Anda di halaman 1dari 16

NAMA : ahmad fikri aryanto MATA KULIAH : Bahasa Indonesia

NPM : 202115500178 DOSEN PENGUJI: fami hidayat s,smpd


KELAS :R1B TANGGAL UJIAN : 17 november 20211
SEMESTER : gasal 1 Waktu ;1 X 24 Jam
NO.HP/WA : +6285817165683

pe

1. Buatlah sebuah parafrasa (tulisan argumentatif) bertema Sumpah Pemuda jadi Momen Bersejarah

Pergerakan Kemerdekaan RI dan Selamat Hari Pahlawan dengan ketentuan harus memuat beberapa

hal berikut. (Sebutkan referensi yang didapatkan dari jurnal di internet. Dilarang menggunakan

wikipedia dan blogspot)

a. Pendahuluan

b. Kondisi pemuda kita saat ini (lengkapi dengan fakta dan data)

c. Profil Pemuda Indonesia yang bertanggung jawab (solusi terkait dengan pemuda dan bahasa

Indonesia)

d. Penutup

jawaban

1. A . pendahuluan ; Latar Belakang


2. Dalam kehidupan dahulu ini kita sering menjumpai pemuda yang berjuang demiIndonesia
dengan cara bertempur dimedan perang. Mereka rela mati demi kemerdekaan Indonesia.
Kita sebagai pemuda-pemudi generasi sekarang juga harus meniru kerjakeras mereka
berjuang membela bangsa Indoneisa, tak harus berperang seperti para pahlawan. Kita dapat
menjadi pemuda-pemudi yang berprestasi dan mengharumkannama bangsa. Kegigihan
pemuda jaman dahulu berhasil melahirkan sesuatu yangdisebut “sumpah pemuda”
3.
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan buktiotentik bahwa
pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karenaitu sudah seharusnya
segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktobersebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia inimerupakan buah dari perjuangan rakyat
yang selama ratusan tahun tertindas dibawahkekuasaan kaum kolonialis pada saat itu,
kondisi ketertindasan inilah yang kemudianmendorong para pemuda pada saat itu untuk
membulatkan tekad demi mengangkatharkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad
inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai
kemerdekaannya 17 tahunkemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.Sekarang ini banyak
pemuda yang lupa akan sejarah para pemuda terdahulu.Sehingga banyak pemuda yang
mudah terkontaminasi oleh hasutan orang-orang jahat.
Alhasil banyak pemuda yang memilih berdemo ketimbang membuat musyawarah antara
petinggi negeri ini dengan rakyat. Selain berdemo, para pemuda juga melakukan aksitawuran
yang telah merajalela dikalangan siswa SD,SMP, dan SMA. Dizaman yangmodern ini para
pemuda seakan di jajah kembali namun bukan secara terang-terangannamun di jajah secara
psikis.Solusi untuk mengatasi sikap pemuda ini adalah dengan memperkenalkan merekadengan
sejarah dan akhlak dari kecil hingga dewasa. Sehingga pemuda Indonesiamampu membangun
negeri ini dengan kepala dingin.Melihat kejadian pemuda yang makin agresif maka akan dibahas
dalam makalahini agar dapat mengetahui bagaimana sejarah pemuda membangun bangsa ini
serta bentuk pengaplikasian tepat yang dilakukan dalam era modern ini. Secara jelasmengenai
sejarah, arti, dan pengaplikasiannya akan dibahas pada Bab II.

B. Kondisi pemuda kita saat ini (lengkapi dengan fakta dan data

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Sumpah Pemuda

Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah
Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928

hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini
setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi
di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang
beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil
organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong,
John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito
berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara
dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan
pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah,
bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoela dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa
anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di
sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkandalam perjuangan.

Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)

Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)

Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)

Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)

Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)

Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)

Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)

Peserta:Abdul Muthalib Sangadji; Purnama Wulan; Abdul Rachman; Raden Soeharto; Abu Hanifah;
Raden Soekamso; Adnan Kapau Gani; Ramelan; Amir (Dienaren van Indie); Saerun (Keng Po); Anta
Permana; Sahardjo; Anwari; Sarbini; Arnold Manonutu; Sarmidi Mangunsarkoro; Assaat; Sartono;
Bahder Djohan; S.M. Kartosoewirjo; Dali; Setiawan; Darsa; Sigit (Indonesische Studieclub); Dien
Pantouw; Siti Sundari; Djuanda; Sjahpuddin Latif; Dr.Pijper; Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken);
Emma Puradiredja; Soejono Djoenoed Poeponegoro; Halim; R.M. Djoko Marsaid; Hamami;
Soekamto; Jo Tumbuhan; Soekmono; Joesoepadi; Soekowati (Volksraad); Jos Masdani; Soemanang;
Kadir; Soemarto; Karto Menggolo; Soenario (PAPI & INPO); Kasman Singodimedjo; Soerjadi;
Koentjoro Poerbopranoto; Soewadji Prawirohardjo; Martakusuma; Soewirjo; Masmoen Rasid;
Soeworo; Mohammad Ali Hanafiah; Suhara; Mohammad Nazif; Sujono (Volksraad); Mohammad
Roem; Sulaeman; Mohammad Tabrani; Suwarni; Mohammad Tamzil; Tjahija; Muhidin (Pasundan);
Van der Plaas (Pemerintah Belanda); Mukarno; Wilopo; Muwardi; Wage Rudolf Soepratman; Nona
Tumbel.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Isi dari Sumpah
pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut:

PERTAMA: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
(Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.

2.2 Arti Sumpah Pemuda

Ketika beraneka-ragam kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak


membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita, maka mengisi Hari Sumpah Pemuda dengan
jiwa aslinya adalah amat penting. Suara-suara negatif sebagai akibat interpretasi yang salah tentang
otonomi daerah sudah mengkhianati jiwa Sumpah Pemuda. Demikian juga pernyataan dan kegiatan-
kegiatan sebagian dari golongan Islam reaksioner, seperti yang dipertontonkan oleh
organisasi/gerakan semacam Front Pembela Islam, Ahlussunah Waljemaah, Majelis Mujahidin
Indonesia, KISDI dan lain-lain sebagainya.

Perlulah kiranya selalu kita ingat bersama-sama bahwa Sumpah Pemuda, yang dilahirkan sebagai
hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah
manifestasi yang gemilang dari hasrat kuat kalangan muda Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku
dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.
Mereka ini adalah wakil-wakil angkatan muda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Islamieten
Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura
Bond, Pemuda Betawi dan lain-lain. Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)
inilah kongres pemuda itu telah melahirkan Sumpah yang berbunyi : “Kami putera dan puteri
Indonesia mengaku bertumpah-darah yang satu : tanah Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia
mengaku berbangsa yang satu: bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung
bahasa yang satu : bahasa Indonesia “.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, sudah terjadi banyak perlawanan terhadap kolonialisme Belanda,
yang dilakukan oleh berbagai suku di berbagai daerah, baik di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan
pulau-pulau lainnya. Namun, karena perjuangan itu sebagian besar bersifat lokal dan kesukuan,
maka telah mengalami kegagalan. Pembrontakan PKI di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dalam
tahun 1926 merupakan gerakan yang menimbulkan pengaruh politik yang lintas-suku dan lintas-
agama yang penting (karena juga terjadi di Sumatera Barat). Sumpah Pemuda lahir dalam tahun
1928, ketika puluhan ribu orang telah ditahan dan dipenjarakan oleh pemerintah Belanda sebagai
akibat pembrontakan PKI dalam tahun 1926. Berbagai angkatan muda dari macam-macam suku dan
agama telah menyatukan diri dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda lewat Sumpah
Pemuda, ketika ribuan orang digiring dalam kamp pembuangan di Digul. Adalah penting untuk sama-
sama kita perhatikan bahwa tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Yamin (Jong Sumatranen Bond),
Amir Syarifuddin (Jong Batak), Senduk (Jong Celebes), J. Leimena (Jong Ambon), adalah peserta-
peserta aktif dalam melahirkan Sumpah Pemuda. Dan perlulah juga kita catat, bahwa Sumpah
Pemuda dicetuskan oleh kalangan muda, ketika Bung Karno aktif melakukan beraneka kegiatan
lewat PNI (yang dua tahun kemudian ditangkap Belanda dan diajukan di depan pengadilan Bandung,
di mana ia mengucapkan pidato pembelaannya yang terkenal “Indonesia Menggugat”).

