Anda di halaman 1dari 5

Mukadimah

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam kepada kita, memberikan taufik
untuk teguh dan istiqamah di atasnya dan menggolongkan kita ke dalam umat
Muhammad ‫ ﷺ‬.

Umat Muhammad ‫ ﷺ‬adalah umat yang dirahmati oleh Allah Ta’ala,


umat terakhir namun diberi kehormatan untuk masuk ke dalam surga lebih awal
daripada umat – umat sebelumnya besok pada hari kiamat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi kita yang mulia ,
Muhammad ‫ ﷺ‬, para keluarganya dan seluruh sahabatnya serta kaum
Muslimin yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
secara lahir dan batin dengan penuh ikhlas dan sabar, hingga hari kiamat.

Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada saudara-saudara kami seiman,
agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berusaha
keras untuk memelihara hak-hak kaum Muslimin, tidak melakukan kezhaliman
kepada mereka baik dengan perkataan maupun perbuatan.

Sebab segala bentuk pelanggaran hak sesama Muslim dan kezhaliman terhadap
harta, darah serta kehormatannya akan menjadi sumber kerugian seorang Muslim
pada kiamat. Semua itu bisa menyebabkan seorang Muslim bisa menjadi orang
yang bangkrut atau yang dikenal dengan sebutan muflis.
Hadits Tentang Muflis Bangkrut di Hari
Kiamat
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa
suatu kali Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada para sahabat,

‫أَتَ ْدرُونَ ما ال ُم ْفلِسُ ؟‬

“Apakah kalian tahu siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?”


Para sahabat menjawab, “Muflis di kalangan kami adalah orang yang tidak lagi
memiliki dirham (uang) dan harta benda.” Lalu Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,
،‫ وأَ َك َل ما َل هذا‬،‫ وقَ َذفَ هذا‬،‫ ويَأْتي ق ْد َشتَ َم هذا‬،‫ وزَكا ٍة‬،‫يام‬ ٍ ‫وص‬
ِ ،‫صال ٍة‬َ ‫س ِمن أُ َّمتي يَأْتي يَو َم القِيا َم ِة ب‬ َ ِ‫إن ال ُم ْفل‬َّ
‫ضى ما‬ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
َ ‫ فإن فنِيَت َح َسناتهُ ق ْب َل أن يُق‬،‫ وهذا ِمن َح َسناتِ ِه‬،‫ فيُ ْعطى هذا ِمن َح َسناتِ ِه‬،‫ب هذا‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ و‬،‫ك َد َم هذا‬ َ
َ ‫و َسف‬
‫ار‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫في‬ ‫ح‬ ‫ر‬ُ ‫ط‬
َ ِ َّ ‫م‬ُ ‫ث‬ ،‫عليه‬ ْ
‫ت‬ ‫ح‬ ‫ر‬
َ ِ ُ ‫ط‬َ ‫ف‬ ‫م‬ْ ُ ‫ه‬ ‫طايا‬ َ‫خ‬ ‫ن‬ ‫م‬ َ
ِ ِ ‫عليه‬
‫ذ‬ ‫خ‬ ُ ‫أ‬
ِ

“Sesungguhnya muflis (orang yang bangkrut) itu termasuk umatku yang akan
datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa, zakat, namun dia datang
(dengan dosa) mencaci orang ini, menuduh yang ini tanpa bukti (memfitnah),
memakan harta orang ini, mengalirkan darah yang ini, memukul orang itu.
Kemudian orang (yang dizhalimi) ini diberi kebaikan dari dia (pelaku
kezhaliman), orang yang itu (yang juga dizhalimi ) diberi kebaikan dari dia.
Apabila kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum dia menebus semua
kesalahannya, dosa-dosa orang-orang (yang dizhalimi) itu dibebankan kepadanya
dan kemudian dia dilempar ke dalam neraka.” [Hadits riwayat Muslim di dalam
Shahih Muslim no. 2581]
Siapa Muflis Menurut Nabi ‫ﷺ‬
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam hadits ini, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada para sahabatnya


tentang kriteria orang yang bangkrut dalam pandangan mereka.

Para sahabat akhirnya menjawab sesuai dengan parameter yang lazim ada dalam
kehidupan mereka saat itu, yaitu orang yang pailit, yang tidak lagi memiliki uang
maupun harta benda sama sekali.

Tidak pernah terbayang dalam benak para sahabat adanya kriteria lain tentang
orang yang bangkrut. Tidak pernah terlintas dalam pikiran para sahabat kala itu
adanya kebangkrutan di akhirat kelak.

