Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

REFLECTIF PRACTICE DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DOSEN PEMBINGBING : SITI NOOR HASANAH, M.Keb

OLEH : SITI NORHALIZA

NIM : 11194442110264

UNIVERSITAS SARI MULIA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca ptaktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesemournaan makalah ini.

Banjarmasin, 4 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
.............................................................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................
ii...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
3
1.3 Tujuan............................................................................................................................
3

BAB II PEMBAHASAN .
2.1 Pengertian......................................................................................................................
4
2.2 Ruang Lingkup Praktik Kebidanan.................................................................................
6
2.3 Praktik dalam Pelayanan Kebidanan.............................................................................
7
2.4 Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.........................................................................
8

BAB III
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
11
3.2 Saran..............................................................................................................................
11
3.3 Kata penutup.................................................................................................................
11
BAB

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.
Salah satu aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Guru jugA Hrus memiliki
kompetensi profesional yaitu mampu mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif melalui penelitian tindakan
kelas
Penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang
dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan melalui proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri sebapai
upaya dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan berbagai tindkan
yang terencana serta menganalisi setiap pengaruh dari adanya perlakuan tersebut.
PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah dalam
pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan cara mengkaji
permasalahan-permasalahan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam
pembelajaran. Setelah itu mencari perbaikan dan merencanakan program
pembelajaran yang dapat memperbaiki dan memecahkan masalah. Kemudian
melaksanakan program tersebut secara sistematis dan empiris . Oleh sebab itu guru
harus melakukan refleksi diri untuk mengetahui apakah sudah melaksanakan
tugasnya secara maksimal karena guru perlu memahami bahwa salah stu
kompetensi yang harus dimiliki adalah mendidik, mengajar, dan melatih siswa
dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi siswa dalam
kehidupannya. Guru juga dituntut mampu menguasai bidang studi yang
diampuhnya dan mengajarkannya kepadasiswa siswa secara profesional, maka
guru harus melakukan penilaian terhadap kinerjanya sendiri, terutama dalam
pembelajaran di kelas sehingga dapat mengetahui bahwa pembelajarannya perlu
diperbaiki kualitasnya.
Dengan demikian, guru akan dapat berusaha melakukan perbaikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu guru yang selalu mencari dan
menemukan hal-hal baru untuk kepentingan kualitas prmbrlajaran di kelas.
Kemampuan tersebut dapat dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan
perbaikan kualitas proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
cara refleksi diri.
Praktik reflektif dapat menjadi alat yang penting dalam praktik berbasis
pengaturan belajar profesional di mana individu belajar dari pengalaman
profesional mereka sendiri, bukan dari pendidikan formal atau transfer
pengetahuan, mungkin sumber yang paling penting dari pengembangn profesional
pribadi dan perbaikan. Selanjutnya, juga merupakan cara penting untuk dapat
menyatukan teori dan praktik, melalui refleksi anda dapat melihat dan label aliran
pemikiran dan teori dalam konteks pekerjaan anda.
Apa yang penting dalam refleksi seluruh latihan anda adalah bahwa tidak
hanya melihat kembali tindakan masa lalu dan peristiwa, melainkan melihat sadar
pada emosi, pengalaman, tindakan, tanggapan, dan menggunakan itu untuk
menambah pengetahuan yang ada dasar untuk menarik keluar pengetahuan baru,
makna dan memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Dengan demikian
gagasan telah mencapai lebar, khususnya dalam pengembangan profesional bagi
para praktisi di bidang pendidikan dan kesehatan. Pertanyaan tentang bagaimana
cara terbaik untuk belajar dari pengalaman memiliki relevansi yang lebih luas
namun, untuk setiap lingkungan belajar organisasi. Secara khusus, orang-orang
dalam posisis kepemimpinan memiliki kesempatan perkembangan yang luar biasa
jika mereka terlibat dalam praktik refleksi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Reflective Pratice?
2. Bagaimana penjelasan Reflective Pratice?
3. Apa saja ruang lingkup Reflective Pratice?
4. Bagaimana praktik dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa saja prinsip bidan dalam pelayana kebidanan?