Jadi, jelaslah bahwa Sumpah Pemuda adalah semacam kontrak-politik berbagai suku bangsa
Indonesia, yang diwujudkan secara kongkrit oleh wakil-wakil angkatan muda mereka. Sumpah
Pemuda adalah fondasi penting kebangkitan bangsa Indonesia dan landasan utama bagi
pembentukan negara Republik Indonesia.

2.3 Tujuan dan Manfaat Sumpah Pemuda

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Kami putra dan
putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”, isi dari sumpah pemuda yang dikumandangkan pada
28 Oktober 1928 di di Gedung Oost Java Bioscoop bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia yang sebelumnya masih bersifat sangat kedaerahan. Selain itu
sumpah setia ini bertujuan untuk mempersatukan pemuda-pemuda di seluruh tanah air.
Adapun manfaat yang dapat kita petik dari Sumpah Pemuda antara lain sebagai berikut:

Semangat kekeluargaan, persatuan, dan persaudaraan antar sesama.

Terwujudnya kerukunan antar masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah dipecah
belah (di adu domba)

Menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap


disintegrasi bangsa yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

3.Tujuan dan Manfaat Sumpah Pemuda

“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Kami putra dan
putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”, isi dari sumpah pemuda yang dikumandangkan pada
28 Oktober 1928 di di Gedung Oost Java Bioscoop bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia yang sebelumnya masih bersifat sangat kedaerahan. Selain itu
sumpah setia ini bertujuan untuk mempersatukan pemuda-pemuda di seluruh tanah air.

Adapun manfaat yang dapat kita petik dari Sumpah Pemuda antara lain sebagai berikut:

Semangat kekeluargaan, persatuan, dan persaudaraan antar sesama.

Terwujudnya kerukunan antar masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah dipecah
belah (di adu domba)

Menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap


disintegrasi bangsa yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

C. Profil Pemuda Indonesia yang bertanggung jawab (solusi terkait dengan pemuda dan bahasa

Indonesia) Penaatan Sumpah Pemuda Saat Ini

Momen Sumpah Pemuda, pemuda harusnya mengambil pelajaran untuk kemajuan bangsa ke depan,
pemuda yang notabene generasi penerus untuk kemajuan bukan untuk terpecah belah. Mahasiswa
saat ini dinilai cenderung melupakan sejarah. Kesan itu bisa dirasakan pada sebagian mahasiswa.
Disinilah sebenarnya fungsi organisasi pemuda dan kemahasiswaaan. Baiknya semua mahasiswa bisa
turun serta aktif dalam ormawa, lalu fungsi pengkaderan harus terus ditingkatkan. Rasa cinta tanah
air pemuda jaman sekarang juga dinilai masih cukup kurang. Banyak sekali yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan cinta tanah air kita, contohnya dengan menggunakan batik, akan tetapi budaya
fashion pemuda jaman sekarang lebih memilih untuk mengikuti budaya barat. Selain itu, tawuran
antar pelajar maupun mahasiswa merajalela dimana-mana hanya dikarenakan perbedaan suku
ataupun golongan. Lalu apa gunanya rumusan Sumpah Pemuda yang kedua yaitu “Kami putra dan
putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia” ? Yang terakhir yaitu mengenai
Bahasa persatuan kita, yaitu Bahasa Indonesia. Miris rasanya ketika pemuda yang notabene sebagai
generasi penerus bangsa tidak menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan,
melainkan mengadopsi bahasa-bahasa asing yang menurut mereka terlihat lebih gaul. Lantas kalo
bukan kita semua yang melestarikan Bahasa Indonesia,siapa lagi? Apakah kita sudah mewujudkan
Sumpah Pemuda dalam kehidupan kita sehari-hari?

