Anda di halaman 1dari 31

NAMA : AHMAD FIKRI ARYANTO

NPM : 202115500178
MATA KULIAH :PAHAM -PAHAM
SEJARAH

“ZIONISME”
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“SEJARAH”
Oleh :
Ahmad Fikri Aryanto

Dosen Pembimbing :
Dr. Rahayu Permana M.H

Jurusan S1 Sejarah
Fakultas Sejarah
Universitas Indraprasta
2021
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk makalah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahayu Permana M.Hu selaku dosen.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak kekurangan.
Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk
dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat.

JAKARTA 30 NOVEMBER 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zionisme merupakan suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan
ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan negara khusus bagi Bangsa Yahudi di
Palestina (facebook: Israel Berbahasa Indonesia, 11 Juni 2011). Kata zionisme sangat
banyak diperdebatkan karena memiliki definisi berbeda pada setiap orang yang
memahaminya, ada yang mendefinisikan bahwa zionisme sebuah agama, sebuah ras,
ataupun sebuah ilmu yang sesat untuk menghancurkan sebuah negara maupun agama.
Menyinggung banyaknya definisi zionisme yang sebagian orang berfikiran bahwa
ajaran tersebut merupakan ajaran yang sesat, namun kesadaran mereka untuk
mengantisipasi masuk dikehidupan sekitar sangatlah kurang. Tidak hanya
perkembangan globalisasi saja yang bisa masuk ke dunia kita namun paham zionisme
pun juga bisa masuk di kehidupan sekitar kita. Zionisme bisa disebut juga ideologi
karena pada gerakan kemerdekaan tersebut juga mengajarkan tentang ide, cita – cita,
maupun pandangan paham mereka. Cita – cita zionisme ialah menggenggam seluruh
dunia sesuai dengan apa yang mereka mau dengan Tuhan mereka yaitu Dajjal / The
All-See ing Eye(Henry Makow, 2015: 13). Zionisme pun juga bisa masuk ke dalam
media massa entah itu Kita sering mendengar mengenai istilah zionisme, yang
seringkali muncul di berbagai media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini. Terutama
setelah beberapa bulan lalu ketika ekspansi Israel kembali mencoba menyerang
palestina di jalur Gaza.masalahnya Bagi umat muslim kebanyakan istilah seperti; jews
(yahudi), yehwah, zionis, messiah, dll. sering diartikan untuk dinisbatkan kepada
bangsa israel. padahal istilah-istilah itu memiliki definisi yang berbeda-beda
Kerancauan Pemahaman berbagai istilah tersebut seringkali merujuk pada pengertian
yang terbentuk dari pelbagai media. Media yang membeberkan masalah ini secara tidak
langsung menginternalisasi alam bawah sadar kita. Pikiran alam bawah sadar
memunculkan kritik yang mendominasi untuk mengecam berbagai gerakan yang
muncul dari Israel. Padahal belum pasti asumsi dasar pikiran kita sudah tepat
mendefinisikan mengenai berbagai istilah yang muncul dari tanah Israel Maka perlu
kiranya terdapat suatu penyelidikan yang mendasar agar ditemukan pemahaman yang
tepat mengenai pelbagai istilah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan olehpeneliti diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Zionisme?
2. Bagaimana gerakan zionisme?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang ada, maka bertujuanuntuk mengetahui makna zionisme

dalam

Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi, wawasan, dan pengembangan yang lebih luas kepada

mahasiswa, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi agar mengetahui bagaimana

makna simbol dalam sebuah film.

2. Menjadi bahan referensi atau rujukan kajian pustaka untukmelengkapi penelitian

selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Zionisme, berasal dari kata Zion dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu
karang. Maksudnya, ialah batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota
Al-Quds, Yerusalem, Israel. Namun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa
zionisme merupakan sinonim dari nama yerusalem. Zion berasal dari bahasa inggris, dalam
bahsa latin dinamakan sion, dalam bahasa ibraninya adalah Tsyon. Bila merujuk istilah ini
maka berarti “bukit”, bukit tinggi kota suci Yerusalem. Yang merupakan kota yang tidak
terlihat mata. Kota Allah tempat tinggal Yahweh. Sedangkan bila diambil secara istilah
dapat diambil pengertian berikut ini“Zionisme adalah gerakan dan ideology yang terkait
dengan sejarah orang-orang yahudi di Negara pembuangan untuk kembali ke negeri nenek
moyang mereka, Palestina. Bangsa Yahudi yang terpaksa “diaspora” menyebar di
berbagaiwilayah seperti eropa, amerika, afrika, asia, dan Negara yang ada di timur tengah.
Kata “zion” merujuk kepada kata yang berasal dari asal kata Ibrani, Tsyon. ….