Maka Nabi ‫ ﷺ‬yang senantiasa menginginkan keselamatan dan


kebahagiaan umatnya di dunia dan akhirat menjelaskan adanya kebangkrutan yang
bersifat hakiki. Yaitu kebangkrutan dalam kehidupan yang hakiki, kehidupan
akhirat. Sebab kehidupan dunia ini bukan hidup yang sejati, kehidupan yang semu
dan akan ada batas akhirnya.

Para sahabat berbicara kepada Nabi ‫ ﷺ‬tentang muflis dari kalangan


penduduk dunia sedangkan Nabi ‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka tentang
muflis pada hari kiamat.

Para sahabat berbicara kepada beliau ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang


bersifat sementara, sedangan Nabi ‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka
tentang kebangkrutan yang terus menerus.
Para sahabat berbicara kepada beliau ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang
terkadang setelah itu berhasil pulih kembali kekayaannya sedangkan Nabi
‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka tentang kebangkrutan yang tidak akan
bisa lagi untuk dipulihkan kekayaannya.

Para sahabat berbicara kepada Nabi ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang


boleh jadi tidak membahayakan agama seseorang, sedangkan Nabi ‫ﷺ‬
berbicara kepada mereka tentang kebangkrutan yang menjerumuskan orangnya ke
dalam neraka.

Menurut Nabi ‫ ﷺ‬, yang namanya orang bangkrut atau muflis itu
adalah orang yang melakukan shalat, puasa, zakat dan pada hari kiamat diterima
amalannya, sehingga dia mendapat pahala. Namun ada masalah yang membelit
dirinya, yaitu dia juga melakukan berbagai tindak kezhaliman yang tidak ringan.

Dia melakukan berbagai pelanggaran terhadap hak orang lain, di antaranya:

1. Ia mencaci maki, menghina, mengutuk saudara sesama Muslim. Kata ‫َشتَ َم‬
artinya adalah perkataan yang sangat buruk.
2. Menuduh tanpa bukti atau di kalangan kita disebut dengan memfitnah.
Biasanya kata kerja qadzafa merupakan ucapan terkait masalah kehormatan
dan melemparkan tuduhan tanpa bukti kepada seseorang bahwa dia telah
melakukan zina atau perbuatan yang semakna dengan hal itu.
3. Memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar secara syar’i.
4. Menumpahkan darah orang lain tanpa alasan yang benar secara syar’i.
5. Memukul orang lain tanpa alasan yang benar secara syar’i.
Akibat dari kezhaliman tersebut, orang tadi harus menebus kesalahannya dengan
cara membayarnya dengan kebaikan-kebaikan yang dia miliki, karena tidak ada
lagi uang tebusan untuk membayar denda di akhirat.

Dan bila deposit kebaikannya sudah habis dan belum impas tebusan dosa-dosa
tersebut, maka mau tidak mau dia harus menampung transferan dosa dari orang
yang dia zhalimi sampai impas.

Akibatnya jelas, dia tidak lagi punya kebaikan dan bahkan daftar dosanya malah
bertambah banyak. Timbangan amalnya jelas berat sebelah di daun timbangan
keburukan, karena di daun timbangan kebaikannya sudah kosong melompong.

Akhirnya dia harus menebus semua dosanya dengan menjalani siksaan di Neraka.
Saat dia menyaksikan proses transfer keburukan orang yang dia zhalimi, sudah
terbayang dibenaknya, dia pasti celaka karena jelas akan dilemparkan ke dalam
neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan. Wal-‘iyadzu billah.
Semoga Allah melindungi kita semua dari termasuk ke dalam kelompok muflis ini.
[i]
Mari Berlindung Agar Tidak Menjadi Orang
Muflis
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Lantas, bagaimana cara kita melindungi diri atau menyelamatkan diri kita dari
ancaman kebangkrutan pada hari kiamat? Secara sederhana jawabannya adalah
dengan menjauhi sebab-sebabnya.

Kalau kita cermati sebab-sebab kebangkrutan pada hari kiamat sebagaimana


disebutkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬, pada intinya kembali pada satu sebab utama,
meskipun bentuknya berbeda-beda. Sebab utamanya adalah melanggar atau
merampas hak-hak orang lain.

