Anda di halaman 1dari 1

Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No.

3 : 425-430 Tjok Gde Oka Pemayun et al Jurnal Veteriner


ISSN : 1411 - 8327

Waktu Inseminasi Buatan yang Tepat pada Sapi Bali PENDAHULUAN hewan betina (Graham dan Christine,1997).
Pada siklus estrus yaitu pada fase luteal, hormon
dan Kadar Progesteron pada Sapi Bunting Inseminasi buatan (IB) pada ternak sapi progesteron menghambat sekresi hormon
telah menjadi suatu pilihan sebagai solusi untuk gonadotropin yaitu folicle stimulating hormone
(THE OPTIMUM TIME FOR ARTIFICIAL INSEMINATION IN BALI CATTLE peningkatan angka kebuntingan dalam upaya (FSH) dan luteinizing hormone pada kelenjar
AND THE PROGESTERONE LEVEL IN PREGNANT COW) meningkatkan populasi ternak. Namun, hipofisis anterior. Hambatan tersebut
penyebab rendahnya angka kelahiran sapi bali menyebabkan folikel pada ovarium tidak
Tjok Gde Oka Pemayun, sampai saat ini belum terjawab. Menurut Nitis berkembang dan hormon estrogen tidak
I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana, Made Kota Budiasa dan Pemayun (2000), rendahnya angka dihasilkan, sehingga hewan tidak menunjukkan
kelahiran pada sapi bali disebabkan oleh gejala estrus (McDonald, 2000; Hafez, 2000).
Laboratorium Reproduksi Veteriner, rendahnya keberhasilan IB yaitu 25,33%. Secara fisiologi, hormon progesteron
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Mereka juga mengemukakan bahwa angka berfungsi memelihara kebuntingan pada semua
Jln. Sudirman, Denpasar, Bali 80232. kelahiran yang rendah karena tingginya spesies dengan memacu pertumbuhan uterus
Telpon (0361) 223791 Email: tjokormas@yahoo.co.id kejadian birahi tenang (silent heat) dan kasus dan menekan kontraksi miometrium (Al-
tidak birahi pascapartus (anestrus postpartum) Asmakh, 2007). Hormon progesteron sudah
dengan rataan 4,11 bulan, panjangnya jarak secara luas digunakan untuk memonitor
ABSTRAK kelahiran (calving interval) dengan rataan 14,83 aktivitas ovarium pascalahir, mendiagnosis
bulan, sedangkan menurut Inchaisri at al., kebuntingan awal pada sapi (Osman et al., 2012)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat melakukan inseminasi buatan (IB) dan (2011), keberhasilan IB sangat tergantung pada dan pada kerbau (Samad et al., 2004).
kadar progesteron pada sapi bali bunting. Rancangan yang digunakan untuk menentukan saat IB terbaik
waktu inseminasi. Deteksi kebuntingan dini setelah IB sangat
adalah rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok
I, sapi di IB 0 jam (saat estrus), kelompok II, sapi di IB 12 jam setelah estrus dan kelompok III, sapi di IB Banyak studi telah melaporkan bahwa penting untuk dapat mengetahui kinerja
24 jam setelah estrus, dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Pengamatan estrus angka kebuntingan terbaik diperoleh apabila IB reproduksi yang baik pada sapi. Berbagai metode
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi hari (jam 6.00-8.00 wita) dan sore hari (jam 16.00-18.00 wita) yang dilakukan pada waktu pertengahan estrus telah digunakan untuk mendeteksi kebuntingan
ditandai dengan keluarnya leleran transfaran dari vagina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hingga akhir estrus. Pada sapi yang pada sapi yaitu palpasi rektal, transrectal
persentase kebuntingan tertinggi pada sapi bali dengan waktu IB 24 jam setelah estrus (100%), namun menunjukkan estrus pagi hari dilakukan IB pada ultrasonografi dan pengukuran kadar
secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05) dengan yang di IB 12 jam (75%) sore hari berikutnya dan sebaliknya, sapi yang progesteron. Palpasi rektal sudah secara rutin
setelah estrus, sedangkan sapi yang di IB saat estrus, tidak ada yang bunting (0%). Kadar progesteron menunjukkan estrus sore hari, dilakukan IB digunakan untuk menentukan status
pada sapi bali bunting meningkat sejalan dengan umur kebuntingan yaitu 15,43±0,50 ng/mL pada umur pagi hari berikutnya (Vishwanath et al., 2004). kebuntingan pada sapi (Broaddus dan Albert,