Ada juga yang menafsirkan bahwa zionisme adalah sebuah


gerakan politik kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali lagi ke Zion,
(bukit di mana kota Yerusalem berdiri). Merujuk dalam pelbagai definisi diatas maka
zionisme dapat disimpulkan sebagai suatu gerakan Yahudi Internasional yang secara politik
disertai dengan penghalalan segala cara untuk mengembalikan kembali kejayaan bangsa
Israel di tanah Palestina.

B. Sejarah Zionisme

Istilah Zionisme dalam makna politik itu dicetuskan oleh Nathan Bernbaum, ‘Zionisme
Internasional’ yang pertama berdiri di New York pada tanggal 1 Mei 1776. Gagasan ini
mendapatkan dukungan dari Kaisar Napoleon Bonaparte ketika ia merebut dan menduduki
Mesir. Untuk memperoleh bantuan keuangan dari kaum Yahudi. Napoleon pada tanggal 20
April 1799 bermaksud mengambil hati bangsa Yahudi dengan mengatakan, “Wahai kaum
Yahudi, mari membangun kembali kota Jerusalem lama”

Sejak itu gerakan untuk kembali ke Jerusalem menjadi marak dan meluas. gerakan ini
diorganisasi oleh beberapa tokoh Yahudi antara lain Dr. Theodor Herzl dan Dr. Chaim
Weizmann. Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian
disistematisasikan dalam bukunya “Der Judenstaat” (Negara Yahudi) pada tahun 1896.
Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss,
tahun 1897.

Setelah berdirinya negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948 tujuan kaum zionisme
bersinergi menjadi bentuk pembela negara ini. Dalam proklamasi tersebut bangsa yahudi
menegaskan bahwa Negara Israel adalah semata-mata “berdasarkan jasa dan kebajikan
telah diberikan oleh hak alamiah serta historis kepada bangsa Yahudi” Dalam pengertian
ini maka secara tidak langsung Palestina merupakan “negeri yang dijanjikan’ dan harus
diberikan kepada bangsa Yahudi.

Kemunculan Negara Israel disebabkan hak sosial, ekonomi, politik, Budaya dan agama
mereka. Sempat ditindas karena hidup diaspora dalam beberapa Negara. Dari sini
kemudian timbul kesadaran orang Yahudi yang hidup sengsara di berbagai wilayah Negara
lain untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami (sejak tahun 70 M dimulai dari Raja
Ferdinand yang berkuasa di Spanyol) dengan kembali ke Negara leluhur mereka, yaitu
Palestina

C. Gerakan Zionisme
Berikut ini adalah gerakan-gerakan zionisme yang dilaksanakan untuk mensukseskan
target menduduki tanah Yerusalem:

1. Kebijaksanaan politik dalam Negeri:

Rasisme Irael sebagai satu kesatuan colonial. Hal ini dilaksanakan dengan
menanamkan bagi bangsa Yahudi sendiri bahwa terdapat perbedaan kwalitatif dan
normative antara ras Yahudi dan ras lainnya.

2. Metode kebijaksanaan politik Israel: Terorisme Negara. Mengeluarkan isu-isu


mengenai terorisme di dunia Internasional.

3. Kebijaksanaan politik luar negeri Israel : Ekspansionisme.

Target utama dalam gerakan ini muncul dalam point terakhir yaitu dimana Para pendahulu
Zionis telah menempuh beberapa strategi untuk mencapai tujuan mereka atas tanah Palestina,
Yaitu : pertama, Dengan ber-imigrasinya orang-orang Yahudi dalam jumlah yang besar;
sehingga orang Palestina menjadi lebih kecil. kedua, Dengan melakukan politik terhadap
petani dan buruh Arab-Palestina caranya adalah mempersempit kesempatan kerja mereka,
maka akan menghasilkan orang Arab-Palestina ber-emigrasi (meninggalkan)
Palestina. Ketiga, adalah pengusiran secara paksa. Dengan mengembangkan konsep “men-
delegitimasi-kan masyarakat Arab-Palestina, sambil berusaha me-legitimasi-kan kehadiran
orang Yahudi”.

Usaha Zionis ini ditujukan kepada Sultan Abdul Hamid II, karena pada saat itu kesultanan
Usmaniyah memegang kuasa mutlak atas Palestina. Hal ini dilakukan oleh Theodore Herzl
yang pernah berkunjung ke Istanbul, untuk memohon hibah tanah di Palestina dari Sultan. Ia
berjanji akan memberikan imbalan berupa “bantuan keuangan untuk memulihkan kas
kesultanan yang sedang kosong melalui jasa para finansier Yahudi”.