1.3 TUJUAN
1. Agar dapat memahami mengenai Reflective Pratice
2. Agar dapat mengetahui ruang lingkup Reflective Pratice
3. Agar mengetahui praktik dan prinsip dalam pelayanan kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN

Praktek reflektif adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan


sehingga untuk terlibat dalam proses pembelajarn yang berkelanjutan, yang
menurut pencetus istilah , adalah salah satu karakteristik mendifinisikan praktik
profesional. Refleksi juga dapat diartikan sebagai tindakan atau kegiatan untk
mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya., belum terjadi,
dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya
atau tindakan yang telah dilakukan. Istilah refleksi di sini dipahami dalam
pengertian khas, yaitu suatu upaya menyimak dengan penuh perhatian terhadap
bahn studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan untuk
mengerti pentingnya pemahaman mendalam sampai pada makna dan
konsekuensinya.

Kegiatan refleksi atau reflective pratice merupakan kegiatan yang sangat


penting untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat
melihat apa yang masih perlu diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan.
Merupakan kegiatan yang perlu dilakukan ketika guru sebagai praktisi lapangan
telah selesai melakukan tindakan, ini merupakan suuatu bentuk dari evaluasi
terhadap diri sendiri. Guru menyampaikan segala kegiatan atau pengalamn yang
telh dilakukan untuk didiskusikan dengan peneliti, guru menyampaikan segala apa
yang telah dirasakan dan menyampaikan sejauh mana progras atau kemajuan dari
tindakan yang dilakukannya.

Selain itu, mengemukakan kembali atau melaksanakan lagi apa yang telah
dilakukan merupakan kegiatan refleksi. Gue=ru sebagai pelaksana dan peneliti
sebagai pengamat diharapkan dapat bekerja sama dengan baik agar dapat terjadi
penilaian secara objektif, peniliti merupakan pihak yang sangat berkepentingan
katena akan meningkatkan kinerjnya, ini dimaksudkan agarpelaksanaan tindakan
dapat dilaksanakan secara alami dan daapat dikelola dengan baik. Dalam hal ini
guru sebaiknya menyampaikan segala yang telah dilaksanakan dengan sebenar-
benarnya kepada peneliti sehingga tindakan yang akan diambil selanjutnya dapat
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang ada. Refleksi juga dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang
terjadi sebekumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa
yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. Apabila
guru yang menjadi pelaksana PTK sudah mengetahui apa yang terjadi pada fase
sebelumnya dan ingin melakukan tindakan berikutnya, maka guru harus
memikirkan apa penyebabnya.

Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara
pembelajarn secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang
dikategorikan tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada
saat dilakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak memperhatikan dan tidak
ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil observasi terhadap proses
pembahasan hasil asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi
terhadap materi pelajaran, dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis
kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal. Respon siswa tidak
bisa mengikuti pembelajaran secar maksimal dalam waktu singkat, tidak tertarik
untuk belajar secara berkelompok karena mereka mengantuk dan tidak mendapat
kesempatan untuk berpikir. Dari semua data tersebut, maka guru melakukan
contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara
pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang
di kategirikan tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada
saat dilaakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak memperhatikan dan tidak
ikut berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak
memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil analisis
kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal.

Jadi, refleksi kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu


tindakan yaang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang
telah terjadi atau mempertimbangkan proses, permasalahn, isu dan kekurangan
yang ada yang belum tuntas dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi
menjadi dasar untuk mengetahui kembali rencana tindakan dengan
memperhatikan variasi perspektif yang mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti
untuk mempertimbangkan atau menilai apakah dampak tindakan yang timbul
sudah sesuai dengan yang diinginkan dan membuat perencanaan kembali. Langkah
selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan observasi merupakan refleksi hasil
pengamatan, melalui refleksi maka dapat diketahui atau dipahami kelebihan dan
kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan.

Kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali


suatu tindakan yang telah dilakukan dalam observasi merupakan refleksi yang
dalam penelitian tindakan kelas akan memahami proses, masalah, persoalan dan
kendala yang nyata dalam tindakan yang telah dilakukan selama proses
pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan refleksi guru selain berperan sebagai
peneliti itu sendiri juga harus bekerja sama dengan guru yang sam mata pelajaran
namun berbeda kelas aatu peneliti dari perguruan tinggi agar refleksi dapat
dilakukan sampai dengan tahap pemaknaan tindakan dan situasi dalam pelajaran
yang ada sehingga dapat memberikan dasar untuk memperbaiki rencana tindakan
yang akan di lakukan selanjutnya.

Refleksi praktik dalam pelayan kebidanan dimaksudkan sebagai bentk


pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan) meliputi unsur-unsusr yang terdapat dalam paradigma kesehatan
(perilaku manusia, lingkungan dan pelayanan kesehatan). Kualitas kebidanan
ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat
ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara
efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Praktik reflektif sesungguhnya memungkinkan mahasiswa berusaha untuk


mengidentifikasi, mempelajari apa yang terjadi memegang kontrol self-direct
learning dan mampu mengidentifikasi sendiri kebutuhan belajar khusus. Penelitian
ini mengungkapkan mahasiswa umumnya belum mampu memahami apa yang
dimaksud dengan sikap profesional. Untuk menjadi seorang bidan yang nantinya
memiliki sikap profesional, mahasiswa harus mampu mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan maupun keterampilannya.

Bidan merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan yang


berkualitas dan sebagai tenaga kesehatan yang profesional, bekerja sebagai mitra
kesehatan, khususnya keluarga sebagai unit terkecilnya, yang berarti bida memiliki
posisis strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
kompherensif (berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya
paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang
profesional dan handal dalam memberikan pelayanan yang berkualitas karena
konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa manusia.

2.2 RUANG LINGKUP PRAKTIK KEBIDANAN

a. Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang telah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk
registrasi dan memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Praktik kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang
bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika
dan kode etik bidan. Selain itu diartikan sebagai serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada klien (individu, keluarga dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
c. Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dari seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru
lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan/dukungan atau perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaboraso atau rujukan.

2.3 PRAKTIK DALAM PELAYANA KEBIDANAN


Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab
memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara
aberkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan profesional, ataupun
global. Agar bidan dapat menjelaskan peran fungsinya dengan baik, maka perlu
adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada
klien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya
tenaga bidan yang profesional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan
kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan, seperti
memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diteraapkan
oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan
yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan
pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya paguyuban, kesenian
tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh
petugas, bukanlah sesuaatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat:
a. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidanberupaya menyebarluaskan
informasi melalui berbagai media metode penyampaian, alat bantu, sasaran,
media, waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi
terkait maupun informal leader tidaklah sama disetiap daerah, bergantung
kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasati agar
informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk
diingat bahwa upaya promorif tidak selalu menggunakan dana negara,
adakalanya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi
hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media
yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna.
Materi yang disampaikan sesungguhnya selalu diupdate seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan.
b. Preventif, berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan
balita di posyandu dan lain-lain. Kadang ada kelopmpok masyarakat yang
meyakini bahwa bayi berusia kurang dari 35 hari (Jawa:Selapan) tidak boleh
dibawa keluar rumah.
c. Kuratif, berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama
penyakit berat
d. Rehabilitatif, berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama
bagi klien yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

