PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran sejarah mempunyai arti penting dalam pembentukan
kepribadian individu/masyarakat dan kepribadian ini akan menciptakan sebuah
identitas dari individu atau masyarakat tersebut. Hal ini tentunya tidak akan
terlepas dari akarnya yaitu, sejarah. Proses pembentukan kesadaran sejarah ini
menunjukkan ada hubungan antara sejarah dan pendidikan. Sejarah tidak akan
berfungsi bagi proses pendidikan yang menjurus ke arah pertumbuhan dan
pengembangan karakter bangsa, apabila nilai-nilai sejarah tersebut belum
terwujud dalam pola-pola perilaku yang nyata.
Kesadaran sejarah merupakan kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat
penghayatan pada makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang
akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam
proses pendidikan. Sementara itu, Soedjatmoko dalam bukunya Aman (2011:32-
33), menjabarkan kesadaran sejarah sebagai:
“...suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu memahami
secara tepat faham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini menuntuun
manusia pada pengertian mengenal diri sendiri sebagai bangsa, kepada self
understanding of nation, kepada peran suatu bangsa, kepada persoalan
what we are, what we are what we are,...”
1
2
dengan baik agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Komponen-komponen pembelajaran harus saling mendukung dan melengkapi
untuk menghasilkan suatu proses pembelajaran yang bermakna dan mudah
dipahami oleh siswa.
Pendidikan, yang berorientasi pada pengetahuan yang ditanamkannya,
kapasitas berpikir yang dikembangkannya, dan berbagai kegiatan praktis yang
dijalankannya, dapat menjadi instrumen yang potensial untuk membentuk
kepribadian masyarakat melalui kesadaran sejarah yang ditanamkan di lingkungan
sekolah. Sejarah selain memberi pengetahuan faktual juga membangkitkan
perasaan sejarah (historical sense). Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan zaman, yang berdampak pada kehidupan manusia, maka
perlu dilakukan terobosan-terobosan baru di dalam mengatasi permasalahan
pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuan itu diwujudkan dalam bentuk
kompetensi yang utuh pada diri peserta didik, tidak hanya kompetensi akademik,
tetapi juga kompetensi sosial, dan kepribadian serta religius (Aman, 2011:3).
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari kemampuan sekolah dalam
mengelola proses pembelajaran dan lebih khusus lagi adalah peranan guru sebagai
pendidik, hal ini terlihat dari kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam proses
pembelajaran. Pendidikan dapat berhasil apabila terdapat peranan guru profesional
sebagai tenaga pendidik. Pembelajaran dapat dilakukan secara efektif oleh guru
apabila dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat terkait dengan iklim belajar
di kelas, strategi dan manajemen pendidikan untuk menghadapi dan menangani
siswa, pemberian umpan balik dan penguatan serta peningkatan diri yang meliputi
kemampuan dalam menerapkan kurikulum, mengembangkan metode pengajaran
yang relevan dan memanfaatkan media.
Sistem Kolonial serta pendidikannya menyebabkan keterasingan terhadap
kebudayaan serta sejarahnya dan dengan demikian akan menimbulkan kehilangan
identitas bangsa. Kesadaran sejarah merupakan hal yang penting untuk
3
menemukan kembali identitas bangsa. Sekolah adalah sarana yang tepat untuk
membangkitkan kesadaran sejarah karena dalam pembelajaran yang diadakan di
sekolah lebih terstruktur.
Untuk itu, pembinaan identitas, kepribadian serta kesejatian diri bangsa
harus bersumber pada kesadaran sejarah sebagai bangsa, ialah memahami
bangsanya sendiri. Pembinaan kesadaran sejarah bermakna pula bagi
pemberdayaan bangsa. Suatu kesalahan yang terbesar adalah tidak mau belajar
dari sejarah. Pembangunan bangsa dan watak bangsa selama ini tidak pernah
mendasarkan diri pada wawasan sejarah sebagai fondamen (Daliman, 2012:x).
Mata pelajaran sejarah adalah salah satu diantara sejumlah pelajaran yang
dipelajari mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai tingkat SMA (Sekolah
Menengah Atas) yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa.
Dalam konsep pembelajaran sejarah, tujuan-tujuan itu lebih terwujud secara
spesifik seperti kesadaran sejarah, nasionalisme, patriotism, wawasan humaniora
disamping kecakapan akademik yang sampai sekarang belum disosialisasikan
secara intensif sehingga substansi utama dari kurikulum tersebut kurang mencapai
sasaran (Aman, 2011:3). Untuk mewujudkan itu semua adalah mutlak diperlukan
usaha peningkatan kualitas pembelajaran sejarah khususnya dan pendidikan
nasional pada umumnya.
Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan
bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan di sepanjang waktu,
sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah berguna secara
intrinsik dan ekstrinsik. Fungsi sejarah secara intrinsik adalah sebagai sumber
pengetahuan. Sejarah (sebagai kisah) merupakan media untuk mengetahui masa
lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting dengan berbagai
pemasalahannya (Kuntowijoyo, 1995: 19).
Guna ekstrinsik secara umum adalah sebagai fungsi pendidikan, yaitu
sebagai pendidikan: moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan,
keindahan, dan ilmu bantu (Kuntowijoyo, 1995: 24). Fungsi sejarah yang penting
untuk dipahami adalah fungsi pendidikan (edukatif), diantaranya pendidikan
moral dan kebijakan dan/kebijaksanaan. Sejarah syarat dengan pendidikan moral,
4
karena sejarah mengungkap peristiwa yang pada dasarnya memuat dua sifat,
antara lain: baik dan buruk, benar dan salah, berhak dan tidak berhak, cinta dan
benci. Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat
menunjukkan adanya kebijakan atau kebijaksanaan. Kebijakan/kebijaksanaan di
masa lampau itu mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi
kehidupan di masa kini. Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.
Sejarah juga bertujuan membentuk watak dan karakter manusia Indonesia
yang memilki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Hal ini dapat dilihat dari tujuan
pembelajaran sejarah yang tercantum dalam BNSP (2006:1) yaitu:
“1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan
masa depan, 2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta
sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
metodologi keilmuan, 3) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta
didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa
Indonesia di masa lampau, 4) menumbuhkan pemahaman peserta didik
terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang
panjang dan masih berproses hingga kini dan masa yang akan datang, 5)
menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memilki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional
maupun internasional.”
dan santun dengan peserta didik. Serta terdapat di dalam Permendiknas No. 16
Tahun 2007 tentang standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
dinyatakan bahwa guru harus memiliki kemampuan menggunakan media
pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
Media adalah perantara atau pengantar pesan. Gagne menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar. Sementara itu, Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian
yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audivisual serta peralatannya. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi (Sadjiman dkk, 2012: 6).
Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam
pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu pendidik dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar. Brown
mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat memperngaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Sementara
itu, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media pembelajaran adalah:
tujuan pembelajaran, karakteristik sasaran, jenis rangsangan belajar yang ingin
diinginkan, keadaan lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang
ingin dilayani (Suryani dan Leo Agung, 2012: 136-137).
Warisan budaya masa lampau di suatu daerah memiliki berbagai manfaat,
antara lain: menggali jati diri dan kepribadian daerah; membangun solidaritas
sosial; memberikan informasi tentang kejadian-kejadian’ peristiwa-peristiwa, asal
usul suatu daerah sehingga dapat membangkitkan semangat untuk berkreasi
mengembangkan; serta mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tersebut.
Namun, peninggalan sejarah ini belum digali secara optimal oleh berbagai
komponen pendidikan terutama guru.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan agar hasil
penelitian ini lebih terfokus, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran sejarah di SMK Taruna
Bangsa Ciamis yang berlangsung selama ini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui media yang digunakan dalam pembelajaran sejarah di SMK Taruna
Bangsa Ciamis yang berlangsung selama ini
2. Mengetahui prosedur pengembangan media audio visual situs sejarah Kerajaan
Galuh dalam pembelajaran sejarah di SMK Taruna Bangsa Ciamis.
3. Mengetahui efektivitasan pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual situs sejarah Kerajaan Galuh.
10
D. Manfaat Penelitian
Produk utama penelitian ini adalah media audio visual situs sejarah
Kerajaan Galuh untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa di SMK Taruna
Bangsa Ciamis. Manfaat dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis
adalah:
1. Manfaat Teoretis: memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu
kependidikan pada umumnya dan bagi pendidikan Sejarah khususnya, sebagai
referensi pengembangan media pembelajaran sejarah.
2. Manfaat Praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada proses belajar mengajar sejarah:
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
rangka penyusunan silabus
b. Bagi siswa, untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejarah
daerahnya, dan melatih daya kritis peserta didik untuk memahami
fakta sejarah yang terjadi dilingkungan sekitar mereka secara benar,
sehingga dapat meningkatkan prestasi sejarah serta kesadaran sejarah.
c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang dikaitkan dengan kebutuhan
daerah.
11