Pada tahun 1882 Sultan Abdul Hamid II akhirnya mengeluarkan sebuah dekrit yang berbunyi,
“Sultan sepenuhnya siap untuk mengizinkan orang Yahudi berimigrasi ke wilayah
kekuasaannya (Palestina), dengan syarat mereka (orang Yahudi) menjadi hamba daulah
Utsmaniyah, tetapi baginda tidak akan mengizinkan mereka menetap di Palestina”.

Walaupun Sultan telah mengeluarkan dekrit untuk membatasi kehadiran orang-orang yahudi
dan melarang untuk menetap secara permanen. Namun segala cara dipakai agar hal ini
terlaksana. Pada akhirnya orang Yahudi mampu memonopoli perdagangan dan menjadi
ancaman bagi kepentingan bisnis Orang Arab-Palestina, yang pada gilirannya akan menjadi
ancaman politik. Finally pada akhirnya maka muncul Negara Yahudi pada tahun 1948.

BAB III

PENUTUP

A. KESIPULAN

Merujuk dalam pelbagai definisi diatas maka zionisme dapat disimpulkan sebagai suatu
gerakan Yahudi Internasional yang secara politik disertai dengan penghalalan segala
cara untuk mengembalikan kembali kejayaan bangsa Israel di tanah Palestina. Tujuan
utama gerakan zionisme Yaitu : pertama, Dengan ber-imigrasinya orang-orang Yahudi
dalam jumlah yang besar. kedua, Dengan melakukan politik terhadap petani dan buruh
Arab-Palestina dengan mempersempit kesempatan kerja mereka,. Ketiga, adalah
pengusiran secara paksa.
IDEOLOGI FASISME

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunia Nya, kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Ideologi
Fasisme”. Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Paham-Paham Sejarah.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Paham-Paham Sejarah yang telah memberikan tugas terhadap kami.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini mungkin banyak terdapat kesalahan-
kesalahan dan masih jauh dari kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan
kritikan-kritikan dari pembaca, dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan dan mudah-mudahan makalah ini juga dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Jakarta, 14 november 2021

Pe
DAFTAR ISI

JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 4

BAB II ISI DAN PEMBAHAS 5

A. Pengertian Ideologi Fasisme 5

B. Sifat sifat Ideologi Fasisme 5

C. Sejarah Fasisme dan ciri-cirinya 6

D. Kelebihan dan Kelemahan Negara

yang menganut Ideologi Fasisme 8

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia hidup dalam wilayah dan kesatuan yang berbeda beda. Kesatuan
tersebut diciptakan dalam sebuah wadah yaitu Negara. Dalam pelaksanaanya, sebagian
besar Negara memiliki dasar, keyakinan, cita-cita ataupun tujuan untuk mendirikan
sebuah Negara yang maju serta terpandang.

Masyarakat mengartikan tujuan tersebut sebagai sebuah ideologi bagi Negara. Tetapi
dengan berkembangnya pola pemikiran tokoh-tokoh besar dalam suatu Negara, ataupun
dengan kemajuan suatu Negara itu sendiri.

Setiap Ideologi memiliki cara tujuan, cara tersendiri, sehingga dapat menjalankan
Negaranya. Namun dari beberapa ideologi, masih terdapat berbagai pendapat yang pro
ataupun kontra terhadap adanya ideologi tersebut salah satu contohnya ialah Ideologi
Fasisme

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ideologi Fasisme?

2. Apa saja Sifat-Sifat dalam Ideologi Fasisme?

3. bagaimana sejarah Ideologi Fasisme terbentuk? Dan ciri-cirinya.

4. Apa saja negara yang menganut Ideologi Fasisme dan perkembangannya?


C. Tujuan

1. Serta memahami pengertian dari Ideologi Fasisme

2. Untuk memahami sifat sifat dalam Ideologi Fasisme

3. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Ideologi Fasisme,dan ciri-cirinya

4. Serta mengetahui negara mana saja yang menganut Ideologi Fasisme


BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDEOLOGI FASISME

Fasisme (/ fæʃɪzəm /) adalah, gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis
berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk
sistem politik dan ekonomi. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang
kuat, identitas kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan
bertempur untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi
terhadap negara.

Berdasarkan dasar teori sebelumnya telah diketahui arti dari Ideologi dan Fasisme. Sehingga
dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa Ideologi Fasisme merupakan sebuah
paham politik yang menjunjung kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Ada pula yang
mengartikan bahwa ideologi Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa
sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat
fanatik dan juga otoriter sangat terlihat.

B. SIFAT-SIFAT IDEOLOGI FASISME

1. Rasisme

Rasisme diartikan sebagai paham yang menerapkan penggolongan atau pembedaan ciri-ciri
fisik ( seperti warna kulit ) dalam masyarakat. Rasisme juga bisa diartikan sebagai paham
diskriminasi suku, agama, ras, golongan ataupun ciri-ciri fisik umum untuk tujuan tertentu.