2.4 PRINSIP BIDAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan
tugasnya yaitu:
a. Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan kkarena
dorongan orang tua, dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan
yang singkat dan dapat membuka praktik mandiri. Oleh karena itu, terlepas dari
apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintaai
pekerjaannya bahkan tidak hanya bidan tetapi setiap orang harus mencintai
pekerjaannya.
b. Jangan membuat kesalahan (don’n make mistake). Dalam memberi asuhan,
usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai dengan standar
profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan
keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan
pernah berhenti mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus
meningkatkan diri dan mau belajar karena ilmu selalu berubah. Keinginaan
untuk terus belajar dan kemampuan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan..
c. Orientasi kepada pelanggan (customer oriented). Apapun yang dilakukan harus
tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri pelayanan, bagaimana
karakter klien anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat mereka
terima dan dapat memberi kepuasan sehingga anda tetap dapat memberi
pelayanan yang sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan.
d. Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality). Bidan harus terus
menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya,. Dalam
memberikan pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan
harus terus menerus meningkatkan diri, mengembangkan kemamouan kognitif
dengan mengikuti pelatihan, mempelajari dan menguasai pengembangan ilmu
yang ada saat ini, mau berubah kearah yang lebih baik, tentu saja juga mau
menerima perubahan pelayanan dibidang kebidanan yang telah dibuktikan lebih
bermanfaat secara ilmiah. Bidan yang terus berpraktik, keterampilannya akan
terus bertambah dalam memberi asuhan dan melakukan pertolongan
persalinan, KB, maupun dalam hal memberikan pelayanan kebidanan lainnya.
Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga akan
meningkatkanmutu pelayanan yang diberikan.
e. Lakukan yang terbaik (do the best). Jangan pernah memandang klien/pelanggan
sebagai individu yang tidak penting atau mengklasifikasikan pelayanan yang
anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status ekonomi, kondidsi
fisik, dan lain-lain. Ingat klien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa
diskriminasi. Bidan harus memberi pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan
juga fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
f. Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the lord). Sebagai
bangsa Indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati
setiap kliennya sebagao makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, bidan harus
memperhatikan kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi
moral dan etika taat dan sadar hukum, menghaargai pelanggan dan teman
sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.
g. Berterimakasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem). Bidan dalam
menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer atau dalam
kelompok (rumaah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan
melihat banyak masalah pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap
masalah yang dihadapi akan menjadi pengalaman dan guru yang paling
berharga. Bidan juga dapat belajar dari pengalaman bidan lainnya dan masalah
yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah,
baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuaat kita dapat
belajar lebih baik lagi di waktu yang akan datang. Selain itu masalah juga dapat
membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan. Oleh karena itu,
jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa
belajar dari setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting
adalah mengevaluasi segala yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran,
masalah, dan kesalahan yang kita alami serta berusaha menghindari kesalahn
yang sama.
h. Perubahan perilaku (behavior change). Mengubah perilaku sangat sulit
dilakukan. H. L. Belum mengatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan,
keturunan, dan perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan
perilaku.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayan kebidanan yang


optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan profesional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran
fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dpat
menjembatani pelayanannya kepada klien. Refleksi praktik dalam pelayanan
kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi
oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur
yang terdapat dalam paradigma kesehatan (perilaku manusia, lingkungan dan
pelayanan kesehatan).
Tenaga bidan yang melakukan reflective learning secara baik akan
melakukan sikap profesional yang baik dibandingkan dengan bidan yang
melakaukan reflective learning tidak baik.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan ini,
diharapkan pembaca mendapatkan pengetahuan tambahan dan dapat memahami isi
materi makalah ini.
Mahasisiwa kebidanan sebaiknya memiliki persepsi yang positif terhadap
reflective learning dan lebih sering berlatih menuliskan reflective learning,
diharapkan dengan menuliskan reflective learning yang baik, maka akan
meningkatkan efektivitas reflective learning dan akan meningkatkan kualitas belajar
untuk dapat mengembangkan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan belajar serta
mendorong mahasiswa untuk membentuk nilai-nilai profesionalisme.
3.3 KATA PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul maka saya banyak berharap pada pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Y. P. (2020). Reflective Practice dalam Kebidanan. Sidoarjo, Jawa Timur: UMSIDA Press.

Nilakesuma. (2017). reflective practice dalam kebidanan. efektifitas reflective learning pada sikap, 6.

http://marlisadarwi.blogspot.com/2017/11/makalah-refleksi-praktik-kebidanan-dan.html?
m=1

http://ejournal.akbidyo.ac.id/index.php/JIK/article/viewFile/66/63

https://pdfcoffee.com/makalah-reflektif-practice-konsep-kebidanandocx-pdf-free.html

http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/622

Anda mungkin juga menyukai