Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANTROPOLOGI IMPLIKASI

TRANSKULTURAL

Disusun Oleh :

Nama : Serlin Trias Mika ( PO.71.20.1.20.068 )


Tingkat : 2B

Dosen Pengampu : Imelda Erman, S.Kep., M.Kes

PRODI D-III KEPERAWATAN PALEMBANG

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang Antropologi dengan materi “Implikasi
Transkultural”. Karena itu penulis sangat membutuhkan masukan-masukan agar makalah
yang dibuat ini bisa menambah pengetahuan penulis dan pembaca. Sesungguhnya makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini, mohon sekiranya dimaafkan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Dan
penulis juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca untuk menambah pemahaman
penulis dalam menulis makalah selanjutnya. Dan lebih baik lagi dalam pembuatan makalah di
kemudian hari.

Palembang, 2 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang..................................................................................................3
1.2. RumusanMasalah............................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................5

BAB II KONSEP DASAR TEORITIS


2.1. Defenisi...........................................................................................................6
2.2. Etiologi............................................................................................................6
2.3. Patofisiologi.....................................................................................................7
WOC..............................................................................................................10
2.4. Manifestasi....................................................................................................11
2.5. Penatalaksanaan.............................................................................................11
2.6. Komplikasi....................................................................................................12
2.7. Pemeriksaan diagnostik.................................................................................14
2.8. Pengkajian Teoritis........................................................................................14
2.9. Diagnosa keperawatan yang Muncul............................................................16

BAB III PENUTUP


3.1. kesimpulan.....................................................................................................17
3.2. Saran..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring
dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya pasien pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai
yang relevan yang telah di miliki klien, sehingga  klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1.    Apa Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing ?
2.   Apa Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing ?
3.   Apa Komponen Dalam Pengkajian Transkultural Nursing?
4.   Apa Gambaran Masyarakat Tentang Kasus Berhubungan Dengan Transkultural Nursing ?
5.   Study Kasus Transkultural Nursing ?
6.   Menyusun Dan Melaksanakan Tindakan Keperawatan Transkultural Nursing?
7.   Peran Agama Dalam Transkultural Nursing ?

1.3. Tujuan
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan
2. Untuk mengetahui pengertian keperawatan.
3. Untuk mengetahui pengertian implikasi.
4. Untuk mengetahui pengertian transkultural.
5. Untuk mengetahui bagaimana implikasi transkultural dalam praktek keperawatan.1. tugas
Mata Kuliah antropologi kesehatan
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Transkultural Nursing 


Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (leininger, 2002)
B.     Pengertian Keperawatan
Virginia Henderson (1978) Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit
untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau meninggal dunia dengan tenang.
Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain
dalam waktu secepat mungkin.
Lokakarya Keperawatan (1983) Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
C.    Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995).
D.    Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing
diagnosa keperawatan transkultural merupakan pengkajian dan penilaian tentang respon klien sesuai latar
belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger
and Davidhizar, 1995)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk pelayanan bio-psiko-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons manusia pada masalah
kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan (Nusing: A Social Policy Statement,
1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi pada
praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan
untuk memberikan pelayanan kepada klien. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan
professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode
etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah,
yaitu:
1.      Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola asuhan keperawatan.
2.      Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan menggunakan hasil dari teknologi
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
3.      Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
4.      Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan professional.
5.      Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang berperan aktif, reproduktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:
1.      Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan.
2.      Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3.      Melakukan konseling.
4.      Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5.      Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
6.      Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan serta masalah
primer di perusahaan
7.      Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8.      Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9.      Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan, mengembangkan dan menganalisa program,
pembiayaan, staffing serta administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989, terdiri dari:
a.       Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b.      Peran perawat sebagai advokat klien
c.       Peran perawat sebagai edukator
d.      Peran perawat sebagai koordinator
e.       Peran perawat sebagai kolaborator
f.       Peran perawat sebagai konsultan
g.      Peran perawat sebagai pembaruan

B.     Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti “berpindah” atau “suatu
perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang berarti “kebudayaaan”. Kultur atau keudayaan
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa Indonesia). Secara
singkat keperawatan transkultural atau transkultural nursing dapat diartikan sebagai keperawatan lintas
budaya.

C.    Transkultural Dalam Praktek Keperawatan


1.      Konsep Perilaku
 Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut
Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu
objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang
cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
        Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat
langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan
positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda,
orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997)
sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat
diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat
digunakan pertanyaan berbentuk skala. .Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui
proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku
terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input),
proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993)..
        Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu
sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu
faktor lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi
evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh
berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai
faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

2.      Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
·         Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan
bilamana telah sembuh dari penyakit.
·         Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini,
bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan
supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
·         Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya
kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku
orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau
tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai
dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
a.       Perilaku kesehatan lingkungan  Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.
b.      Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain:
-          Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
-          Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan)
-          Tidak merokok.
-          Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
-          Istirahat cukup.
-          Mengendalikan stres.
-          Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan
dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan  sebagainya
c.       Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,pengobatan
penyakit, dan sebagainya.
d.      Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran,
yang mencakup hak-hak  orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban  ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini  meliputi:  :
·         Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
·         Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan
kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas
kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya)