2. Militerisme
Militerisme adalah suatu pemerintahan yang didasarkan pada jaminan keamanannya
terletak pada kekuatan militernya dan mengklaim bahwa perkembangan dan pemeliharaan
militernya untuk menjamin kemampuan itu adalah tujuan terpenting dari masyarakat.Sistem
ini memberikan kedudukan yang lebih utama kepada pertimbangan-pertimbangan militer
dalam kebijakannya daripada kekuatan-kekuatan politik lainnya. Mereka yang terlibat dalam
dinas militer pun mendapatkan perlakuan-perlakuan istimewa.

3. Ultra Nasionalis

Ultra Nasionalis ialah suatu sikap membanggakan suatu Negara (negaranya sendiri) secara
berlebihan sehingga sangat merendahkan Negara yang lainnya.Sehingga mudah sekali
memancing pertengkaran/peperangan.

4. Imperialisme

Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya (hak memerintah). "Menguasai"
disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan
kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan.

Empat sifat ideologi fasisme tersebut mengakibatkan ideologi fasisme ini dapat manghambat
Multikulturalisme yaitu pandangan seseorang terhadap ragam kehidupan seperti kubudayaan,
agama, ras.

C. SEJARAH IDEOLOGI FASISME

Dikutip dari buku "Fasisme" oleh Kevin Passmore, berikut ini sejarah tentang fasisme.

-Tahun 1919

Istilah 'fasis' pertama kali digunakan oleh Mussolini pada tahun 1919 dalam sebuah gerakan
politik yang mengkombinasikan ultranasionalisme (paham nasionalisme yang berlebihan) dan
permusuhan dengan paham kiri maupun dengan konservatisme yang saat itu berkuasa. Tiga
tahun kemudian, Mussolini memegang kekuasaan sebagai pemimpin koalisi yang didukung
oleh kalangan konservatif.

- Tahun 1926

Pada tahun 1926 Mussolini mulai membangun secara penuh kediktatorannya. Pada saat itu
juga, fasisme adalah paham yang dipuja secara luas oleh sebagian besar tokoh politik dan
sastra yang terkemuka di luar Italia, yang tidak semuanya mendukung kelompok kanan.

- Tahun 1939

Mulai periode tahun 1939, penaklukan sebagian besar wilayah Eropa oleh Nazi membuat
orang-orang fasis dengan cepat menduduki kursi pemerintahan di negara-negara di mana
mereka selalu menjadi oposisi, khususnya di Kroasia dan Rumani .

Adapun ciri-ciri Ideologi Fasisme, diantaranya:

1. Tidak percaya pada kemampuan nalar

Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatik adalah sesuatu yang sudah pasti
benar dan tidak boleh lagi didiskusikan.

2. Pengingkaran derajat kemanusiaan

Bagi fasisme, manusia tidaklah sama karena ketidaksamaan itu yang justru bisa mendorong
munculnya idealisme mereka.

3. Kode perilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan

Bagi fasisme, jika ada pertentangan dengan kehendak negara, maka penentang adalah musuh
yang harus dimusnahkan.
4. Pemerintahan oleh kelompok elit

Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu
keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika terdapat pertentangan pendapat maka yang ber

5.Totaliterisme

Untuk mencapai tujuannya, fasisme adalah total atau menyeluruh dalam menyingkirkan
sesuatu yang dianggap "Kaum Pinggiran". Hal ini dialami kaum wanita di mana mereka
hanya ditempatkan di wilayah 3 K yakni kinder (anak-anak), kuche (dapur), dan
kirche(gereja).

6. Rasialisme dan imperialisme

menurut doktrin fasis, dalam suatu negara, kaum elit lebih yang lebih unggul dari dukungan masa
dapat memaksakan kekeran kepada rakyatnya.

7. Berani menantang hukum dan ketertiban Internasional

Jika konsensus Internasional diciptakan agar tercipta pola hubungan antar negara yang sejajar dan
damai, maka hal itu berbanding terbalik dengan prinsip fasis yang menolak adanya persamaan.

D. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN YANG MENGANUT IDEOLOGI FASISME

Keunggulan Ideologi Fasisme antara lain:

1. Memiliki rasa kesatuan nasional.

Sisi baik yang menonjol dari Ideologi fasisme ini adalah menguatkan kesatuan dan
kesetiakawanan nasional. Karena dalam Ideoligi ini memiliki sifat ultra Nasionalis sehingga rasa serta
tingkat persatuannya sangat tinggi.
2. Memiliki tingkat pengawasan dan kedisiplinan yang tinggi.

Dalam pelaksanaannya, Ideologi fasisme ini memiliki sistem pengawasan yang begitu ketan dan
mereka menindas hal yang tidak displin dan ketidak tepat gunaan. Ideologi Fasisme juga menentukan
semua keinginan badan administrasi dan merangkup segala bidang populasi.