kebuntingan 30 hari, 17,16±0,34 ng/mL pada umur kebuntingan 60 hari dan 20,78±0,59 ng/mL pada
Namun, metode ini belum memberikan hasil 2005), namun metode ini kurang akurat kalau
umur kebuntingan 90 hari. Simpulan bahwa waktu IB terbaik adalah 24 jam setelah estrus dan kadar
progesteron meningkat pada sapi bali sejalan dengan umur kebuntingan. yang optimal di lapangan. dibandingkan dengan pengukuran kadar
Penentuan estrus pada sapi merupakan hal progesteron untuk mendiagnosis kebuntingan
Kata-kata kunci; inseminasi buatan, progesteron, diagnosa kebuntingan, sapi bali yang sangat penting untuk diketahui dalam awal pada sapi (David et al., 1991). Penggunaan
pelaksanaan IB. Tanda-tanda estrus pada sapi metode transrectal ultrasonografi juga
ditandai dengan adanya kegelisahan, dilaporkan bahwa akurasi diagnosis sangat
ABSTRACT kebengkakan dan kemerahan pada vulva, rendah pada umur kebuntingan kurang dari 33
produksi susu menurun, keluarnya cairan atau hari ( Badtram et al., 1991; Romano et al., 2006).
This study aims were to determine the proper time for insemination and the progesterone level of lendir jernih tembus pandang dari vulva (Hafez Diagnosis kebuntingan dengan mengukur kadar
pregnant Bali cattle. Complete randomized design method was used in this study. The study consisted of dan Hafez, 2000; McDonald, 2000). Lama estrus progesteron adalah metode yang terbaik untuk
three treatment groups i.e. Group I, animals were inseminated at 0 hour (on estrus), group II, inseminated
dan waktu ovulasi pada setiap spesies hewan meningkatkan manajemen reproduksi di
at 12 h post-estrus and group III inseminated at 24 h post-estrus. Estrus was observed two times a day ie.
in the morning (6:00 to 8:00 am) and afternoon (16:00 to 18:00 pm) which was characterized by transparent sangat bervariasi. Lama estrus pada sapi adalah peternakan sapi perah maupun sapi potong.
vaginal discharge. The results showed that the highest percentage of pregnancy occurred when the cattle 18-19 jam dengan ovulasi terjadi 10-11 jam McDonald (2000) melaporkan bahwa selama
were inseminated at 24 h post-estrus (100%), however, statistically this was not significant different (P> setelah estrus berakhir (Hafez, 2000). Namun, siklus estrus, kadar progesteron mulai
0.05) to animals that were inseminated at 12 h post-estrus (75%). Moreover, no pregnancy (0%) was menentukan lamanya estrus dan waktu ovulasi meningkat hari ke tiga hingga delapan setelah
observed in cattle that were inseminated at estrus. The progesterone level of pregnant bali cattle increased pada sapi di lapangan sangatlah sulit, sehingga estrus dan terus meningkat sampai hari ke-21
as the period of gestation increased, being 15.43 ± 0.50 ng/mL at 30 days of gestation, 17.16 ± 0.34 ng/mL perlu dicari solusi untuk menentukan waktu IB setelah fertilisasi. Menurut Valdez et al., (2005)
at 60 days of gestation and 20.78 ± 0.59 ng/mL at 90 days of gestation. In conclusion, the best time for yang tepat. bahwa kadar progesteron sudah dapat dideteksi
insemination in Bali cattle is at 24 h post-estrus and progesterone level seems to increase as the older the Progesteron merupakan hormon steroid mulai hari ke-4 setelah estrus yaitu 2,4 ng/mL
gestation period.
yang disekresikan oleh sel korpus luteum, dan kadar progesteron akan terus meningkat
Keywords : artificial insemination, progesterone, pregnancy diagnosis, Bali cattle plasenta, dan kelenjar adrenal. Semua hormon mencapai 5,2 ng/mL pada hari ke-6 dan 7,7 ng/
steroid disintesis dari kolesterol yang dihasilkan mL pada hari ke-8, sedangkan McDonald, (2000)
dari asetat dalam sel (McDonald, 2000) atau melaporkan bahwa kadar progesteron pada sapi
ditransportasikan dalam plasma darah dengan bunting kadarnya di atas 6,6 ng/mL.
ikatan globulin (Hafez, 2000). Progesteron Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
merupakan hormon yang sangat penting dalam waktu IB yang tepat dan kadar progesteron pada
pengaturan fungsi siklus normal reproduksi sapi bali bunting. Kadar progesteron baik dalam

425 426

Anda mungkin juga menyukai