Dalam kehidupan sehari-hari, wujud cinta tanah air juga dapat berupa penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam percakapan dengan sesame. Kebanyakan dari kita belakangan ini lebih
suka menggunakan bahasa yang –kata banyak orang- disebut bahasa gaul. Misalnya seperti gue elo
dibanding aku kamu. Pada 28 Oktober 1928 telah diikrarkan Sumpah Pemuda yang salah satunya
dari tiga isinya ialah menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Selain bahasa gaul,
bahasa yang dianggap lebih keren –kata anak muda- ialah bahasa Inggris. Kita tahu bahwa bahasa
Inggris adalah bahasa internasional dan kita boleh mempelajarinya, bahkan diajarkan di sekolah.
Namun tetap saja bangsa kita adalah bangsa Indonesia, sudah semestinya bahasa kita adalah bahasa
Indonesia. Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai bangsa Indonesia jika kita malah jauh lebih
fasih berbicara menggunakan bahasa bangsa lain dibanding bahasa kita sendiri.

Perwujudan lainnya adalah dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana kita tunduk kepada Sang Pencipta, menghargai sesama manusia, bersikap adil dan
beradap, bermusyawarah, dan tidak membeda-bedakan stiap orang dapat juga dikategorikan
sebagai perwujudan cinta tanah air. Hal-hal yang tersebut di atas merupakan hal-hal kecil dan
sederhana. Namun justru itulah perwujudan cinta tanah air yang semestinya. Kita tidak harus selalu
bertempur di medan perang untuk membuktikan kecintaan kita terhadap Indonesia. Namun
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah termasuk cinta kepada tanah air.
Pengamalan Pancasila dikatakan sebagai bentuk cinta tanah air karena Pancasila merupakan ideologi
nasional. Dan kita, sebagai bangsa Indonesia, tentunya berkewajiban untuk –tidak hanya
menghafalkannya, tetapi juga- mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita.

Ada lagi yang dapat kita lakukan untuk melawan keprihatinan kita terhadap penerapan Sumpah
Pemuda,yaitu dengan menulis. Sebuah karya tulis bisa memmbangkitkan rasa cinta terhadap tanah
air, misalnya saja melawan sms-an dengan bloger. Bisa juga dengan mengumpulkan tulisan-tulisan
yang bisa mengangkat jiwa nasionalisme kita.

2.5 Pengaplikasian Sumpah Pemuda pada Anak untuk Membangun Pendidikan Karakter atau
Watak.

Rapuhnya tembok demokrasi, jebolnya tembok kejujuran merupakan tidak kokohnya pondasi
pendidikan karakter dan budaya bangsa serta muatan religiusitas yang diertai praktik sosialnya.
Penulis sepakat dengan frase; sumpah pemuda, pendidikan karakter dan kebudayaan. Kebudayaan
menjadi nilai penting dan telah dibuktikan oleh para guru kita terdahulu. Spirit sumpah pemuda,
karakter dan pendidikan kebudayaan menjadi kekuatan yang kini masih bisa diharapkan. Lalu
bagaimana sebaiknya ranah pendidikan bersikap?

Semangat dan nilai sumpah pemuda nyata-nyata juga melahirkan nilai nasionalisme. Nilai yang
mengutamakan semangat kebangsaan, namun memangkas aspek kedaerahan yang kuat kala itu. Kini
kesadaran untuk bersatu muncul lagi. Pemerintah menggalangkan gerakan pendidikan karakter,
terakhir dengan kebijakan perubahan nama kementrian.

Nilai sumpah pemuda menjadi aplikatif ketika dilaksanakan dalam pendidikan karakter di sekolah.
Sekolah menjadi miniature masyarakat dan miniature kebangsaan yang kompleks dan sarat nilai.
Sudah waktunya sekolah menerapkan nilai-nilai semangat sumpah pemuda dalam aktifitas yang
semestinya, bukan sekadar teori belakan.

Jika zaman orde baru kita mengenal system penataran P4, yang dengan doktrinnya ampuh
membekas dalam ingatan namun rapuh dalam aplikasinya. Kini, semangat nilai sumpah pemuda
harus dirintis kembali dalam tindakan nyata. Paradigma pembelajaran di kelas perlu diubah dalam
balutan semangat sumpah pemuda. Kepemudaan menjadi ruh yang kuat pendidikan karakter
berkebudayaan. Tepat jika kini pemerintah melalui dinas pendidikan, menerapkan Pendidikan
Karakter dan Budaya Bangsa (PKPB).

Ruh dari PKPB merupakan kotemplasi pendidikan karakter, kebudayaan dan perlu pula mengambil
ruh sumpah pemuda.