3. Dapat mengambil keputusan pemerintahan yang ccepat

Ideologi Fasisme sangat mudah dan cepat dalam menangani suatu kendala ataupun dalam
pengambilan keputusan, terutama keadaan darurat daripada

Ideologi ini bisa dengan segera mengerahkan seluruh bangsa dalam waktu singkat, bahkan mereka
bergerak secara langsung melaksanakan perintah.

Sedangkan kelemahan dari ideology fasisme ini adalah berhadapan dengan tekanan dan kekerasan,
sehingga membuat rakyat menjadi gemetar ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang
memimpin sistem semacam itu di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan
kekerasan menjadi hukum—mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia
dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan isi dan pembahasan, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan
diantaranya:

1) Ideologi Fasisme adalah suatu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang
rendbangsa lain.

2) Keunggulan ideologi fasisme antara lain: memiliki rasa kesatuan nasional, memiliki tingkat
pengawasan dan kedisiplinan yang tinggi, dapat mengambil keputusan pemerintahan yang cepat,
pemerintahan dipegang oleh orang yang ahli. Sedangkan kelemahan dari ideology fasisme ini adalah
berhadapan dengan tekanan dan kekerasan, sehingga membuat rakyat menjadi gemetar ketakutan

GANDHIISME

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“SEJARAH

Oleh :

Ahmad Fikri Aryanto

Dosen Pembimbing :

Dr. Rahayu Permana M.Hu

Jurusan S1 Sejarah
Fakultas Sejarah

Universitas Indraprasta

2021

Pendahuluan

Pergerakan nasional dilatarbelakangi oleh faktor-faktor internal, yakni munculnya kaum


terdidik yang kemudian menjadi pemimpin pergerakan nasional. Hal itu muncul akibat adanya ‘efek
tak terduga’ (bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda) dari penerapan Politik Etis, terutama di
bidang pendidikan.

Politik Etis yang dicetuskan oleh Van Deventer dilatarbelakangi oleh keterpurukan
masyarakat Jawa yang menjadi tanah jajahan Negeri Belanda dalam bidang ekonomi, pendidikan juga
kemerosotan kesejahteraan pada akibat adanya eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara besar-besaran. Berbagai keterpurukan tersebut memicu keprihatinan, di antaranya dari
penganut paham liberal dalam pemerintahan Belanda. Keprihatinan itu pun sejalan dengan semangat
kaum Kristiani ketika Ratu Wilhelmina berkata tentang suatu “kewajiban yang luhur dan tanggung
jawab moral untuk rakyat di Hindia Belanda” pada September 1901. A.W.F. Idenburg ditunjuk
sebagai orang yang menjalankan kebijakan yang baru itu.

Penjajahan dan penindasan yang mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan pun


menimbulkan kesadaran dan tekad rakyat yang terjajah di Hindia Belanda untuk bergerak melawan
penjajahan.

Selain itu, adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya dan
Majapahit juga membangkitkan kesadaran bahwa sebagai suatu bangsa, rakyat Hindia Belanda
(Indonesia) pun bisa berjaya selayaknya dua kerajaan besar tersebut.

Adapun faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi pergerakan nasional, yaitu:

1. Adanya All Indian National Congress (1885) dan Gandhiisme di India.


2. Adanya Gerakan Turki Muda (1908) di Turki.

3. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905), yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-
bangsa Asia untuk melawan bangsa–bangsa Barat.

4. Nasionalisme di Cina yang dipimpin oleh dr. Sun Yat Sen (1912)

5. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti:
liberalisme, demokrasi, nasionalisme; yang kesemuanya mempercepat lahirnya nasionalisme
Indonesia.

Dalam makalah ini, akan dijelaskan terkait salah satu organisasi awal pergerakan nasional
yakni Indische Partij (Partai Hindia), dari awal kemunculannya, tujuan berdirinya, peranannya dalam
pergerakan nasional, sampai kemundurannya.

Awal Munculnya Indische Partij

Dalam perkembangan sejarah pergerakan nasional awal pertumbuhannya lahir konsepsi yang
bercorak politik dan program nasional yang meliputi nasionalisme modern. Organisasi tersebut adalah
Indische Partij. Organisasi ini ingin menggantikan De Indische Bond sebagai organisasi kaum Indo
dan Eropa di Indonesia yang didirikan tahun 1898.

Perumus gagasan itu adalah Ernest François Eugène Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi),
yang melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda
totok dan kaum Indo. Douwes Dekker meluaskan pandangannya terhadap masyarakat Indonesia
umumnya daripada hanya membatasi pandangan dan kepentingan golongan kecil masyarakat Indo,
yang masih tetap hidup dalam situasi kolonial. Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintah
kolonial, tetapi terletak di dalam bentuk kerja sama dengan penduduk Indonesia lainnya.