D.    Implikasi Transkultural Dalam Praktek Keperawatan


1.         Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang  budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/
mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a.       Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi
b.      Negosiasi budaya . Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan  sumber protein hewani yang lain.
c.       Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut
2.      Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991).
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
a)      Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai
dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model"
7 KOMPONEN DALAM PENGKAJIAN TRANSCULTURAL NURSING
1.      Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan
masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat
atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
2.      Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan
di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3.      Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
4.      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat
6.      Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7.      Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b)      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
c)      Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a.      Cultural care preservation/maintenance
1.      Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2.      Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3.      Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.        Cultural careaccomodation/negotiation
1.      Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2.      Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3.      Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c.         Cultual care repartening/reconstruction
1.      Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2.      Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3.      Gunakan pihak ketiga bila perlu
4.      Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di pahami oleh klien dan
orang tua.
5.      Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
6.      Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi,
yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka.
7.      Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
d)     Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang budaya pasien.

E.     Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan Dengan Transkultural Nursing


Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1.         Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2.         Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan cara untuk
beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien
3.         Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan
pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan fakta bahwa persepsi masyarakat
tentang terjinya penyakit antara daerah yang satu dengan daerah yang lain terdapat perbedaan, hal
tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang di dalam mansyarakat tersebut. Persepsi
kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal
tersebut telah menjadi hal yang turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan
dapat berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat tentang salah satu penyakit. Sebagai
contoh adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai penyakit malaria.
·         Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Tidak
jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang lebat. Penduduk desa
tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuannya. Pelangaran yang dilakukan dapat berupa menebang pohon, membabat hutan
untuk area pertanian, dan sebagainya. Siapa yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib tersebut akan
diganjar dengan penyakit berupa demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh
dengan cara memohon ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang
kemuadian dibuat menjadi ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh
penderita. Dalam beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan dari penuturan sederhana dan mudah
secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita auatu penuturan secara turun-temurun tersebut adalah
faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai timbulnya gejala suatu
penyakit.
Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing. Sebagaimana yang telah
dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi tentang budaya dan
kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab timbulnya fenomena suatu
penyakit di lingkungan yang tempat mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk melakukan
pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai penyebab fenomena
timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan berdasarkan aspek latar
belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat transkultural selanjutnya adalah
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
prosfesional melalui asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan
telah terbukti. Sehingga diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan
merubah cara pandang dan pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu
pengetahuan dan teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang disampaikan tersebut
masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti menggunakan dedaunan dengan
komposisi kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi adalah paradigm pengobatan
berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan metode pemberian mantra atau jampi-jampi oleh
pemuka adat atau pun dukun.

F.     Studi Kasus
Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
      Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak pertamanya, di kamar perawatan dia
ditemani oleh suami dan keluarga termasuk mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang dokter
tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur sebentar. Melihat hal tersebut ibu
mertuanya berkata tidak baik bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak
segera menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas untuk bekerja di kemudian
hari.
      Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang memeriksa keadaan ibu dan bayi tersebut, dia
mengiyakan pendapat dari mertua dokter itu dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak
pertama ibu dan anak adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan mental bayi nanti; semakin cepat
bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ; semakin cepat bergerak akan lebih cepat ibu mandiri
merawat diri dan bayi.
     Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.
G.    Paradigma Transkultural Nursing
      Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :
1.      Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia
berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2.      Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada
rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3.      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih
luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
4.      Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
ü  Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,misalnya
budaya Berolah raga setiap pagi
ü  Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang.
ü  Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.

H.    Konsep Dalam Transkultural Nursing


Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
1.      Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
2.      Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk
kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
3.      Etnosentris diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
4.      Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
5.      Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
6.      Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
7.      Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
8.      Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
9.      Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola
ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
10.  Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

I.       Peran Agama Dalam Transkultural Nursing


Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini
sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal
tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini
saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi
yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.
2.      Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan danmengkomunikasikan masalahnya.
3.      Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4.      Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
5.      Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya.
6.      Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.( Perry AG dan Potter PA,2006)
BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
 Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan, berwenang
di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap  pasien.
 Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
 Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
 Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
 Keperawatan
 Mempertahankan budaya
 Perilaku sehat-sakit
 Negosiasi budaya
 Restrukturisasi
 Budaya
 Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan
pelaksanaan dan evaluasi ).

1.2. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena
perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan Kepercayaan
dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan
semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan
makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi-penggunaan.html
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf
http://wwwpusink.blogspot.co.id/p/hubungan-antara-lingkungan-dan-perilaku.html
http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html
http://wineralways.blogspot.co.id/2012/05/makalah-peran-agama-dalam-keperawatan.html
http://www.academia.edu/7087243/ASUHAN_KEPERAWATAN_TRANSKULTURAL_
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
__________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Two
Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal
14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
__________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Three
Application of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14
Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Anda mungkin juga menyukai