Untuk itu, pertama Dinas pendidikan merumuskan kembali arah PKPB sampai ke bentuk
pelaporannya kepada orangtua siswa. Dinas perlu mencari format alternative pendidikan karakter
dan budaya bangsa melalui pembangkitan atau revitalisasi nilai sumpah pemuda. Di usia ke -83
Sumpah Pemuda sebaiknya bukan lagi sekadar ceremonial belaka, sehingga siswa sekadar tahu
kerangka luarnya saja.

Kedua, pada tataran sekolah perlu mengadakan berbagai kegiatan aplikatif untuk mengaplikasikan
nilai sumpah pemuda. Misalnya kegiatan lomba, kegiatan kunjungan ke tokoh kebangsaan,
mendatangkan pakar dan studi kebudayaan. Di sisi lain, siswa akan merasa memiliki semangat
nesionalisme, jika sudah pernah melakukan study kebudayaan. Secara empiris, sekolah perlu
melakukan tindakan riil untuk menerapkan semangat sumpah pemuda. Guru menjadi bagian yang
penting untuk mengkaji kembali nilai sumpah pemuda kemudian disisipkan dalam pembelajaran dan
penilaian peri laku. Ranah psikomotorik, social siswa juga menjadi pertimbangan khusus untuk
kenaikan kelas atau kelulusan, jika selama ini tumpuan kelulusan dan kenaikan kelas sekadar nilai
angka
E. Penutup

Kesimpulan

Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan
satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda adalah fondasi penting kebangkitan
bangsa Indonesia dan landasan utama bagi pembentukan negara Republik Indonesia.Dibacakan pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Pemerintah menggalangkan gerakan pendidikan karakter. Karena nilai sumpah pemuda menjadi
aplikatif ketika dilaksanakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Untuk merintis kembali semangat
nilai sumpah pemuda, harus dalam tindakan nyata. Yang pertama Dinas pendidikan merumuskan
kembali arah PKPB sampai ke bentuk pelaporannya kepada orangtua siswa. Kedua, pada tataran
sekolah perlu mengadakan berbagai kegiatan aplikatif untuk mengaplikasikan nilai sumpah pemuda.

Saran

Sebaiknya pemuda pada jaman saat ini lebih menjunjung tinggi nilai nasionalisme. Namun peran
orang tua dan guru diperlukan untuk membentuk karakter dan kepribadian anak. Terlebih
pendidikan karakter harusnya diberikan pada pendidikan tingkat rendah. Hal ini bertujuan agar nilai
positif dari pendidikan karakter tersebut dapat ditanamkan dan diaplikasikan sejak dini hingga anak
tumbuh dewasa. Karena setiap perkembangan jaman akan terjadi banyak perubahan terutama
dalam pembentukan sikapnya

Hari Pahlawan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hari Pahlawan, 10 November. Ya. Mungkin diantara kita telah banyak yang melupakan hari sakral
tersebut. Bahkan kita pun cenderung alpa untuk memperingatinya. Di sekolah - sekolah sekalipun,
seakan tidak tergugah untuk memberi reward kepada pahlawan tanpa tanda jasa atau hanya
sekedar mengingatkan kembali makna pahlawan yang sesungguhnya kepada para murid. Upacara
peringatan Hari Pahlawan pun, telah semakin jarang dijumpai. Masyarakat bahkan tidak sempat
memberikan penghormatan kepada Hari Pahlawan, walau hanya sekedar mengibarkan bendera
Merah - Putih di depan rumah mereka.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 17 Agustus 1945 pasukan
Jepang mulai dilucuti oleh tentara nasional dan rakyat. Proses pelucutan ini menimbulkan
bentrokan-bentrokan di berbagai daerah yang cukup banyak menimbulkan korban. Inisiatif tersebut
juga dilakukan karena pihak sekutu di Indonesia masih belum juga melucuti tentara Jepang.

Pihak sekutu yang telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga turut
akhirnya turun ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang. 15 September sekutu yang diwakili oleh
Inggris mendarat di Jakarta dan 25 Oktober di Surabaya dengan 6.000 serdadu dari Divisi ke-23
dengan pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Namun pendaratan sekutu ini didomplengi kepentingan
Belanda secara rahasia melalui NICA untuk kembali menguasai Indonesia meskipun sudah
memerdekakan dirinya.