Untuk persiapan pendirian Indische Partij, E. F. E. Douwes Dekker mengadakan perjalanan


propaganda di Pulau Jawa yang dimulai pada tanggal 15 September sampai 3 Oktober 1912. Di dalam
perjalanan inilah ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo di Surabaya yang langsung
mengadakan pertukaran mengenai soal-soal yang bertalian dengan pembinaan partai yang bercorak
nasional. Di Bandung, ia mendapat dukungan dari Suwardi Suryaningrat. E. F. E. Douwes Dekker,
Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat inilah yang merupakan “Tiga Serangkai” pendiri
Indische Partij, yang resmi didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.

Melalui karangan-karangan di dalam majalah De Express, Dekker melakukan propaganda


yang berisi:

(1) pelaksanaan suatu program “Hindia” untuk setiap gerakan politik yang sehat dengan tujuan
penghapusan perhubungan kolonial; dan

(2) menyadarkan golongan Indo dan penduduk bumiputra, bahwa masa depan mereka terancam
oleh bahaya yang sama, yaitu bahaya eksploitasi kolonial.

Selanjutnya disarankan bahwa alat untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap


pemerintahan kolonial adalah dengan mendirikan organisasi yang dapat menampung segala lapisan
masyarakat lepas dari batas-batas yang sempit.

Redaktur-redaktur surat kabar di Jawa juga mendukung berdirinya Indische Partij. Indische
Partij yang bersifat keras dan langsung bergerak dalam bidang politik pun didukung oleh mereka
yang merasa tidak puas dengan langkah-langkah yang telah diambil organisasi sebelumnya yang
bersifat sangat hati-hati seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam.

Tujuan Berdirinya Indische Partij

“Tujuan Indische Partij ialah untuk membangunkan patriotisme semua Indiers terhadap
kepada tanah air, yang telah memberi lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat
dorongan untuk bekerja sama atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air
“Hindia” dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.” (Sartono Kartodirdjo, 1975:
191)

Adapun usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu sesuai dengan bunyi pasal-pasal dalam
anggaran dasar Indische Partij adalah sebagai berikut :

1. Memelihara Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua


bangsa Hindia, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah kebudayaan Hindia, menyatupadukan
intelek secara bertahap kedalam golongan-golongan bangsa yang masih hidup bersama dalam keadaan
terpisah karena ras dan ras peralihan masing-masing, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan
terhadap diri sendiri.

2. Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam bidang ke tatanegaraan
maupun dalam bidang kemasyarakatan, melawan usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan
sektarisme yang bisa mengakibatkan bangsa Hindia tidak mengenal satu sama lain, dan memajukan
kerjasama nasional.

3. Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus menerima dari individu ke
arah aktivitas yang lebih besar dalam bidang teknik dan ke arah penguasaan diri serta pola berpikir
dalam bidang kesusilaan.

4. Penghapusan ketidaksamaan hak kaum Hindia.

5. Memperkuat daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan
asing, apabila perlu.

6. Mengusahakan unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi pengajaran, yang di dalam


semua hal harus ditujukan kepada kepentingan ekonomis Hindia, di mana tidak diperbolehkan adanya
perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat setinggi-tingginya
yang bisa dicapai.

7. Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.

8. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat yang lemah
ekonominya.

9. Semua usaha-usaha lain yang sah dan dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Peranan Indische Partji dalam Pergerakan Nasional


Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat
Islam. Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan
demikian Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.

Secara politik, sikap menerima saja segala sesuatunya dengan senang hati adalah sesuatu yang
salah. Karena ia akan membawa kita kepada hidup diperbawah. Di dalam perjuangan politik
hendaklah kita dengan gigih memegang teguh apa yang telah kita peroleh, sambil mengulurkan
tangan untuk merebut hak kita yang belum dimiliki.

Semboyan “Indie untuk Indiers” berusaha membangunkan rasa cinta tanah air dari semua
“Indier”, berusaha mewujudkan kerja bersama yang erat untuk kemajuan tanah air dan menyiapkan
kemerdekaan.

Sifat keberanian organisasi ini sangat menonjol, yaitu melalui tulisan-tulisan beberapa tokoh
pelopornya yang dimuat dalam berbagai majalah. Suwardi Suryaningrat menulis dalam harian De
Express dengan judul Als ik eens Nederlander was (Andaikata saya seorang Belanda). Tulisan ini
sebenarnya ditujukan untuk menyindir pemerintah Hindia Belanda, yang pada waktu itu akan
mengadakan peringatan 100 tahun pembebasan negeri Belanda dari penjajahan Perancis. Dalam
peringatan tersebut diperlukan biaya yang dipungut dari penduduk Hindia Belanda. Yang berarti
penduduk di negeri jajahan, diajak untuk berfoya-foya dalam peringatan bangsa yang menjajah itu
untuk kepentingan dirinya.

