gigi yang tidak sempurna. Kondisi ini merupakan bentuk dari amelogenesis imperfecta dan
seringkali ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning, kemerahan atau coklat pada gigi. Pada
kasus yang ringan, kondisi ini memperlihatkan hanya sedikit groove, pit dan fissure pada permukaan
email; sedangkan pada kasus yang lebih berat akan terlihat deretan pit horizontal yang dalam pada
permukaan enamel. Pada kasus yang lebih hebat, lapisan enamel bisa jadi tidak ada (enamel plasia).
3. Amelogenesis Imperfecta
Merupakan kelainan herediter yang tampak sebagai perubahan pengaturan atau struktur gen yang
berhubungan dengan email. Ditemukan dalam bentuk hipoklasifikasi enamel, hipoklasifikasi email,
hipoplasia email atau keduanya namun dentin dan pulpa normal. Baik gigi susu maupun tetap dapat
terserang. Insidennya adalah 1 dalam 15000 orang.Banyak pola herediter yang ditemui, diantaranya
adalah autosomal dominan, resesif, X-linked, sehingga jumlah individu yang terkena dalam satu keluarga
dapat bervariasi. Bentuk yang paling sering adalah X linked dan menarik karena gen X mengatur ukuran
dan bentuk gigi manusia. Kelainan ini mempunyai riwayat keluarga. Oleh karena itu, beberapa anggota
keluarga dapat mempunyai penyakit ini dalam beberapa generasi. Cacat dalam gen ini menyebabkan
email mengalami hipoklasifikasi atau hipoplasia. Secara klinis dapat bervariasi barupa ceruk, lekukan,
defek horizontal atau vertikal dan tidak ada hubungannya dengan kronologis perkembangannya. Tipe
yang paling umum adalahhipoklasifikasi yang bervariasi dan ketebalan gigi normal, bewarna coklat,
rapuh serta lunak. Kalkulus dapat terbentuk banyak sekali pada daerah yang rusak sehingga menyebabkan
fraktur email menjauhi dentin. Begitu email fraktur, dentin terlihat terlihat sehingga cepat rusak,
meninggalkan hanya akar. Pada radiogram tampak email hampir tak terlihat, seperti bayangan atau sama
sekali tidak ada.
1. Hipodonsia
Kegagalan perkembangan satu atau dua benih gigi relatif umum terjadi dan sering kali bersifat herediter.
Ada beberapa sindrome yang disertai hipodonsia, yang paling umum adalah Sindrome Down. Gigi yang
paling sering tidak tumbuh adalah molar ketiga, premolar kedua, dan insisif lateral atas. Sumbing palatal
merupakan kelainan perkembangan lainnya yang berhubungan dengan hipodonsia.
2. Anodonsia
Kegagalan perkembangan seluruh gigi (anodonsia) jarang ditemukan. Anodonsia berkaitan
dengan penyakit sistemis, displasia ektodermal anhidrotik herediter yang merupakan suatu kelainan
perkembangan ektodermal dan umumnya diturunkan sebagai sex-linked. Ptia lebih sering daripada
wanita.Pada anodonsia, proc. alveolaris tanpa adanya dukungan oleh gigi menjadi tidak berkembang
membuat profil menyerupai orang yang sudah tua dikarenakan kehilangan dimensi vertical.
Ahmad Pambuko 2011-11-148 Oral Surgery 2
Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang
lebih banyak dari jumlah normal. Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang
terlalu berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.
1.Geminasi
Geminasi merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang membentuk dua gigi. Pada
kelainan geminasi ini menyebabkan terpisah nya mahkota gigi secara menyeluruh atau sebagian melekat
pada satu akar dengan satu saluran akar.
2.Fusi
Fusi merupakan gigi yang besar (makrodonsia) dengan satu mahkota besar yang terdiri atas persatuan
mahkota-mahkota dan akar-akar. Hal ini dikarenakan satu gigi dibentuk dua benih gigi yang terpisah.
Fusi sulit dibedakan dengan geminasi. Selain dengan pembuatan radiogram, menghitung jumlah gigi yang
ada dapat menolong hal ini karena pada fusi ada satu gigi yang hilang.
3. Dens invaginatus
Dens invaginatus berarti adanya gigi dalam gigi. Pada radiogram tampak kelainan gigi karena invaginasi
enamel ke dalam lekukan yang dalam di dalam gigi. Sering kali terlihat pada daerah ceruk lingual gigi
insisif kedua atas. Adanya debris dalam invaginasi membuat kerusakan pada gigi ini cenderung tidak
terdeteksi. Radang periapeks merupakan indikasi pertama dari adanyaproses kerusakan gigi.
4.Dilaserasi
Dilaserasi merupakan suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis memanjang dari mahkota gigi.
Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam, hamper tegak lurus. Mineralisasi gigi tetangganya
sebelum gigi yang mengalami kelainan ini menjadi penyebab terjadinya dilaserasi akar.
dari kelainan ini adalah bakteri Treponema palidum menyebabkan reaksi radang kronis, fibrosis dalam
folikel gigi sehingga terjadi perubahan dalam penekanan pada sel ameloblas dan menyebabkan terjadinya
hipoplasia, dan proliferasi epitel odontogenik ke dalam papilla dentis sehingga terbentuk takik. Secara
klinis gigi insisif terlihat kecil, bentuk menggembung dibagian tengah atau mengalami invaginasi
menguncup ke arah insisal, pada gigi molar bentuk seperti bulan, permukaan kasar, banyak ceruk dan
tonjolan.
6. Mutiara enamel
Mutiara enamel adalah enamel berbentuk bola kecil bulat oval yang dapat dijumpai pada atau di dalam
akar. Suatu mutiara enamel adalah enamel mahkota yang sering berekstensi sampai ke bi- atau trifurkasi.
7.Dwarf root
Dwarf root adalah kelainan pada akar gigi. Mahkota gigi normal, tetapi akar gigi pendek dan gemuk.
Biasanya gigi dengan kelainan ini lebih mudah.
8.Taurodonsia
Gigi malformasi berakar jamak yang ditandai oleh perubahan ratio mahkota terhadap akar dimana
mahkota ada adalam panjang normal, akar-akarnya abnormal pendek dan ruang pulpa abnormal besar
1. Mikrodonsia
Mikrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih kecil dari normal. Mikrodontia lokal yang hanya
mengenai satu atau beberapa gigi lebih sering ditemui daripada yang mengenai seluruh gigi. Kelainan ini
lebih sering terjadi pada gigi-gigi permanen dibandingkan gigi-gigi sulung. Selain itu juga lebih sering
terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Microdontia lebih sering terjadi pada gigi insisif dua rahang
atas dan gigi molar tiga rahang atas.
2. Makrodonsia
Makrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih besar dari normal. Kelainan ini bisa mengenai
semua gigi atau hanya beberapa gigi saja. Makrodontia total yang meliputi seluruh gigi sangat jarang
Ahmad Pambuko 2011-11-148 Oral Surgery 2
terjadi, biasanya hanya satu gigi saja yang mengalami kelainan ini. Makrodontia lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
Ahmad Pambuko 2011-11-148 Oral Surgery 2
(Jurnal Asri Arumsari, Alwin kasim, bagian bedah mulut fakultas Kedokteran Gigi UNPAD)
(Hall R.K. Pediatric Orofacial Medicine and Pathology. Chapman and Hall. 1994)
(Crawford, Peter J.M dkk. 2007. Amelogenesis Imperfecta. Orphanet Journal of Rare Disease)