Rakyat Indonesia marah mendengar konspirasi tersebut sehingga perlawanan terhadap Inggris dan
NICA tetap berlanjut yang memuncak ketika pimpinan sekutu wilayah Jawa Timur Brigadir Jenderal
Mallaby terbunuh 30 Oktober di Surabaya.

Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby mengultimatum
rakyat Indonesia untuk menyerah sampai batas akhir tanggal 10 November pagi hari. Namun di
batas ultimatum tersebut rakyat Surabaya menjawabnya dengan meningkatkan perlawanan secara
besar-besaran, salah satu pimpinan perlawanan tersebut adalah Sutomo, dikenal sebagai Bung Tomo
(yang sampai saat ini belum diangkat secara resmi menjadi Pahlawan Nasional, hanya menerima
penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto).

Perang ini menimbulkan perlawanan lain di semua kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung sampai
dengan aksi membakar kota 24 Maret 1946 dan Mohammad Toha meledakkan gudang amunisi
Belanda, Palagan Ambarawa, Medan, Brastagi, Bangka dll. Perlawanan ini terus berlanjut baik
dengan senjata maupun dengan negosiasi para pimpinan negeri seperti perjanjian Linggajati di
Kuningan, perjanjian di atas kapal Renville, perjanjian Roem-Royen sampai akhirnya Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun
1949.

Empat tahun revolusi yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, hingga akhirnya momen 10
November dijadikan Hari Pahlawan. Dari fakta sejarah di atas bisa kita simpulkan bahwa ancaman
pertama kemerdekaan Indonesia bukan hanya Belanda ingin menguasai kembali, namun sekutu
yang dipimpin Amerika memiliki kepentingan tersendiri di Indonesia.

B. Tujuan

1. Mengetahui arti pahlawan yang sesungguhnya

2. Mengenal sosok - sosok pahlawan masa kini

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan
pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa
Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah
Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap
kolonialisme.

B. Kedatangan Tentara Jepang Ke Indonesia

Tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8
Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan
Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tesebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh
Jepang.

C. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom
atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus
1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

D. Kedatangan Tentara Inggris & Belanda

Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para
tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak
daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September
1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober
1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East
Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang,
membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke
negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan
Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA
(Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris
untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan
perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

E. Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan
bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh
wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota
Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera
di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial,
sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18
September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa
persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah
utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka
menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan
kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang
berlangsung di Surabaya.

Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel
Yamato
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat
yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah
Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang
melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai
perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera
Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak
untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian
dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh
tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman
dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel
untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam
hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil
menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera
kembali sebagai bendera Merah Putih

Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran
pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian
hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak
Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno
untuk meredakan situasi.

F. Kematian Brigadir Jenderal Mallaby

Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29
Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-
bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan
bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby,
(pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick
yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika
akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak
yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda
Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena
ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini
menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti
Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10
November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan
perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

G. Perdebatan Tentang Pihak Penyebab Baku Tembak

Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20
Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan bahwa baku
tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak
ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang
memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena
mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:

"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah
terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak
secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata),
berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India
untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa
di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi,
memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua
senapan Bren dan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan
sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan
lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh
menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun
(kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya;
yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby). Saya pikir ini tidak dapat
dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu
seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya
saya tak punya alasan untuk pertanyakan ... "

H. Tanggal 10 November 1945

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh
mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang
bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan
diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November
1945.

Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah
membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak
Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan
Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan
bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar
yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara
Inggris di Indonesia.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali
dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan
sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.

Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan
pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari
penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh
menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.

Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto
terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa
perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu.

Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam
tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar
di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga
perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.

Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim
Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri
mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu
patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga
perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu
lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi,
makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum
seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.

Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi
dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara.
Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan
perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10
November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

I. Hari Pahlawan Adalah Berjiwa Revolusioner

Adalah penting dalam menghayati arti Hari Pahlawan, kita semua mencermati bahwa Bung Karno
adalah satu di antara sejumlah tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia yang paling menonjol (dan
paling banyak!) dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa. Ini
tercermin dalam banyak halaman buku beliau “Di bawah Bendera Revolusi”, dan juga dalam pidato-
pidato beliau. Bung Karno menjadikan Hari Pahlawan sebagai sarana untuk mengingatkan . kepada
seluruh bangsa (terutama angkatan muda) bahwa sudah banyak pejuang-pejuang telah gugur, atau
mengorbankan harta-benda dan tenaga mereka, untuk mendirikan negara RI. Mereka rela
berkorban, supaya kehidupan rakyat banyak bisa menjadi lebih baik dari pada yang sudah-sudah.
Mereka berjuang dalam tahun-tahun 20-an, dan selama revolusi kemerdekaan 45, untuk menjadikan
negara ini milik bersama, guna menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Jadi, menghayati secara benar-benar Hari Pahlawan adalah berarti menghubungkannya dengan
revolusi bangsa. Dan seperti yang sudah ditunjukkan oleh sejarah kita, revolusi bangsa Indonesia
adalah pluralisme revolusioner. Dalam perjalanan jauh (long march) yang berliku-liku ini berbagai
tokoh golongan masyarakat ( dari berbagai suku, keturunan, agama dan aliran politik) telah
menyatukan diri dalam barisan panjang revolusioner kita.

Dengan latar-belakang pandangan sejarah yang demikian itu pulalah kiranya kita bisa mengerti
mengapa Bung Karno menerima usul Sumarsono untuk menjadikan tanggal 10 November sebagai
Hari Pahlawan. Sedangkan Sumarsono sendiri, yang menjadi pimpinan tertinggi PRI di Surabaya
waktu itu, adalah seorang pemuda yang masa kecilnya mendapat pendidikan Kristen, dan setelah
besar mempunyai hubungan erat dengan gerakan di bawah tanah PKI. melawan kolonialsime
Belanda dan fasisme Jepang (lewat jaring-jaringan Mr; Amir Syarifuddin, pelukis Sudjoyono, tokoh
PKI Widarta dan lain-lain)..

Dari ketinggian pandangan revolusioner yang demikian itulah kita sepatutnya memandang arti
penting Hari Pahlawan. Jadi, tidak cukup hanya dengan pengibaran bendera dan nyanyi--nyanyian
atau pidato-pidato yang isinya kosong atau steril saja Upacara-upacara memang tetap perlu
dikerjakan, namun yang lebih penting adalah memberi isi dan jiwa kepada hari keramat ini.

J. Para Pahlawan Menangis Dalam Makam

Dewasa ini, memperingati Hari Pahlawan dengan semangat baru, cara baru, pandangan baru, adalah
penting. Sebab, kita sama-sama menyaksikan bahwa selama Orde Baru, keagungan jiwa revolusioner
Hari Pahlawan yang dicetuskan oleh Bung Karno telah dibikin mandul atau kerdil. Pastilah para
pahlawan kita dari berbagai angkatan, berbagai suku, berbagai agama dan aliran politik, menangis
sedih dalam makam mereka, melihat keadaan bangsa dan negara kita yang seperti sekarang ini.
Bukanlah bangsa dan negara yang macam sekarang ini yang mereka cita-citakan ketika mereka
bersedia mengorbankan diri dalam berbagai medan perjuangan, termasuk dalam pertempuran-
pertempuran di seluruh tanahair.

Sebagai produk kultur politik dan kultur moral Orde Baru kerusakan dan pembusukan melanda di
seluruh lini, baik di bidang eksekutif, legislatif dan judikatif, termasuk di kalangan agama. Banyak
tokoh-tokoh politik, pemuka masyarakat dan pejabat yang benar-benar sudah menjadi penjahat dan
pengkhianat rakyat. Banyak di antara mereka sudah tidak peduli lagi terhadap kepentingan publik.
Mereka menghalalkan segala cara untuk mencuri milik negara dan rakyat. Mereka tidak segan-segan
menggunakan dalil-dalil dan kedok agama untuk menimbulkan perpecahan, dan menyebar benih-
benih kerusuhan.