Hal tersebut memang sangat mengherankan dan dinilai tidak pada tempatnya. Oleh karena itu,
Suwardi Suryaningrat mengadakan protes secara halus melalui tulisannya itu. Dalam tulisannya
tersebut juga dikatakan sebagai berikut.

“Jika sekiranya penulis seorang Belanda, maka ia akan mengusulkan kepada pemerintah Hindia
Belanda agar tidak merayakan hari pembebasan itu di Hindia Belanda.” (Ruben Nalenan, 1974: 86)

Kalimat tersebut mengandung maksud, bahwa sebenarnya pemerintah Hindia Belanda “harus
malu” mengajak bangsa yang terjajah untuk peringatan negeri si penjajah. Namun disadari atau tidak,
bahwa pihak pemerintah Hindia Belanda juga membuka mata rakyat Hindia Belanda tentang
pentingnya “kemerdekaan dan kebebasan suatu bangsa”. Oleh karena itu, tulisan tersebut segera
ditarik dari peredaran, agar tidak dapat terbaca oleh masyarakat luas.
Dengan tulisannya tersebut, maka Suwardi Suryaningrat ditangkap. Berhubung Suwardi
termasuk salah satu pendiri Indische Partij, maka dr. Cipto Mangunkusumo berusaha membelanya.
Tulisan dr. Cipto tersebut dimuat dalam majalah Indische Partij yang bernama Het Tijdschrift dan
hariannya bernama De Express. Adapun judul tulisan tersebut berbunyi (dalam bahasa Indonesia)
“Kekuatan atau Ketakutan”. Setelah tulisan dr. Cipto Mangunkusumo tersebut beredar di majalah dan
juga harian itu, maka tidak lama kemudian dr. Cipto juga ditangkap. Dengan demikian di antara
pendiri Indische Partij, tinggal satu lagi yang belum ditangkap, yaitu E. F. E. Douwes Dekker.

Karena Indische Partij bergerak langsung terjun dalam bidang politik, tidak mustahil apabila
tokoh-tokohnya mendapat pengawasan secara ketat pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pergerakan
dalam bidang politik pada saat itu memang masih sangat berbahaya. Organisasi yang tampak bergerak
dalam bidang politik, sudah pasti mendapat tuduhan pemerintah kolonial Belanda bahwa organisasi
tersebut akan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.

Penolakan atas pengakuan Indische Partij sebagai badan hukum oleh Gubernur Jenderal
dialami Indische Partij pada saat mengajukan permohonan tanggal 4 Maret 1913. Alasan
penolakannya karena organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam hendak merusak keamanan
umum.

Walaupun sudah jelas kegiatan Indische Partij mendapat pengawasan secara ketat, E. F. E.
Douwes Dekker tetap meneruskan perjuangannya. Dia berusaha menghadap kepada

Gubernur Jenderal dengan tujuan, ingin menjelaskan dan bersedia mengubah pasal-pasal dari
anggaran dasar Indische Partij, apabila dianggap membahayakan pemerintah. Akan tetapi usaha E. F.
E. Douwes Dekker ini sia-sia saja, karena pada tanggal 11 Maret 1913 pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan peringatan kepada Indische Partij dan organisasi ini dinyatakan sebagai partai
terlarang.

Pergerakan Indische Partij, setelah Suwardi Suryaningrat dan dr. Cipto ditangkap, maka
Douwes Dekker terus mengadakan pembelaannya. Di dalam majalah dan harian Indische Partij, E. F.
E. Douwes Dekker menulis pembelaan itu dengan judul (bahasa Indonesia) “Pahlawan kita Suwardi
Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo”.

Setelah tulisan tersebut diketahui oleh pihak pemerintah kolonial Belanda, maka E. F. E.
Douwes Dekker ditangkap oleh pemerintah. Dengan demikian, ketiga tokoh Indische Partij, semuanya
telah ditangkap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913. Jadi, umur Indische Partij sangat
singkat, kurang lebih hanya satu tahun saja.

Sebenarnya ketiga pemimpin Indische Partij tersebut ditawari dibuang di dalam negeri saja,
yakni:

Douwes Dekker ke Timor (Kupang),

Cipto Mangunkusumo ke Banda, dan

Suwardi Suryaningrat ke Bangka.

Namun, atas permintaan mereka, ketiganya memilih dibuang ke luar negeri saja, yakni ke
Belanda. Dengan pertimbangan, kalau dibuang di dalam negeri diperlakukan hukum kolonial (kejam),
kalau dibuang ke luar negeri diperlakukan hukum internasional. Sifat hukum internasional adalah
liberal dan demokrasi, sehingga masih dapat untuk mempelajari masalah-masalah perjuangan di
negara-negara lain.