Agar kita tidak mudah terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan atau bisa
menzhalimi hak-hak orang lain dan selamat dari kebangkrutan di akhirat, ada
sejumlah hal yang harus dilakukan, yaitu:

1. Senantiasa sadar dan sensitif terhadap hak-hak orang lain.


Seorang ulama Salaf bernama Muhammad bin Wasi’ mengirim surat kepada salah
seorang saudaranya seiman yang isinya sebagai berikut,”Apabila kamu mampu
untuk bermalam dalam keadaan telapak tanganmu bersih dari darah yang haram,
perutmu kosong dari makanan haram, punggungmu tidak dibebani dengan harta
haram, maka lakukanlah. Apabila kamu sudah melakukannya maka tidak ada
kesalahan atas dirimu.
ٰۤ ُ ۗ ْ ْ َ‫اِنَّ َما ال َّسبِ ْي ُل َعلَى الَّ ِذ ْينَ ي‬
٤٢ – ‫ك لَهُ ْم َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬
َ ِ‫ول ٕى‬ ِ ْ‫اس َويَ ْب ُغوْ نَ فِى ااْل َر‬
ِّ ‫ض بِ َغي ِْر ال َح‬
‫قا‬ َ َّ‫ظلِ ُموْ نَ الن‬

Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka
itu mendapat siksa yang pedih. [Asy-Syura: 42]. Wassalaam.”
2. Terus menerus menghadirkan kesadaran akan hisab hari kiamat.
Hal ini akan melindungi seseorang dari melakukan kezhaliman terhadap orang lain
dan juga dari kebangkrutan atas izin Allah.

Sebagai misal, suatu hari ada seorang pria berbicara kepada Khalifah yang lurus,
Umar bin Abdul Azis rahimahullah sampai membuat beliau marah kepadanya.
Umar hendak memukulnya namun kemudian dia menahan dirinya.

Dia berkata kepada pria tersebut,”Kamu ingin setan memancingku dengan


kewibawaan sultan lalu aku menimpakan suatu musibah kepadamu apa yang kamu
akan timpakan kepadaku besok? Berdirilah. Semoga Allah memaafkanmu. Kami
tidak butuh kesepakatan kerja denganmu.”

3. Terus menerus melakukan muhasabah atau instropeksi diri.


Siapa saja yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya sendiri, niscaya
dia akan mengetahui kejahatan-kejahatan jiwanya dan akan berjuang untuk
membebaskan jiwanya dari kejahatan tersebut sebelum datang hari penyesalan,
yatu Hari Kiamat.
4. Meminta pembebasan dari tuntutan hukuman (dimaafkan) dari suatu
kezhaliman di dunia ini lebih baik dari pembalasan kezhaliman
tersebut di akhirat nanti.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ فإن‬،‫ قبل أن ي ُْؤ َخ َذ منه يو َم ال دينا َر وال ِدرْ هَ َم‬،‫ فَ ْليَتَ َحلَّ ْله اليو َم‬،‫مال‬ ٍ ْ‫ظلِ َمةٌ من ِعر‬
ٍ ‫ض أو‬ ْ ‫َمن كانت أِل َ ِخيه عنده َم‬
‫ت عليه] (وهو‬ ْ َ‫ت صاحبِه ف ُج ِعل‬ ُ
ِ ‫ أ ِخ َذ من سيئا‬،ٌ‫ وإن لم يكن له عمل‬،‫ظلِ َمتِه‬ ْ ‫ أُ ِخ َذ منه بقَ ْد ِر َم‬،ٌ‫كان له عم ٌل صالح‬
‫ وأصله في البخاري‬،‫في صحيح الجامع‬

“Siapa saja yang pernah melakukan kezhaliman terhadap saudaranya dalam


masalah kehormatan atau harta, maka hendaklah dia meminta saudaranya
tersebut untuk memaafkannya pada hari ini, sebelum diambil dari dirinya pada
hari tidak ada dinar dan dirham.
Bila dia memiliki amal shalih, maka diambil amal tersebut darinya sesuai dengan
kadar kezhalimannya (untuk diberikan kepada saudaranya yang dia zhalimi).
Apabila dia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan saudaranya tersebut
diambil dan diberikan kepadanya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari]
5. Berinteraksi dengan orang lain dengan memaafkan dan berlapang dada.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala memaafkan kita.
Sesungguhnya balasan itu sesuai dengan jenis amalan. Allah Ta’ala berfirman,

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫– َو ْليَ ْعفُوْ ا َو ْليَصْ فَحُوْ ۗا اَاَل تُ ِحبُّوْ نَ اَ ْن يَّ ْغفِ َر ُ لَ ُك ْم ۗ َو ُ َغفُوْ ٌر ر‬
‫َّح ْي ٌم‬

dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. [An-Nuur: 22][ii]
‫ َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم‬,‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْ¨ي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا‬,‫آن ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫بَا َر‬
ُ ْ َّ ْ ُ َ ْ ْ َ ُ َ ْ
ِ ‫ إِنهُ هُ َو ال َغفوْ ُر الر‬،ُ̈‫ أقوْ ُل قَوْ لِ ْي هَذا َوا ْستَغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولك ْم فَا ْستَغفِرُوْ ه‬.‫تِالَ َوتَهُ إِنهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬
‫َّح ْي‬ َّ

Anda mungkin juga menyukai