K. Tugas Angkatan Muda

Mengingat situasi yang begini buruk dewasa ini (ingat : dampak peristiwa bom di Bali, hubungan
internasional yang memburuk, investasi yang menurun, utang yang makin menggunung,
pengangguran yang makin membengkak, pelecehan terus-menerus terhadap hukum dan HAM,
korupsi yang tetap merajalela) , adalah kewajiban moral angkatan muda dari berbagai golongan,
keturunan, suku, agama, dan aliran politik untuk menjadikan jiwa Hari Pahlawan.sebagai senjata
guna berjuang melawan pembusukan besar-besaran ini. Sebab, kelihatannya, kita sudah tidak bisa
menaruh harapan lagi kepada berbagai angkatan yang telah ikut mendirikan Orde Baru, dan juga
yang merupakan produk (didikan) kultur buruk ini.

Jiwa yang sudah pernah dimanifestasikan oleh angkatan muda secara gemilang dalam tahun 1998
dalam menumbangkan kekuasaan Suharto, perlu dipupuk dan dikobarkan terus, dalam bentuk-
bentuk baru, sesuai dengan perkembangan situasi. Dalam perlawanan terhadap Orde Baru telah
jatuh korban-korban. Mereka adalah bagian dari sederetan panjang pahlawan, yang kebanyakan
tidak dikenal. Karena telah mengorbankan diri untuk melawan sistem politik dan kediktatoran yang
telah membikin banyak kerusakan parah terhadap bangsa dan negara selama puluhan tahun, maka
sudah sepatutnyalah bahwa mereka kita pandang sebagai pahlawan pendobrak Orde Baru.

Hari Pahlawan harus sama-sama kita kembalikan kepada peran (dan pesannya) yang semestinya. Ini
adalah tugas utama bangsa kita, termasuk dari kalangan pendidikan dan sejarawan. Angkatan muda
harus dididik untuk menghayati benar-benar semangat pengabdian kepada rakyat dan pengorbanan
diri demi kepentingan nusa dan bangsa. Kalangan sejarawan (dan pendidikan) perlu sekali meninjau
kembali buku-buku sejarah dalam sekolah-sekolah, sehingga generasi muda kita mengenal sejarah
bangsa secara benar (ingat : pemalsuan yang memblingerkan : serangan 1 Maret dan pendudukan 6
jam di Jogya oleh Suharto dan pemalsuan-pemalsuan sejarah lainnya).

Bangsa yang besar menghargai para pahlawannya. Bangsa Indonesia pernah dipandang besar oleh
bangsa lain di dunia, terutama oleh rakyat-rakyat di Asia, Afrika dan Amerika Latin, berkat
perjuangannya melawan kolonialisme dan imperialisme ( mohon dicatat antara lain : revolusi 45,
Konferensi Bandung, Konferensi Pengarang Asia-Afrika, Konferensi Wartawan Asia-Afrika, Ganefo,
Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Aaing).

Sekarang ini, negeri kita Indonesia sedang terpuruk citranya di dunia. Sekali lagi, bukan negeri yang
macam beginilah yang dicita-citakan oleh ratusan ribu (bahkan mungkin jutaan) pahlawan kita, yang
dalam barisan panjang dan berliku-liku telah berbondong-bondong bersedia mengorbankan diri,
demi kita semua dan demi anak-cucu kita.

Dengan tekad bersama untuk menjunjung tinggi-tinggi semangat revolusioner dalam mengabdi
kepada kepentingan rakyat, marilah kita sambut peringatan Hari Pahlawan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna Pahlawan yang sesungguhnya adalah semua orang yang rela dan mau membantu atau
berbuat baik kepada orang lain, bangsa ataupun negara tanpa adanya rasa pamrih. Dan kita juga
harus mengetahui pahlawan masa kini, bukan hanya pahlawan yang berperang pada zaman
penjajahan saja. Bahkan, kita juga dapat turut menjadi pahlawan.

B. Saran dan Kritik

Sudah merupakan kewajiban semua warga negara untuk menghargai jasa para pahlawannya. Maka,
marilah, sebagai generasi muda kita juga harus menghargai jasa dan mengobarkan semangat
kepahlawanan.Dan apabila dalam makalah ini adalah kesalahan ataupun kekurangan, maka penulis
harap kritik yang membangun dari semua pihak sehingga kedepan akan lebih baik dari sekarang ini

Anda mungkin juga menyukai