Kemunduran Indische Partij

Sepeninggalnya “Tiga Serangkai” ke Belanda, keadaan organisasi Indische Partij semakin


lama semakin mundur. Mundurnya Indische Partij bukan karena ditinggalkan oleh ketiga tokoh
tersebut, melainkan karena adanya larangan dari pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, hampir
setiap langkah-geraknya tertutup, walaupun penerusnya berusaha mengubah nama organisasi, yaitu
menjadi “Partai Insulinde”. Perkumpulan ini terdiri dari sebagian besar anggota Indische Partij (di
Semarang saja ada 1.000 orang) dan lama-kelamaan duduk dalam pimpinan, akibatnya perkumpulan
ini kemudian menjadi suatu partai yang menuju kemerdekaan.

Namun, pihak pemerintah tetap curiga terhadap organisasi yang baru ini. Dari program
partainya masih tampak sebagai penerus Indische Partij yang telah dilarang itu. Antara lain
menyebutkan sebagai berikut.

“Mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan bangsa.” (Sartono
Kartodirdjo, 1975: 193 dalam Sudiyo, 2004: 40)
Kemunduran Indische Partij juga disebabkan oleh pengaruh Sarekat Islam yang semakin kuat
di masyarakat, maka banyak para penerus Indische Partij yang mengikuti jejak SI. Dengan demikian,
Indische Partij semakin lemah dan mati dengan sendirinya. Walaupun sebenarnya Douwes Dekker
sekembalinya dari negeri Belanda pada tahun 1918, masih berusaha menghidupkan kembali Indische
Partij, namun usahanya sia-sia. Usaha Douwes Dekker itu antara lain dengan mengubah nama
Indische Partij menjadi National Indische Partij (NIP) pada tahun 1919. Berhubung sudah dicatat
pemerintah sebagai organisasi berbahaya, maka dalam bentuk apapun Indische Partij tetap dilarang.

Penutup

Dengan berdirinya Indische Partij, ‘ruh’ awal bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia pun
telah muncul. Partai yang bercita-cita memperjuangkan kesetaraan hak bagi seluruh ras di Hindia
Belanda ini disambut gegap gempita di tengah kekecewaan sebagian kalangan terhadap sikap elite
Boedi Oetomo .

Di usianya yang singkat (1912-1913) karena dipaksa bubar oleh Belanda, Indische Partij
berhasil menyuburkan semangat, juga harapan akan upaya pembangkitan menuju kebebasan dari
penjajahan. Organisasi politik ini meniupkan napas panjang bagi aksi-aksi pergerakan setelah itu.

Lagi pula tidak boleh dilupakan bahwa asas-asas yang dipropagandakan oleh Indische Partij,
seperti “Indische nationalism”, aksi mencapai kemerdekaan kelak, dan lain-lain adalah suara-suara
yang dengan sendirinya terus mudah ditangkap dan tertanam di tanah jajahan, dan terang besarlah
pengaruhnya dalam golongan-golongan terjajah.

Daftar Pustaka

Niel, Robert Van. 2009. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya

Poesponegoro, dkk. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka

Pringgodigdo, A. K. 1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Sudiyo. 1989. Perhimpunan Indonesia Sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda. Jakarta: Bina
Aksara
Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka
Cipta

Utomo, Cahyo Budi. 1975. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Semarang: IKIP Semarang
Press

http://hikmat.web.id/sejarah-kelas-xi/latar-belakang-lahirnya-pergerakan-nasional-indonesia>, diakses
23-2-2014 pukul 20.25 WIB

<http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Willem_Frederik_Idenburg>, diakses 23-02-2014 pukul


19.11 WIB

<http://www.tempo.co/read/news/2012/08/17/078424160/Arti-Penting-Indische-Partij-untuk-
Revolusi-Indonesia>, diakses 8-2-2014 pukul 11.11 WIB
DAFTAR PUSTAKA
Hermawati, “Sejarah Agama & Bangsa Yahudi”, RajaGrafindo Persada,
Jakarta : 2005,

R. Garaudy, “Zionis Sebuah Gerakan Keagamaan Dan Politik”, Gema Insani


Press, Jakarta:1995.Wikipedia offline,

[1] Hermawati, “Sejarah Agama & Bangsa Yahudi”, RajaGrafindo


Persada,Jakarta : 2005, hlm. 84

[2] Ibid hlm. 86

[3] R. Garaudy“zionis sebuah gerakan keagamaan dan politik”, Gema Insani


Press, Jakarta:1995.hlm.67

[4] Hermawati, “Sejarah Agama & Bangsa Yahudi”, RajaGrafindo


Persada,Jakarta : 2005, hlm. 87.

Anda mungkin juga menyukai